Jalan Hidup Salikin (31): Khalwat

154 9 0
                                    

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Talbiyah
Labbaika Allahumma labbaik, labaika lasyarika laka labbaik, innal hamda wan ni'mata laka wal mulk la syarika laka!

Lantunan talbiyah ini dilantunkan dengan suara-suara hati yang sangat mendalam. Ibarat ungkapan rindu dendang seorang kekasih terhadap Sang Kekasih Yang Mahatunggal di samping rumahnya, Baitullah.

Suara-suara hati ini diungkapkan sambil berputar, bertawaf, memutari rumah Sang Kekasih yang tak pernah jauh dari-Nya. Sesekali tangan membasuh air mata kerinduan yang tak tertahankan mengucur di kedua pipinya. Betapa tidak sekian lama ia merindukan untuk pulang ke kampung halaman spiritualnya, pada akhirnya telah sampai juga.

Di depan maqam Ibrahim ia tersungkur dengan pasrah. Seolah ia terlahir kembali dan berada di dalam belaian Sang Maha Pengasih. Mulut tidak bisa lagi berucap, mau minta apalagi jika Sang Pencipta surga membelainya, dan mau memohon perlindungan apa lagi di dalam genggaman erat Sang Mahapengaman (al-maula).

Kalangan salikin tidak tahan mendengarkan suara azan. Begitu mendengar suara azan, dia rindu akan suara-suara suci itu. Apalagi jika muazin melantunkan hayya 'alal falah (Mari kita meraih keberuntungan).

Suara azan, pengajian ayat suci, shalawat Nabi, dan lantunan asmaul husna membuatnya merinding dan terkadang mengucurkan air mata kerinduan, seolah suara-suara itu adalah suara-Nya yang ia dengar di zaman azali.

Inilah yang dilukiskan dalam Alquran: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal". (QS. al-Anfaal [8]: 2).

Red: Chairul Akhmad

#kolom nasaruddin umar #jalan hidup salikin

JALAN HIDUP SALIKINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang