Bagian 8

341 36 3
                                    

* * *
"Nikahilah Gweboon eonni secepatnya, maka appa akan dapat melihatnya setiap hari."
Jinki mencubit gemas pipi kanan Eunsook.
"Putri kecil appa kenapa sudah berbicara tentang pernikahan, hmm?"
"Karena aku ingin punya eomma secepatnya." Jawab Eunsook tanpa mengalihkan pandangannya dari boneka kelinci miliknya.
"Tidak semudah itu, Sookie." Jinki mengelus rambut Eunsook lembut.
"Bukankah appa menyukai Gweboon eonni?" Eunsook menatap appanya bingung. Bagi Eunsook asal saling menyukai bukankah sudah cukup? Menikah dan hidup bersama. Lagipula bukan hanya Jinki yang menyukai Gweboon, gadis kecil itupun menyukainya.
"Appa tidak menyukainya." Elak Jinki. Astaga, tidak bisakah jujur pada putrimu, eoh? Atau setidaknya jujur pada dirimu sendiri.
"Jika appa berbohong, nanti hidung appa memanjang seperti pinnochio." Jinki memutar bola matanya jengah. Hah! Putri kecilnya itu benar-benar pintar berdebat. Membanggakan atau mengesalkan? Dua-duanya tentu saja.
"Siapa yang berbohong?" Gweboon ikut dalam pembicaraan mereka berdua.
"Appa." Jawab Eunsook singkat.
"Benarkah?"
"Iya. Apa bilang appa tidak menyukai eonni, padahal jelas-jelas appa menyukai eonni. Bahkan sejak tadi appa terus memerhatikan eonni memasak."
Oh, bagus Lee Eunsook. Kau membuat appamu mati kutu. Penasaran dengan wajah Gweboon dan Jinki? Tidak perlu ditanyakan lagi, pipi mereka berdua bersemu merah. Uh, benar-benar manis. Dan Eunsook hanya terkekeh geli melihat mereka berdua tampak malu-malu dan salah tingkah.
Jinki menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sedangkan Gweboon menyibukkan dirinya dengan hasil masakan di hadapannya.
"Eum... Kau sudah selesai memasak?" Jinki berusaha mencairkan kecanggungan di antara mereka berdua.
"Hmm... sudah, oppa." Gweboon tersenyum lembut, membuat Jinki mau tak mau ikut tersenyum.
"Eonni, ambilkan." Rengek Eunsook sambil menyodorkan piringnya kepada Gweboon. Gadis itu tersenyum, mengambil piring Eunsook dan mengisinya dengan nasi dan ayam, begitu juga dengan piring Jinki.
Ah, bukankah terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia?
* * *
"Oppa tidak kembali ke kantor?" Gweboon menatap Jinki bingung. Setelah makan siang tadi, Jinki dan Eunsook belum pulang dari rumahnya. Gadis kecil itu justru tertidur pulas di kamar Gweboon. Sementara Jinki dan Gweboon memilih untuk bersantai di taman belakang.
"Tidak. Aku tidak bisa meninggalkan Eunsook sendirian."
Apakah itu hanya sekedar alibi, Tuan Lee?
"Aku bisa menjaganya, jadi oppa bisa kembali ke kantor."
"Lalu butikmu?"
"Ada Taeyeon yang mengurusnya."
"Tidak apa, aku sudah menyuruh sekretarisku untuk menghandle semuanya."
Jinki yang jatuh cinta, sekretaris yang jadi korban.
"Ah, begitu." Gweboon menganggukkan kepalanya paham.
Lama mereka terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Lee Jinki, laki-laki itu tidak tahu harus berbuat apa sekarang? Apakah jatuh cinta seperti ini? Membuatmu terlihat bodoh di hadapan orang yang kau cintai? Jinki ingin menanyakan perasaan Gweboon terhadapnya. Tapi tidakkah terlalu cepat? Jinki takut Gweboon justru menghindarinya. Dan lagi dirinya belum menceritakan tentang masa lalunya. Tentang wajah dan nama Gweboon yang mirip mendiang istrinya. Oh, bisakah Gweboon menerima semua itu? Percayakah gadis itu jika Jinki benar-benar tulus padanya?
Kim Gweboon, gadis itu sibuk mengatur detak jantungnya yang berpacu lebih cepat. Oh, kenapa seperti ini? Hanya duduk di dekatnya saja bisa membuat Gweboon gugup? Apakah bisa dikatakan dekat jika nyatanya jarak mereka duduk terpaut 1 meter? Tapi bagi seseorang yang jatuh cinta, sejauh apapun dia dari dirimu, asalkan dia masih berada dalam jangkauan matamu, bukankah itu masih berpengaruh pada kinerja jantungmu?
"Gwe..."
"Hmm?"
"Apa kau menyayangi Eunsook?" Jinki bertanya tanpa menatap Gweboon.
"Tentu saja. Dia gadis kecil yang manis." Gweboon tak bisa menyembunyikan senyumnya saat mengingat wajah polos Eunsook.
"Begitukah? Kalau begitu maukah kau merawatnya?" Kali ini Jinki memalingkan wajahnya, menatap Gweboon dengan tatapan serius.
"Eh?" Seketika Gweboon menoleh ke arah Jinki.
"Merawat Eunsook.... bersamaku..." Perkataan Jinki membuat Gweboon bingung. Sebenarnya apa yang sedang diminta laki-laki ini kepadanya?
"Begini..." Melihat kebingungan Gweboon, Jinki mencoba menjelaskan maksud perkataannya. "Aku sibuk bekerja, sekalipun aku sudah berusaha meluangkan waktu untuk Eunsook tapi tetap saja dia akan kesepian setelah pulang sekolah. Tidak ada yang menemaninya bermain dan belajar. Juga tidak ada yang menemaninya tidur siang. Jika aku boleh meminta bisakah kau membantuku merawatnya?"
"Aku? Merawat Eunsook? Apa oppa yakin?" Gweboon tampak ragu.
"Itupun jika kau tidak keberatan."
"Tapi..."
"Kau tidak mau?"
"Bukan begitu, hanya saja..." Menundukkan kepalanya. Haruskah mengatakan hal yang mengganjal hatinya?
"Apa?"
"Aku merasa menjadi istri oppa jika merawat Eunsook seperti itu." Gweboon tak bisa menyembunyikan rasa malunya. Oh, pipi yang bersemu merah itu membuatnya semakin cantik.
Jinki tersenyum mendengar pernyataan Gweboon. Memang itulah tujuannya, agar gadis itu terbiasa dengannya, dengan Eunsook. Jadi jika suatu saat nanti Jinki meminta Gweboon menikah dengannya, gadis itu tidak akan menolaknya. Sebenarnya ini terlalu cepat untuk sebuah pendekatan dalam hubungan cinta. Tapi usia Jinki dan Gweboon yang membuat Jinki mengambil jalan seperti ini. Melakukan pendekatan seperti layaknya orang seusia mereka, bukan seperti remaja lagi. Mereka tidak punya waktu untuk saling mengenal, bukankah mereka bisa melakukannya seiring waktu berjalan?
"Sejujurnya aku tidak mempermasalahkan itu. Aku yakin Eunsook akan senang dengan hal ini." Jinki tersenyum lembut kepada Gweboon.
"Eum... baiklah."
* * *
"Sookie senang hari ini?" Tanya Jinki ketika merapikan selimut tidur Eunsook. Ya. Ini sudah malam, dan saatnya Eunsook istirahat sebelum besok kembali melanjutkan aktivitasnya di sekolah.
"Tentu saja. Gweboon eonni sangat baik dan dia juga cantik." Gadis kecil itu terkekeh.
Jinki mengusap puncak kepala Eunsook lembut.
"Sayang, apa Sookie senang jika mempunyai eomma seperti Gweboon?"
"Eh? Appa berniat menikahi Gweboon eonni?"
"Sepertinya bukan hal yang buruk."
"Benarkah? Apakah secepatnya?" Eunsook semakin tidak sabaran. Ah, sebentar lagi keinginannya terwujud.
"Tidak bisa secepat itu, Sookie. Appa masih harus menjelaskan sesuatu kepada Gweboon." Raut wajah Jinki tampak berubah. Sedikit khawatir dengan Gweboon yang belum tentu menerima masa lalunya.
"Apa itu?"
"Sudahlah, Sookie tidak perlu tahu. Sekarang Sookie harus tidur."
"Tapi appa..." Eunsook seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Kenapa?"
"Appa berjanji akan menikahi Gweboon eonni kan?"
"Tentu saja, Sookie." Mengecup kening Eunsook. "Tidurlah! Dan besok pagi appa akan memberitahumu kabar gembira."
"Kabar gembira? Apa itu?"
"Besok, sayang."
"Sekarang~"
"Sudah malam, tidurlah!" Jinki mengusap puncak kepala Eunsook sebelum mematikan lampu kamar.
* * *
Pagi itu Eunsook bangun dengan wajah lebih ceria dari biasanya. Oh, apakah teringat dengan janji sang appa semalam? Segera menuju dapur begitu mendapati dirinya telah rapi dengan seragam sekolahnya.
"APPA!" Eunsook berteriak memanggil sang appa. Berlari ke arah Jinki dan menubrukkan tubuhnya ke dalam pelukan Jinki.
"Selamat pagi, sayang. Apakah tidurmu nyenyak?" Jinki mencium kedua pipi Eunsook bergantian.
"Hmm.." Eunsook menganggukan kepala dengan semangat. "Appa, cepat beritahukan kepadaku!"
"Apa?"
"Semalam itu, bukankah appa ingin memberiku kabar gembira?" Eunsook menatap Jinki dengan tatapan menuntut. Ah, begitu tidak sabarkah putri kecilnya itu?
"Duduklah dulu, sayang. Dan minum susumu." Eunsook menuruti perintah Jinki.
"Jadi apa yang ingin appa katakan?" Tanya Eunsook setelah meminum setengah dari susunya.
"Mulai hari ini, appa akan menjemputmu pulang sekolah. Dan setelah itu appa akan mengantarkanmu ke butik Gweboon."
"Benarkah?"
"Iya. Mulai hari ini sebelum appa pulang dari kantor kau akan ditemani Gweboon, dan setelah appa pulang dari kantor appa akan menjemputmu lagi."
Oh, ini seperti bukan berita gembira untuk Eunsook, tapi untuk Jinki. Bagaimana tidak? Dengan begitu bukankah dia bisa bertemu Gweboon setiap hari? Bahkan cara Jinki lebih jitu daripada cara remaja mendekati orang yang disukainya.
Eunsook menatap Jinki dengan mata berbinar. "Appa!"
"Ya?"
"Aku mencintaimu, appa." Melemparkan senyum manisnya kepada sang appa. "Appaku adalah appa terbaik di dunia." Merentangkan kedua tangannya. Membuat Jinki tersenyum lebar.
Ah, pernahkah dia melihat Eunsook sesenang ini? Dan pernahkah dia merasa bahagia seperti ini?
TBC
* * *

I Found You For Me And My Dad | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang