"APPA!!! AYO BERANGKAT!" Teriakan Eunsook membahana di halaman rumahnya. Tampak gadis itu berdiri disamping mobil sang Appa dengan wajah cemberut sambil menghentak-hentakkan kakinya. Sepertinya gadis itu telah bosan menunggu Appa nya yang tak kunjung keluar. Dia melirik jam yang melingkar di tangan kirinya.
"OMO! 30 menit lagi pelajaran dimulai. Aku bisa terlambat. Aish! Appa!" Gerutu Eunsook.
"APPA! AKU SUDAH TERLAMBAT! CEPATLAH!" Teriak Eunsook -lagi.
Beberapa saat kemudian tampak seorang laki-laki yang keluar dengan tergesa-gesa. Kemeja yang masih terlihat berantakan, dasi yang belum terpasang dengan benar, serta jas yang masih tersampir di lengan kirinya dan tas kantor yang di bawanya. Sedangkan tangan kanannya sibuk memasangkan atau lebih tepatnya membenarkan sepatu yang tengah dipakainya. Eunsook hanya bisa melongo melihat kelakuan Appa nya. Dia tidak heran jika setiap pagi Jinki harus kerepotan. Mengurus rumah, membuat sarapan, membantu Eunsook menyiapkan keperluan sekolah, juga keperluannya sendiri. Tapi untuk pagi ini Appa nya itu benar-benar kacau. Eunsook menghela nafas berat, kemudian menghampiri Appa nya.
Dia merebut tas serta jas yang dipegang oleh Jinki dan meletakkannya di kursi kayu yang terletak di teras, tepatnya dekat pintu rumah mereka. Setelah itu Eunsook menunggu hingga Jinki selesai menggunakan sepatunya.
"Sudah?" Tanya Eunsook menatap Jinki dengan wajah polosnya. Sedangkan Jinki hanya mengangguk.
"Sekarang Appa benarkan dulu kemeja Appa!" Perintah Eunsook.
"Baiklah." Jawab Jinki yang kemudian merapikan kemeja yang tadi dipakainya asal.
"Berlututlah, Appa!" Perintah Eunsook -lagi setelah Jinki selesai merapikan pakaiannya.
"Untuk apa?" Tanya Jinki bingung.
"Aish! Menurut saja, Appa!" Gerutu Eunsook kesal. Jinki pun menuruti perintah Eunsook, berjongkok di depan putri semata wayangnya itu.
"Kenapa hari ini Appa sangat kacau? Lihatlah! Dasi yang Appa pakai tidak benar sama sekali. Bagaimana mungkin Appa yang sudah bertahun-tahun bekerja di kantor tidak bisa memakai dasi?" Omel Eunsook seraya merapikan dasi yang dipakai Jinki.
"Maaf. Semalam Appa sibuk menyelesaikan proposal untuk project baru. Dan Appa baru tertidur pukul 3 dini hari tadi." Sesal Jinki.
"Sebaiknya Appa tidak perlu menyuruh Park ahjumma pulang. Biarkan dia tinggal di sini dan menyelesaikan pekerjaan rumah serta mengurus keperluan kita. Appa tidak ada waktu untuk mengurus semua itu. Lihatlah, sekarang! Appa sendiri yang kerepotan."
"Ne, Appa tahu."
"Lalu kenapa Appa masih mengurusku seorang diri?" Tanya Eunsook.
"Itu adalah janji Appa terhadap Eomma untuk merawatmu dengan baik."
"Huh!" Eunsook menghembuskan nafas berat. "Seandainya saja Eomma masih hidup. Appa tidak perlu merawatku seorang diri, tidak perlu repot-repot menyiapkan keperluanku setiap pagi. Dan Appa tidak akan terlambat sampai di kantor dan aku juga akan tiba di sekolah tepat waktu." Cerocos Eunsook tanpa menyadari perubahan ekspresi di wajah Jinki.
"..."
Eunsook yang menyadari tidak ada reaksi apa-apa dari Jinki mendongakkan kepalanya. Dilihatnya mata Jinki yang berkaca-kaca.
"Appa! Appa menangis?" Tanya Eunsook sambil mengangkat kedua tangannya menyentuh pipi Jinki. Tapi belum sempat niatnya tercapai, Jinki sudah lebih dulu menarik Eunsook ke dalam pelukannya.
"Maaf. Appa tahu Appa bukanlah Appa yang baik. Appa tidak bisa merawatmu seperti orang tua lain pada umumnya. Appa selalu membuatmu susah, merepotkanmu. Tapi berikanlah Appa kesempatan untuk menjadi orang tua yang baik untukmu. Appa janji Appa akan menjadi seorang Appa dan juga Eomma seperti yang kau harapkan." Kata Jinki mempererat pelukannya.
"Tidak, Appa. Appa adalah Appa terbaik di dunia ini. Bahkan Appa terlalu baik untuk putri kecil Appa yang nakal ini. Maaf, Appa. Maaf, jika perkataanku menyingung perasaan Appa." Kata Eunsook membalas pelukan Appanya.
"Tidak apa-apa. Appa juga minta maaf jika selama ini Appa tidak merawatmu dengan baik." Kata Jinki melepas pelukannya.
"Ne. Ayo kita berangkat, Appa! Aku sudah terlambat." Kata Eunsook melirik jam tangan yang dikenakannya.
"Baiklah." Kata Jinki yang kemudian beranjak berdiri.
"Appa, tunggu!" Cegah Eunsook saat Jinki mulai melangkah menuju mobilnya.
"Ada apa?" Tanya Jinki berbalik.
"Appa melupakan ini." Kata Eunsook menyerahkan jas serta tas milik Jinki. "Dan juga jangan lupa menghapus air mata Appa. Aish! Appa kata karyawan Appa nanti mengetahui direkturnya menangis? Benar-benar. Sudah tua masih saja cengeng." Kata Eunsook yang diakhiri dengan menjulurkan lidahnya, mengejek Jinki dan mendahului Appanya menuju ke dalam mobil.
"YA! LEE EUNSOOK! KEMARI KAU! BERANI-BERANINYA KAU MENGEJEK APPAMU SENDIRI!" Teriak Jinki berlari menyusul Eunsook.
Saat memasuki mobil, Jinki disambut oleh senyuman manis dari putri semata wayangnya.
"Appa!" Panggil Eunsook.
"..."
"Jinki Appa!" Panggil Eunsook sekali lagi.
"..."
"APPA!" Teriak Eunsook.
"Hmm..." Respon Jinki.
"Karena sekarang jam pelajaran pertama pasti sudah dimulai. Aku ingin Appa yang menjelaskan kepada seonsaengnim kenapa aku terlambat."
"Tidak mau."
"APPA!"
"Pokoknya Appa tidak mau. Tadi saja kau mengejek Appa, kenapa sekarang meminta tolong kepada Appa?"
"Aish! Appa benar-benar kekanak-kanakan." Gerutu Eunsook.
"Terserah."
"Appa, ayolah..."
"Tidak mau! Sekali tidak tetap tidak."
"JINKI APPA!"
* * *
"Taeyeon-ah, benar kau tidak ikut makan siang?" Tanya Gweboon kepada teman sekaligus partner usaha butik yang dibukanya.
"Tidak, Eonni. Aku akan makan siang dengan Minho Oppa. Sebentar lagi dia datang."
"Baiklah. Tapi setelah makan siang, Eonni harus kembali ke kantor. Eonni titipkan butik kepadamu." Kata Gweboon kemudian meraih tas selempangnya yang terletak di meja kerjanya.
"Ne, Eonni. Hati-hati di jalan." Kata Taeyeon sebelum Gweboon menghilang dari balik pintu yang terbuat dari kaca itu.
Gweboon pun memutuskan untuk berjalan kaki menuju cafe langganannya. Dia sama sekali tidak berniat untuk menggunakan kendaraan umum ataupun mobil miliknya. Dia lebih suka berjalan kaki sambil menikmati pemandangan sekitar. Menurutnya banyak yang bisa menjadi inspirasi untuk membuat desaign baju saat dia berjalan daripada menyetir mobil.
Setelah berjalan kurang lebih 10 menit, sampailah Gweboon di tempat tujuan. Suara gemericik terdengar dari gantungan yang diletakkan di dekat pintu saat dia membuka pintu cafe itu.
"Annyeong, Gweboon-ah." Sapa seorang pelayan begitu melihat Gweboon memasuki cafe.
"Annyeong, Oppa. Bagaimana kabarmu?" Tanya Gweboon ramah.
"Seperti yang kau lihat, aku sangat baik. Bukankah aku bertambah tampan? Itu artinya kabarku sedang baik." Jawab Jonghyun dengan penuh percaya diri.
"Jadi jika kau menjadi jelek kabarmu tidak baik begitu?"
"Aish! Pernahkah kau melihatku jelek? Aku selalu tampan. Lihatlah! Banyak gadis-gadis yang menggilaiku." Kata Jonghyun menunjuk sekumpulan gadis-gadis SMA yang tengah berbisik-bisik dan tersenyum tidak jelas ke arah Jonghyun. Bahkan ada yang sampai melambaikan tangannya kepada Jonghyun. Dan entah karena ingin menggoda atau apa Jonghyun pun membalas lambaian tangan gadis itu dengan tidak lupa menambahkan 'cium jauh'. Membuat gadis-gadis itu berteriak histeris.
"YA! KIM JONGHYUN! KAU MEMBUAT ULAH LAGI, HUH?" Teriak seorang laki-laki sambil berkacak pinggang. Jonghyun pun hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sedangkan Gweboon hanya terkekeh geli.
"Kau membuat tamu yang lain terganggu dengan teriakan gadis-gadis genit itu, Jonghyun-ah." Kata Joongki, pemilik cafe sekaligus tetangga Gweboon.
"Sudahlah, Joongki Oppa. Bukankah karena adanya Jonghyun Oppa cafe Oppa jadi ramai?" Bela Gweboon.
"Huh! Jika bukan karena seperti yang dikatakan Gweboon kau sudah ku pecat sejak dulu Kim Jonghyun. Tidak peduli kau adalah adik sepupuku."
"Maaf, Hyung."
"Kembalilah bekerja. Kau tidak lihat sedari tadi Minjung sudah melotot ke arahmu?" Tunjuk Joongki kepada seorang gadis yang berdiri di belakang meja kasir.
Jonghyunpun menatap Minjung dengan tatapan maaf-kau-tahu-kan-aku-tidak-serius-saat-melakukannya. Tetapi Minjung malah membuang muka mendapat tatapan seperti itu dari Jonghyun.
"Aish! Sepertinya dia marah." Gerutu Jonghyun.
"Rasakan!"
"Minta maaflah kepadanya, Oppa. Kau tidak boleh menyakiti hati gadis sebaik Minjung." Kata Gweboon menasihati.
"Ne. Aku permisi dulu." Pamit Jonghyun sambil membungkukkan badannya.
"Apa yang membawamu kesini?" Tanya Joongki begitu mereka telah berdua.
"Tentu saja untuk makan siang. Memang apa lagi, Oppa?" Tanya Gweboon heran.
"Yah! Siapa tahu saja kau ingin mengajak Oppa mu ini jalan-jalan." Tebak Joongki.
"Aku sangat sibuk akhir-akhir ini. Jadi maaf kita menjadi jarang jalan bersama seperti dulu. Lagipula aku tidak enak dengan Chaewon Eonni yang sibuk mengurus Joongwon dirumah sedangkan suaminya malah berduaan dengan wanita lain."
"Aish! Chaewon tidak mungkin punya pikiran seperti itu. Kau itu sudah kami anggap seperti adik kami sendiri." Kata Joongki sambil mengacak-acak rambut Gweboon.
"Aish, Oppa! Kau membuat rambutku berantakan. Padahal setelah ini aku ada janji dengan klien penting." Gerutu Gweboon kesal sambil merapikan rambutnya.
"Mian. Ayo kita duduk disana. Tidak enak dengan pengunjung lain jika kita tetap berdiri disini." Kata Joongki menunjuk meja kosong di pojok cafe yang menghadap langsung ke jalanan.
"Bagaimana pekerjaanmu? Apa ada masalah?" Tanya Joongki begitu mereka telah duduk dan memesan makanan.
"Tidak ada. Hanya saja beberapa hari ini sangat banyak tawaran dari beberapa perusahaan yang menginginkan desain baju yang khas untuk produk mereka. Dan itu semua membuatku sedikit kerepotan." Jelas Gweboon sambil menghela nafas berat.
"Istirahatlah! Aku rasa kau butuh waktu istirahat. Tidak mungkin kau terus memfokuskan dirimu pada pekerjaan dan butik." Saran Joongki.
"Tapi Oppa, itu semua adalah tanggung jawabku."
"Oppa tahu, tapi bukankah Taeyeon sudah membantumu di butik? Jadi kau tidak perlu terlalu memforsir tenagamu seperti ini. Kau itu juga manusia yang butuh istirahat dan penyegaran."
"Ne, aku tahu. Setelah ini aku akan ambil cuti."
"Ah! Bagus itu! Sebaiknya kau pergi ke tempat yang banyak laki-lakinya. Supaya kau tidak jadi perawan tua." Ejek Joongki.
"YA! OPPA!" Kesal Gweboon sambil memukul lengan Joongki.
"Aduh, sakit! Kau ini! Badan sekurus itu tapi tenagamu kuat sekali." Umpat Joongki sambil mengelus lengannya yang menjadi sasaran tangan Gweboon.
"Biarkan saja. Salah sendiri Oppa mengejekku." Bela Gweboon.
"Oppa tidak mengejekmu. Oppa benar-benar mengkhawatirkanmu, Kim Gweboon. Oppa lihat kau sama sekali tidak dekat dengan laki-laki, Oppa hanya ingin kau cepat menyusul Oppa. Lagipula sudah sepantasnya Oppa menerima keponakan darimu." Kata Joongki.
Melihat kesungguhan dari kata-kata Joongki membuat Gweboon hanya bisa menghela nafas. "Aku tahu, Oppa. Tapi sampai saat ini aku belum menemukan seseorang yang tepat. Seseorang yang aku inginkan untuk menjadi teman hidupku." Kata Gweboon sambil menatap lurus ke depan.
"Baiklah. Oppa tidak akan memaksamu, kau sudah dewasa dan bisa menentukan jalan hidupmu sendiri. Benar kan?" Tanya Joongki sambil tersenyum.
"Ne." Gweboon pun membalas senyuman Joongki.
"Gweboon-ah, ini pesananmu." Sebuah suara menginterupsi percakapan singkat antara Gweboon dan Joongki.
"Terimakasih, Jonghyun oppa." Kata Gweboon sambil tersenyum.
"Ne. Selamat makan! Aku permisi." Jonghyun menyempatkan diri untuk tersenyum sebelum pergi meninggalkan meja mereka.
"Makanlah!" Perintah Joongki setelah Jonghyun menghilang dari hadapan mereka.
"Ne, selamat makan!"
Mereka pun menikmati makanan mereka dalam diam. Gweboon yang sibuk menghabiskan spaghetti pesanannnya serta Joongki yang memilih untuk menyesap secangkir kopi hangat.
"GWEBOON EONNI!!!" Teriakan seseorang menghentikan kegiatan si pemilik nama. Gweboon pun menatap sekitar mencari siapa yang telah memanggilnya. Dan senyum mengembang begitu mengetahui siapa yang memanggilnya.
"Eunsook." Gumam Gweboon.
"Kau mengenalnya?" Tanya Joongki.
"Ne." Jawab Gweboon tanpa mengalihkan pandangannya dari Eunsook dan tetap tersenyum kepada gadis kecil itu yang berjalan menuju ke arahnya.
"Gweboon Eonni, aku senang bisa bertemu dengan Eonni disini." Kata Eunsook yang langsung memeluk Gweboon.
"Ne, Eonni juga." Kata Gweboon membalas pelukan Eunsook.
"Apakah kau baru saja pulang dari sekolah?" Tanya Gweboon melepaskan pelukan mereka dan menyuruh Eunsook untuk duduk disampingnya.
"Ne."
"Dengan siapa kau kemari?"
"Park ahjussi. Aku lapar dan ingin makan disini. Makanya aku datang kesini. Dan aku bersyukur bisa bertemu Eonni disini."
"Eonni juga. Kau ingin makan apa? Pesanlah!"
"Aku sudah memesannya tadi." Jawab Eunsook.
"Oh! Kalau begitu kau duduk disini saja dan makan bersama Eonni, bagaimana?"
"Tentu saja aku mau." Jawab Eunsook dengan senyum manis yang tersungging di wajah polosnya.
"Ehem...ehem... Sepertinya aku tidak dibutuhkan disini."
"Ah! Joongki Oppa, mianhe." Kata Gweboon dengan nada bersalah. "Kenalkan ini Eunsook, gadis kecil yang aku temui beberapa hari lalu ditaman." Lanjut Gweboon. "Eunsook-ah, kenalkan ini teman Eonni, namanya Song Joongki tapi kau bisa memanggilnya Joongki ahjussi."
"Ya! Kim Gweboon! Aku tidak setua itu untuk dipanggil ahjussi." Kata Joongki tidak terima.
"Senang berkenalan dengan ahjussi. Namaku Eunsook. Lee Eunsook." Kata Eunsook sambil mengulurkan tangannya.
Joongki pun menyambut uluran tangan Eunsook dengan senyuman. "Song Joongki, kau bisa memanggilku Joongki Oppa."
"Tapi bukankah lebih tepat aku memanggil ahjussi dengan sebutan Joongki ahjussi? Bagaimana?" Tanya Eunsook dengan wajah polosnya yang membuat Joongki mendengus kesal, sedangkan Gweboon hanya terkekeh geli.
"Terserah kau saja." Kata Joongki pasrah.
"Tapi kau tampan ahjussi, meskipun lebih tampan Appa." Puji Eunsook kepada Joongki sekaligus menjatuhkannya.
"Terimakasih. Tapi ahjussi yakin ahjussi lebih tampan dibanding Appamu."
"Tidak. Appa lebih tampan. Meskipun kalau dilihat wajah kalian mirip" Eunsook tetap pada pendapatnya.
"Kalau begitu, lain kali kau ajak Appamu kemari dan biarkan Gweboon yang menilai lebih tampan ahjussi atau Appamu dan seberapa mirip kami berdua. Bagaimana?" Saran Joongki.
"Setuju." Jawab Eunsook.
Dan obrolan mereka pun berlanjut hingga hal-hal sepele. Eunsook yang baru bertemu dengan Gweboon sebanyak 2 kali sudah merasa dekat dengan gadis itu, sedangkan Joongki yang baru ditemuinya hari ini mampu membuatnya tersenyum dan tertawa dengan lelucon yang dilontarkannya.
* * *Seperti biasa sebelum pulang kerumah, Gweboon akan menyempatkan diri duduk barang sejenak di taman dekat rumahnya. Menikmati udara sore di taman yang asri dan ramai pengunjung itu. Baik anak-anak beserta kedua orang tua mereka ataupun sepasang kekasih yang ingin menghabiskan waktu berdua.
Gweboon pun memilih duduk di bangku favoritenya. Sebuah bangku yang terletak dibawah pohon besar rindang yang mampu melindunginya dari sinar matahari. Tepat didepan matanya disuguhi pemandangan air mancur yang sangat indah. Membuat Gweboon tidak pernah bosan untuk selalu datang ke taman itu meski seorang diri.
Beberapa kali gadis itu terlihat bermain-main bersama beberapa anak kecil yang memang sudah dikenalnya. Bersama mereka, Gweboon bisa melupakan sedikit beban akan tanggung jawab besar yang dipikulnya sebagai designer ternama. Setelah puas menikmati pemandangan sore itu, Gweboon memutuskan untuk segera kembali ke rumah. Dia pun beranjak dari duduknya dan tidak lupa membawa tas serta beberapa lembar dokumen yang dia letakkan disampingnya.
Saat menyusuri jalan setapak di taman itu, matanya tertuju pada sebuah benda berwarna hitam yang diyakininya adalah sebuah dompet. Dipungutnya dompet itu dan melihat sekeliling siapa tahu ada yang sedang mencarinya. Tapi nihil. Dia tidak menemukan tanda-tanda pemilik dompet itu disekitarnya. Dengan sedikit ragu Gweboon membuka dompet itu. Bukan apa-apa hanya ingin mengetahui identitas pemilik dompet itu supaya dia bisa segera mengembalikannya. Dan betapa tertegunnya dia melihat isi dompet itu. Bukan uang yang banyak, tapi sebuah foto dirinya. Tapi dia sendiri tidak ingat pernah berfoto dengan pakaian dan pose seperti yang terlihat di foto. Tapi bukankah ini dirinya? Gadis di foto ini sangat mirip dengannya.
"Jeosonghamnida, bisakah aku melihat dompet itu?" Sebuah suara membuyarkan lamunan Gweboon.
"Ne?" Tanya Gweboon sambil mengangkat kepalanya agar bisa melihat orang di depannya.
"Gweboon?"
TBC
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found You For Me And My Dad | Complete
FanfictionKetika putrimu berusaha menjodohkanmu dengan orang lain. Ketika kau jatuh cinta dengan seseorang yang telah mempunyai seorang putri yang cantik. Apakah yang akan terjadi dengan kalian berdua?