Pembalasan

156 4 0
                                    

Alvin masih menatap layar ponselnya dengan perasaan yang begitu berapi-api. Ingin rasanya ia melenyapkan wanita yang selama ini seperti duri dalam daging. Emang benar Jessi selama ini sudah bersusah payah membantu dan bangkit bersama Alvin. Tapi Jessi tidak meminta lebih selain hati Alvin. Tapi apa balasan Alvin, Alvin tak menerima nya dan Jessi pun tak pernah mengungkapkannya. Siapa yang harus disalahkan?
Kini Alvin benar-benar dilema dengan sikap yang akan ia ambil untuk membuat Jessi jera. Tak banyak yang Alvin inginkan, hanya kepergian Jessi dari hadapannya dan Kara untuk selama-lama nya. Toh selama ini Alvin sudah sangat baik pada Jessi. Namun Jessi salah persepsi menilai semua kebaikan Alvin.

Kara melihat Alvin sudah style biasa saja untuk menemui Jessi tanpa memberitahukan pada Kara. Bagaimana pun caranya Kara tidak boleh tau jika Alvin ingin menemui Jessi. Kara mengerutkan dahi sambil menatap Alvin yang menuruni anak tangga

"Alvin. Mau kemana malam-malam begini?" Tanya Kara tanpa menaruh rasa curiga. Wajah Alvin terlihat datar tanpa ekspresi.

"Oh. Malam ini mau jumpa client dadakan." Elak Alvin spontan tanpa pikir panjang.

"Yauda deh gue sekalian mau pulang. Antar gue ya." Timpal Anya yang masih diruang tamu sambil menonton acara reality show kesukaannya.

Seketika Alvin merasa kebingungan dengan timpalan Anya. Bagaimana dia bisa pergi dengan aman jika Anya nebeng bareng Alvin. Alvin langsung putar otak mencari cara supaya Anya tak menaruh rasa curiga. Akhirnya Alvin lebih dulu mengantar Anya sampai ke apartemen nya.

"Oke. Yuk." Ajak Alvin sigap untuk menghilangkan kecurigaan.

Anya dengan cepat menyambar tas sandangnya dan mengikuti jalan Alvin menuju mobil diteras rumah Kara.

Kara mengikuti mereka dari belakang yang dibantu oleh dorongan sang ibu. Kara memperhatikan gerak gerik Alvin yang semakin mencurigakan. Tak biasanya ia menemui client dengan tampilan gaya yang seadanya yang ia beli ditoko dekat kantor. Apalagi sedari tadi terlihat buru-buru.

"Bu.. Alvin kok jumpa client pakaiannya kaya mau camping.?"

Ibu menahan geli.

"Mungkin clientnya suka jumpa dengan pakaian yang tidak resmi seperti itu." Jawab ibu tanpa menaruh rasa curiga.

Kara hanya mengangguk dan mereka pun memperhatikan mobil Alvin yang sudah menghilang dipelupuk mata mereka sejak 5 menit lalu.

**

Didalam mobil yang masih berjalan Anya memperhatikan wajah Alvin lekat-lekat.
Seperti ribuan tanya tersimpan lama didalam hati Anya. Tanpa pikir panjang akhirnya Anya mengungkapkan apa yang ia rasakan.

"Alvin. Makasih ya loe masih mau menerima sahabat terbaik gue, Kara. Tapi kenapa loe bohongi dia?" Tanya Anya.

Pertanyaan itu terlontar dari mulut Anya dan membuat Alvin gelagapan.

"M.. maksud loe?" Tanya Alvin tak mengerti. Atau mungkin pura-pura tak mengerti.

"Gue tau loe mau nemuin sekretaris loe."

Alvin langsung menghentikan dan menepikan mobilnya dengan cepat.

Alvin mengerjapkan mata dan menatap Anya lekat-lekat. Matanya tersimpan rasa iba.

"Anya, loe tau darimana?" Tanya Alvin yang terlihat semakin pucat. Ia tak pernah sembrono meletakkan ponsel. Tapi bagaimana bisa Anya mengetahui pesan itu.

"Gue ga sengaja baca pesan yang blm loe balas, tapi loe malah kekamar mandi. Coba jelasin apa mau Jessi si sekretaris loe itu?" Tanya Anya yang terlihat semakin penasaran.

"Loe ga harus selingkuhin dia dengan cara ini. Kalo loe emang gak niat nikahin dia atas dasar cinta tapi cuma kasihan, lebih baik ga usah." Suara Anya menggema didalan mobil.

"Karena gue cinta banget ama Kara makanya gue mau kelarin masalah ini, Nya. Gue ga bermaksud buat ngeduain dia."  Alvin meletakkan kepalanya ke setir mobil.

"Dengan nemui perempuan jalang itu?!. Lagian tadi Jessi juga ngancem loe 'kan?" Tanya Anya.

"Loe gak takut kalo Jessi bisa melakukan hal gila? Dia cewek yang paling menjengkelkan dihidup gue semenjak kuliah. Dia bisa ngelakuin apa aja demi dapat apa yang dia mau." Terang Anya.

Alvin mengangkat kepalanya sambil mengerutkan dahi.

"Jadi loe kenal ama dia?" Tanya Alvin.

"Iya. Jadi loe harus hati-hati ama tuh cewek sengklek." Alvin mengangguk paham.

"Gue cuma mau balas dendam dengan apa yang terjadi pada Karra sekarang. Gue gak bermaksud ninggalin dia demi wanita lain." Terang Alvin pada Anya.

Anya terharu dan terenyuh mendengar jawaban Alvin. Ia tak menyangka jika cinta Alvin begitu besar kepada Karra. Melihat kondisi Karra yang sudah tak sesempurna dulu membuat Anya yakin bahwa cinta masih berkuasa diatas segalanya.

Anya tersenyum salut kepada teman nya itu.

Alvin kembali melanjutkan mengendarai mobil nya dan memberhentikan mobil nya didepan apartemen Anya.
Sosok pria berada didepan sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Romi." Anya tersenyum dan memeluknya kekasihnya itu.

Alvin hanya menatap dengan senyum dan memberi salam.

"Makasih ya, bro." Ucap Romi.

"Sip. Gue cabut dulu." Alvin melambaikan tangannya dari dalam mobil. Sekarang pertemuan nya dengan Jessi akan dimulai.

Sebelum Alvin pergi, Alvin melontar senyum ke hadapan Anya.

"Vin, loe harus balas atas nama Karra.

Alvin tersenyum bahagia dengan dukungan teman nya.

Sedangkan Jessi, apa yang akan dilakukan nya sehingga ia yakin dengan pertemuannya dengan Alvin??

Dipage selanjutnya akan dibahas ya sayyy
Stay dulu ...


A Husband For KaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang