Ini sambungan ketiga ku. Maaf bagi yang belum puas karena masih banyak typo nya. Hehe
Maklum masih amatiran.
Salam saya,
Century
**
Pandangan Kara semakin gelap gulita. Kepalanya terasa ditimpa oleh benda berkilo-kilo. Tak ada banyak yang ia lakukan selain hanya menunggu fungsi tubuhnya kembali normal.
Semua orang dirumah sakit malah beralih ke Kara. Terutama Alvin yang kaget dengan kedatangan Kara.
Selang beberapa jam akhirnya Kara siuman.
Alvin tersenyum bahagia dan segera menghampiri Kara yang sudah bisa menggerakkan tangannya.
"Alvin," panggil Kara dengan mata setengah terbuka. Suara Kara masih sangat parau.
Dengan segera Alvin hadir ditepi tempat tidur mengantisipasi jika Kara membutuhkan sesuatu atau mungkin tenaganya.
Alvin begitu bahagia dengan panggilan namanya dari bibir Kara.
"Iya, Kara. Kau harus istirahat banyak. Kau terlalu banyak stres." Alvin menjelaskan dengan perasaan senang dan tenang.
"Alvin. Tolong jangan ganggu Juarman." Suara Kara semakin parau.
Seketika Alvin terjun bebas dengan perasaannya setelah nama Juarman kembali disebut.
Wajah Alvin kembali datar. Ia menggenggam keras tangannya. Rahangnya mengeras. Hatinya seperti tercabik-cabik benda yang begitu tajam.
"Makanlah dulu." Alvin mengalihkan pembicaraan.
Alvin meraih makanan didalam piring tepat disampingnya.
"Enggak, Alvin." Kara menggeleng.
"Apa kau tidak kasihan dengan ibu mu? Jika kau ikut sakit, bagaimana kau akan mengurusnya dan membiayainya." Alvin menegaskan.
Kara terdiam dengan tatapan datar. Matanya masih menatap Alvin. Tatapan Alvin padanya kali ini tidak sinis, namun penuh pengharapan. Benar apa yang dikatakan Alvin. Ini bukan demi dirinya, tapi Kara dan keluarga nya. Kara masih terdiam sambil menunduk memikirkan apa yang dikatakan Alvin.
Alvin menghela nafas kalah. Perasaannya begitu hancur. Bagaimana bisa seorang seperfect Alvin bisa kalah? Dimana letak salahnya.?
Alvin meraih dagu Kara dan menaikkan wajah Kara.
"Baiklah aku akan melepasmu. Tapi kau harus makan terlebih dahulu." Alvin mengalah. Ucapan yang baru saja terucap begitu berat. Tapi apalah daya kasih tak sampai.
Kara mengernyitkan dahi. Senyumnya nyaris tak terlihat. Hanya sepintas. Serasa tak percaya bahwa Alvin yang psikopat begitu baik padanya.
Tapi dalam hati Kara begitu menyayangkan apa yang sudah ia lakukan.Kara tak menyangka pemikiran Alvin begitu dewasa. Bagaimana jika Kara malah berpindah hati kembali kepada Alvin?
Kara menghadiahi Alvin sebuah pelukan.
"Dan bagaimana dengan semua persiapan pernikahan yang sudah tinggal satu minggu?" Tanya Kara disela pelukan mereka.
"Gampang. Penggantinya Juarman." Jawab Alvin enteng.
Kara masih belum bisa mengatakan semuanya enteng. Ia belum bisa meluluhkan hati ibu nya. Bagaimana pun ibunya adalah jembatan agar ia bisa menuju keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.
Pelukan dari Kara tak sehangat awal mereka kontak fisik. Semua perasaan terasa hambar.
**
Kara malam ini ingin bercerita dengan ibunya. Ia sangat merindukan dimana ia masih bisa merasakan sambutan tangan dark telapak tangan ibu. Ibu yang selalu mengasihi dan selalu support. Tapi apa ia harus membalas dengan tidak menerima takdir dari keputusan sang ibunda?
![](https://img.wattpad.com/cover/64435142-288-k328733.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Husband For Kara
RomanceKara adalah seorang wanita yang termasuk sangat sulit jatuh cinta. Hingga akhirnya ia dihadapkan pada sebuah pilihan yaitu menikah atau ibu kandung nya meninggal tanpa pernah merasakan punya cucu. Tau kan gimana rasanya jika kita merasa terjepit? B...