Maaf bagi pembaca yang kurang greget di segmen tiga. Kali ini aku sambung yang ke empat.
Oke lanjut.
**
Kara mendapati dirinya dalam dekapan Alvin diatas tempat tidur dengan ukuran king size. Bola mata nya mengelilingi sekitar kamar yang sangat asing sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Kamar dengan tema liverpool.
"Dimana ini?" Suara serak Kara menghancurkan lelap Alvin dalam tidurnya.
"Hummb... jangan ganggu aku tidur." Celetuk Alvin yang masing memejamkan kedua matanya.
Alvin lalu menarik selimut dan menenggelamkan tubuhnya yang kekar dan berisi itu.
Tubuh Kara terasa dingin disekujur tubuhnya setelah Alvin menarik selimutnya.
Dengan sigap Kara menatap tubuhnya hanya menggunakan bra dan celana dalam.
"Aaaaaaaaaaaa" teriak Kara didalam kamar.
Dengan cepat ia menarik kembali selimut Alvin dan membiarkan Alvin yang tak berselimut.
"Heiii ... ini masih pagi." Alvin masih belum membuka matanya. Diraihnya bantal dan menenggelamkan kepalanya dalam bantal berwarna putih bersih.
"Jawab kenapa aku disini? Terakhir kali kita bertemu di....." suara Kara terputus.
"Kafe" sela Alvin.
"Yasss...... jadi kenapa disini? Jawaaaaabbb?" Desak Kara yang sudah melayangkan fikiran yang aneh-aneh.
"Tenanglah, nona Kara. Kita hanya seranjang. Tidak terjadi apa-apa tadi malam. Untuk apa aku tidur dengan wanita mabuk yang hanya memanggil nama pria lain." Terang Alvin yang masih membelakangi Kara. Apa yang terjadi pada Alvin? Dia benar-benar kalah????
Heloooo... come on Alvin, loe kan pemeran utama? Masa iya loe kalah? Gue end juga neh cerita kalo loe gak berjuang.
"Jauh-jauh sanaaa...." teriak Kara lagi.
"Ini tempat tidur gue. Sebagai ganti nya loe harus siapin sarapan buat gue. Gak pake lama." Pinta Alvin.
Dengan wajah masam Kara menuju kamar mandi dengan perasaan tak menentu. Bagaimana dia bisa percaya seorang Alvin pratama tidak menyentuhnya. Padahal mereka seranjang. Kara tidak seratus persen yakin dengan pria psikopat seperti Alvin.
Setelah bersih-bersih Kara langsung mencari dimana letak dapur. Pandangannya memenuhi ruangan yang sangat takjub.
Rumah Alvin begitu mewah. Didalam nya terdapay guci besar dan desain yang sangat mahal.
Selang satu jam tak banyak yang dilakukan Kara didapur. Ia hanya menyiapkan nasi goreng dan sandwich.
"Apa makanan nya sudah siap?" Bisik seorang pria dari belakang tubuh Kara. Suara itu begitu tak asing baginya. Ya jelas Alvin lah. Wong yang punya rumah aja Alvin pratama.
Alvin mendekap tubuh Kara dari belakanh dan menghembuskan nafas hidung ke telinga Kara. Kara hanya menahan sambil memejamkan kedua matanya.
"Alvin."
"Tak bisakah kau mencintaiku?" Tanya Alvin dengan bisik yang semakin membangkitkan gairah. Bau parfum Alvin sangat menyengat dan mungkin menempel ditubuh Kara.
"Tidak, Alvin."
Kara melepaskan pelukan Alvin. Dan membalikkan tubuhnya menatap Alvin kembali.
"Mengapa tidak? Aku punya semua yang kau inginkan?" Ucap Alvin percaya diri.
"Bukan itu maksudku. Hawa tubuhmu panas." Kara menyentuh leher Alvin.
Mata Kara membesar.
"Kau panas, Alvin. Kau tidak boleh kemana-mana. Kau harus istirahat." Wajah Kara langsung menyimpulkan bahwa ia amat khawatir pada Alvin. Pria yang tidak ia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Husband For Kara
RomanceKara adalah seorang wanita yang termasuk sangat sulit jatuh cinta. Hingga akhirnya ia dihadapkan pada sebuah pilihan yaitu menikah atau ibu kandung nya meninggal tanpa pernah merasakan punya cucu. Tau kan gimana rasanya jika kita merasa terjepit? B...