Gaess...
Ini lanjutan cerita cinta Kara dan Alvin yang belum juga kelar. Sabar yaa.....Sebagai pembaca yang nyasar ke cerita saya, saya mohon maaf ya.. hehehe
Saya akan lanjut ke cerita selanjutnya. Semoga suka dan vomment lebih banyak.
#ngarep hahaha
**
Bunga diruangan itu terlihat sangat layu dan warnanya mulai memudar. Alvin tak sempat menggantinya.
Ralat, Alvin bukan tidak sempat, tapi ada hal penting dikantor yang harus ia urus dengan sekretarisnya.Setelah selesai dengan pekerjaan kantor akhirnya Alvin langsung tancap gas menuju rumah sakit.
Tak lupa juga membawa bunga untuk segera mengganti bunga diruangan Kara yang sudah layu.
Setelah tiba didepan pintu rumah sakit entah mengapa hati Alvin berdebar kencang. Hatinya semakin bahagia ketika ia mendapat kabar Kara sudah siuman.
Alvin membuka pintu hingga terdengar suara deritan.
Tak banyak orang didalam, hanya ada ibu, suster dan tentunya Kara. Kak Jani hari ini ada praktek dan Anya sudah jelas bekerja untuk menyelesaikan tugas Kara yang tertunda.
"Kara" suara lembut Alvin membuat mata Kara dengan segera menoleh kesumber suara.
Kara hanya menatap Alvin dengan wajah kusam dan pandangan datar. Lingkar mata dan bibirnya menghitam dan pucat. Tidak ada sambutan senyuman atas kehadiran Alvin. Sedangkan Alvin masih kehabisan kata-kata basi untuk diungkapkan.
Alvin menarik nafas sambil meletakkan bunga baru dan membuang bunga lama di vas laci kamar Kara.
Sedangkan ibu masih mengelus-elus lembut tangan Kara. Beliau tak ingin bahas lebih jauh tentang keputusannya. Ia hanya menganggap seorang teman sedang menjenguk Kara. Sudah. Hanya itu. (Teman)
"Buat apa kamu kesini?" Suara Kara yang parau mulai keluar namun belum menatap mata Alvin.
Alvin masih diam sambil mengambil bangku dan meletakkannya tepat disamping tempat tidur Kara agar Alvin lebih leluasa berbicara padanya.
Kara menoleh ke Alvin.
"Aku tanya kenapa kamu kesini?" Suara Kara terdengar semakin serak becek menahan tangis.
"Kara... aku...."
"Aku apa? Brengsek? Emang. Pengecut? Apalagi. Aku benci sama kamu." Sela Kara dengan suara semakin besar.
Kara menatap bunga pemberian Alvin dan mencampakkannya begitu saja tepat ke wajah Alvin.
"Aku gak butuh." Ucap Kara sambil buang pandangan.
"Pergi...." teriak Kara tanpa memperdulikan infus yang masih menempel di tubuhnya.
Kara mengepal kedua tangannya dan memukul tubuh Alvin yang berada tak jauh dari dirinya.
"Nak, tenangkan dirimu." Ucap ibu Kara disela pertengkaran mereka. Ibu mencoba melerai dan menahan pukulan Kara terhadap Alvin. Kara seperti orang kesurupan melihat Alvin.
Alvin semakin dekat dan memeluk tubuh Kara. Sedangkan Kara masih dalam kebencian dan tangisan. Kara mencoba memukul Alvin lagi namun tenaga nya tak sekuat tenaga Alvin.
"Coba jelaskan kenapa kau membenciku?" Tanya Alvin disela pelukan mereka. Alvin pun ikut tenggelam dalam tangisan itu. Suara Alvin terdengar terisak-isak.
"Kau brengsek. Teganya kau membohongiku." Ucap Kara sambil menangis sejadi-jadinya diruangan itu. Air mata Kara terus mengalir deras.
"Lalu apalagi alasan mu membenciku?" tanya Alvin lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Husband For Kara
RomanceKara adalah seorang wanita yang termasuk sangat sulit jatuh cinta. Hingga akhirnya ia dihadapkan pada sebuah pilihan yaitu menikah atau ibu kandung nya meninggal tanpa pernah merasakan punya cucu. Tau kan gimana rasanya jika kita merasa terjepit? B...