Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Sama' yang pertama kali didengar manusia ialah suara Tuhan.
Ketika onggokan atom-atom yang membentuk diri manusia di dalam rahim ibunya, sebelum ruh suci ditiupkan ke dalam dirinya, maka Tuhan terlebih dahulu bertanya kepadanya dalam suatu pertanyaan dan sekaligus perjanjian primordial azali (mitsaq):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Lalu, sang janin terpesona mendengarkan suara indah nan merdu itu sambil menjawab, "Sudah pasti (Engkau Tuhanku), kami jadi saksi." (alastu bi rabbikum qalu bala syahidnai) (QS al-A'raf [7]:172).
Ketika orang dalam suasana tenang, dalam keadaan bersih, sebersih janin yang tersimpan di dalam tempat paling aman (qararin makin), pada saat itu suara-suara indah dan lembut (sama') yang pertama kali pernah ia dengarkan tiba-tiba muncul kembali.Suara-suara lembut itulah yang dicari para salikin. Sama' itu terkadang disuarakan oleh gemericik air sungai, deru gelombang laut, gesekan dedaunan, dan suara-suara alam lainnya.
Suara-suara itu juga terkadang dilagukan oleh bunyi jangkrik dan kicauan burung malam. Suara indah nan lembut itu terkadang muncul di balik gesekan biola, tiupan seruling senja, petikan halus kecapi, dan tabuhan lembut rebana serta lantunan tilawah dan shalawat Nabi.
Suara-suara lembut itu dipastikan akan diperdengarkan kembali kepada para hamba pilihan-Nya, ketika Ia memanggil kekasih-Nya dengan penuh kemesraan, "Wahai kekasihku pemilik jiwa yang tenang, kembalilah ke pangkuan Tuhanmu dengan hati tenang dan tenteram, di dalam dekapan keridhaan-Ku, bergabunglah dengan para kekasih-Ku yang lain, masuklah ke dalam ketenangan syurga-Ku." (QS al-Fajr [89]: 27-30).
Para salikin berani melepaskan segalanya demi menggapai sama', suara-suara indah nan lembut itu. Mereka berusaha mengondisikan diri tidak sekadar seperti berada di dalam gua Hira atau gua Kahfi, tetapi jika mungkin seperti ketika berada di dalam rahim ibu.
Bila di masa janin ia berada di dalam rahim ibu mikrokosmos, sang ibu biologis, sekarang ia berada di dalam rahim ibu makrokosmos, sang ibu pertiwi. Jika di dalam rahim mikrokosmos ia mendengarkan sapaan lembut Tuhan, hal yang sama juga dialami di dalam rahim makrokosmos.
Itulah sebabnya para salikin dan ahli khalwat sering menangis membaca Alquran. Terutama ketika membaca ayat: Ya ayyuhal ladzina amanu (Wahai orang-orang yang beriman). Sapaan itu mengingatkannya pada sapaan awal dalam zaman zali di rahim mikrokosmos.
Red: Chairul Akhmad
#kolom nasaruddin umar #jalan hidup salikin
KAMU SEDANG MEMBACA
JALAN HIDUP SALIKIN
SpiritualKumpulan tulisan prof.dr Nasaruddin Umar yang berjudul jalan hidup salikin yang dimuat dalam kolom republika online... (sementara ini dulu rinciannya) Maksud ku ini berisi kumpulan kopian tulisan berjudul Jalan Hidup Salikin yang aku copy dari sit...