Bagian 4

378 35 13
                                    

"Siapa yang kau katakan tadi? Siapa yang pantas jadi istri appa?" Tanya Jinki mencoba memastikan apakah pendengarannya masih bekerja dengan baik atau tidak.
"Gweboon eonni." Jawab Eunsook yakin.
"Siapa itu Gweboon eonni?" Tanya Jinki heran.
"Appa lupa dengan Gweboon eonni?" Tanya Eunsook tak percaya.
"Lupa? Memangnya appa punya teman bernama Gweboon?" Tanya Jinki sambil menatap lekat putri semata wayangnya itu.
"Punya." Jawab Eunsook singkat.
"Siapa? Appa tidak ingat jika punya teman bernama Gweboon..." Jinki menghela nafas panjang sebelum melanjutkan perkataannya. "... kecuali eommamu yang juga bernama Gweboon."
Melihat perubahan pada raut wajah Jinki membuat gadis kecil itu memeluk appanya.
"Appa, appa tidak boleh sedih lagi dengan kepergian eomma. Bukankah ada aku disini?" Eunsook mengelus punggung appanya dengan tangan mungilnya. Membuat Jinki mengusap lembut rambut panjang gadis itu.
"Meski aku terkadang nakal, tapi aku janji akan jadi anak yang baik untuk appa. Agar aku bisa membahagiakan appa." Lanjut Eunsook setelah melepaskan pelukannya. 'Dan aku juga akan mencarikan istri untukmu, appa. Agar appa tak kesepian.' Dalam hati Eunsook berucap.
"Baiklah, anak appa yang manis ini harus menepati janjinya. Jadi anak yang baik dan tidak boleh nakal. Mengerti?"
"Siap!" Kata Eunsook sambil meletakkan sebelah tangannya ke pelipisnya, seakan memberi hormat kepada atasannya. Jinki yang melihat tingkah lucu Eunsook hanya bisa menyentil kening gadis itu. Sedangkan gadis kecil itu hanya bisa mengerucutkan bibirnya sambil mengusap-usap keningnya yang terasa sedikit sakit akibat ulah tangan jahil sang appa.
"Ah, appa lupa. Jadi siapa orang yang kau sebut Gweboon itu, Eunsook-ya?" Tanya Jinki yang kini ikut mengusap kening Eunsook.
"Aish, dia itu orang yang dulu menolongku appa. Yang wajah bahkan namanya mirip dengan eomma." Jawab Eunsook masih dengan cemberut.
Jinki hanya menganggukan kepalanya mendengar jawaban Eunsook.
"Kenapa reaksi appa hanya seperti itu?" Tanya Eunsook bingung saat tak ada reaksi apa-apa dari Jinki.
"Eh? Memangnya appa harus bereaksi?" Tanya Jinki sambil mengernyitkan dahinya.
"Aish, jinjja! Aku pikir appa akan tertarik membahas ini." Kata Eunsook yang kini semakin mengerucutkan bibirnya. Memilih menjauh dari sang appa, dan duduk di tepi ranjangnya.
"Lalu appa harus bereaksi bagaimana, eum?"
"Entahlah. Lupakan saja, Appa!"
"Putri appa marah, eoh?" Menghampiri Eunsook dan duduk di sampingnya.
"..." Menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Jadi kau tidak mau berbicara dengan Appa?" Jinki berusaha membujuk putrinya yang ngambek.
Tersenyum tipis sebelum berkata. "Baiklah. Besok kita temui orang yang bernama Gweboon itu."
"Benarkah? Appa tidak bohong?" Dengan cepat Eunsook memutar tubuhnya menghadap sang Appa. Dengan mata berbinar gadis kecil itu bertanya pada Appanya.
"Tentu saja. Sekarang mandilah, setelah itu kerjaan tugas sekolahmu. Mengerti?" Perintah Jinki sebelum beranjak dari kamar Eunsook.
"Siap, Appa!"
* * *
Memandang wajah pucat di hadapannya, memegang tangan itu erat seakan tak rela untuk melepasnya pergi.
"Oppa, berjanjilah padaku." Sosok pucat itu berbicara lirih. Menahan rasa sakit di perutnya. Sebentar saja. Setidaknya dia harus bertahan beberapa menit untuk berbicara dengan suaminya itu.
"Tidak, Gweboon-ah. Kau tidak akan kemana-mana. Kau akan tetap hidup dan kita akan membesarkan anak kita bersama-sama."
"Oppa, jangan membuatku semakin sulit untuk meninggalkan kalian."
"Kau memang tidak harus meninggalkanku, Choi Gweboon."
"Oppa, dengarkan aku. Aku tahu oppa menyayangiku, aku tahu oppa menikahiku karena perjodohan orang tua kita, dan aku juga tahu oppa hanya menganggapku sebagai adik. Tapi aku ingin oppa selalu mengingatku. Oppa akan menjaga anak kita dengan baik, membesarkannya, dan menyayanginya seperti oppa menyayangiku."
"Aku..."
"Oppa, setelah aku pergi, menikahlah dengan orang yang benar-benar oppa cintai. Yang bisa menerima kehadiran anak kita, yang bisa menemani oppa menyongsong hari tua, yang bisa mencintai oppa dengan segala kekurangan oppa." Gweboon menarik nafas sejenak. "Oppa tidak boleh sedih, oppa juga tidak boleh membiarkan anak kita sedih jika mengingatku. Ceritakan yang indah-indah saja tentangku. Aku akan menjaganya, disana. Dan aku yakin, akan ada seseorang yang akan membuka hati oppa yang selama ini terkunci. Sudah cukup bagi oppa untuk selalu mencurahkan kasih sayang oppa kepadaku, hingga oppa tidak pernah menjalin hubungan dengan gadis manapun.."
"Aku melakukannya karena aku mencintaimu, Gweboon-ah." Potong Jinki.
Gweboon hanya tersenyum. "Tidak. Itu bukan cinta yang sesungguhnya. Aku tahu itu oppa. Jadi jangan memaksakan diri. Bisa mengandung anak oppa sudah membuatku sangat bahagia. Jadi oppa harus berjanji, hiduplah dengan baik, rawat anak kita dengan penuh kasih sayang, dan menikahlah setelah oppa menemukan orang yang oppa cintai. Oppa bisa, kan?"
Jinki tidak mengatakan apapun. Hanya air matanya yang terus mengalir dari mata sipitnya. Genggaman tangan itupun semakin erat.
* * *
Teringat lagi akan janji yang dibuatnya. Memandang sosok cantik di bingkai foto itu. Dia sudah menepati janjinya, hidup dengan baik, membesarkan Eunsook dengan kasih sayang. Hanya saja, janjinya untuk menikah lagi belum bisa dia tepati. Bukan. Bukan karena masih teringat akan sosok itu, tapi lebih kepada hatinya sendiri yang belum bisa membuka hati untuk siapapun.
Choi Gweboon. Mengenal gadis itu sejak duduk di tingkat sekolah dasar. Gweboon adalah tetangga barunya. Jinki menyayanginya sebagai seorang adik, tubuh Gweboon yang memang lemah sejak kecil mengharuskan Jinki untuk selalu menjaga dan melindunginya. Sebisa mungkin membuat Gweboon bahagia, sebisa mungkin membuat adiknya selalu tersenyum dan lupa akan kekurangannya.
Saat dewasa, kedua orangtua mereka sepakat untuk menjodohkan mereka. Mereka percaya bahwa Jinki bisa menjaga Gweboon. Dan tanpa adanya cinta, mereka menikah. Rumah tangga mereka bukanlah seperti pasangan suami istri lainnya, hubungan itu lebih terlihat seperti kakak-adik. Baik Jinki maupun Gweboon, tidak merasakan cinta itu. Tidak merasakan debaran aneh, tidak merasakan bagaimana rasanya kupu-kupu menggelitik perutmu, tidak juga merasakan sesak yang menghimpit dada. Hanya ada perasaan nyaman dan kasih sayang di antara keduanya. Mungkin karena itulah Eunsook lahir ke dunia ini.
"Gweboon-ah, adik kecil oppa, bagaimana kabarmu sekarang? Apa kau bahagia disana?" Jinki mengelus potret dalam bingkai itu dengan lembut.
"Eunsook... dia tumbuh menjadi gadis sepertimu. Ceria dan manja. Dia semakin mirip denganku setelah beranjak dewasa. Wajahmu yang dulu dominan, sekarang sedikit berkurang. Mata Eunsook begitu mirip denganku, hidung bangirnya. Yang masih tersisa dari dirimu adalah bibirnya dan juga senyumnya. Bibir dan senyum itu diwarisinya darimu." Tersenyum tipis sebelum melanjutkan perkataannya.
"Gweboon-ah, Eunsook... dia... memintaku untuk menikah lagi. Apakah kau akan memarahinya? Kurasa tidak. Kaupun pasti akan senang dengan ini. Dan aku yakin kalian berdua akan kompak dalam menjodohkanku." Terkekeh geli membayangkan kedua sosok ceria itu menghabiskan waktu bersama.
"Kau tahu? Kami berdua bertemu dengan orang yang begitu mirip denganmu. Gadis itu... aku begitu penasaran dengannya. Semula aku tidak begitu tertarik, tapi setelah aku bertemu dengannya hari ini, dan teringat akan perkataan Eunsook yang melihatmu ada disini membuatku menyadari bahwa gadis yang kutemui hari ini adalah gadis yang sama dengan yang diceritakan Eunsook. Apakah ini kebetulan? Ataukah takdir?" Jinki menghela nafas panjang. Terdiam sesaat sebelum melanjutkan...
"Gweboon-ah, jika dia memang yang terbaik untukku, bantu aku mendapatkannya. Bantu aku memiliki dan membahagiakannya."
TBC
* * *

I Found You For Me And My Dad | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang