Jalan Hidup Salikin (20): Khalwat

252 14 0
                                    

REPUBLIKA.CO.Id
HomeDunia-IslamGaya-Sufi

Jalan Hidup Salikin (20): Khalwat
Sabtu, 03 November 2012

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Orang-orang yang melakukan suluk, dengan mengamalkan khalwat, sama sekali tidak mengharapkan unsur-unsur ajaib yang kemudian melekat pada dirinya, karena hal itu boleh jadi akan menjadi hijab baru, yang akan menghalangi mukasyafah dengan Tuhannya.

Jika ada orang berkhalwat tujuannya untuk memperoleh keajaiban atau keluarbiasaan, maka bisa dipastikan ia bukan salik yang sejati.

Mungkin bisa disamakan dengan penganut black magic yang harus melakukan pertapaan di tempat-tempat yang sepi selama berhari-hari sampai ia memperoleh wangsit dari kekuatan gaib, mungkin dari jin atau makhluk spiritual lainnya.

Menurut Suhrawardi, jika ada orang mengaku salik tetapi di dalam jiwa dan pikirannya terbetik keinginan untuk memperoleh kekhususan secara misteri atau untuk memperoleh kekuatan gaib, maka sesungguhnya orang itu penipu yang berkedok sufi atau salik.

Jika di kemudian hari ia memperoleh kekhususan, maka ia akan berubah menjadi manusia sakti yang dipuji oleh orang banyak dan ia pun larut dengan pujian itu. Ia dikhawatirkan akan menjadi manusia sombong dan angkuh.

Para salikin yang sejati sekali saja ia terlintas di dalam pikirannya hal-hal yang sedemikian itu maka ia langsung memperbaharui wudhunya, hingga ia kembali ke dalam suasana batin yang jernih, bersih, dan tulus. Itulah sebabnya, sebelum memulai khalwatnya terlebih dahulu ia membaca dan menghayati sebuah doa yang diajarkan Alquran.

"Ya Tuhanku, masukkan aku dengan cara masuk yang benar dan keluarkan aku dengan cara keluar yang benar pula). Dengan anugerah-Mu dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong-Ku." (QS al-Isra' [17]: 80).

Ketika ia menuju bilik khalwat dan berdiri di atas sajadahnya maka ia melanjutkan sebuah doa: "Dengan nama Allah, dengan Rahmat Allah, segala puji bagi Allah, dan salam bagimu ya Rasulullah. Ya Allah, ampunilah do sa ku dan bukakan pintu rahmat-Mu bagiku."

Sebelum memulai shalat ia selalu membaca: Ilahi anta maqshudi waridhaka mathlubi, a'thini mahabbataka wa ma'rifataka (Tuhanku, hanya Engkau yang menjadi tujuanku dan ridha-Mu yang menjadi dambaanku, anugerahkanlah cin ta dan makrifat [pengetahun]-Mu).

Terkadang juga diawali dengan membaca surah an-Nas untuk memohon perlindungan Tuhan agar tidak diganggu oleh iblis dan setan. Setelah itu, mereka memulai shalat. Shalatnya lama karena sujud dan rukuknya juga lama. Ia mencontoh Rasulullah jika shalat sendirian di malam hari panjang sujudnya sama lamanya jika kita membaca surah al-Baqarah. Subhanallah.

Red: Chairul Akhmad

#kolom nasaruddin umar

#jalan hidup salikin

JALAN HIDUP SALIKINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang