"Kebencian selalu membunuh, cinta tidak pernah mati, itulah yang membedakan antara keduanya.
Apa yang diperoleh cinta, akan selalu abadi.
Apa yang diperoleh benci, akan menjadi beban hidup karena ia akan melahirkan banyak kebencian baru."
_Mahatma Gandhi
____________________________________________________________
Author's POV
"Apa Lucian dan Aradi sudah mulai bergerak?" Tanya Moreno pada Betanya.
"Sejauh yang kami amati mereka masih melakukan pencarian, Alpha. Belum ada keinginan untuk menyerang pack kita." Jawabnya.
"Tentu saja, walaupun mereka sudah tahu aku yang menculik Chara, tidak akan semudah itu mereka melakukan penyerangan. Tidak ada bukti yang jelas, dan lagi pula aku tidak ada di sana." Moreno tertawa di akhir kalimatnya. "Padahal rencana awal kita adalah mereka saling membunuh saat mengetahui Chara hilang, jadi aku tidak perlu turun tangan lagi untuk menghabisi keduanya. Tapi ternyata, kedua Alpha bodoh itu malah memilih untuk bekerja sama untuk menemukan Chara. Sial! Ini membuat kita harus berganti rencana." Moreno tampak berpikir sejenak sebelum kembali melanjutkan. "Tetap awasi mereka, aku akan menenangkan Chara lebih dulu. Begitu urusan di sini selesai, segera lakukan pembersihan."
Beta itu mengangguk patuh. "Saya mengerti, Alpha." Walaupun dia tahu apa yang diperintahkan Moreno itu adalah salah, tapi perintah tetaplah perintah. Apa pun yang dikatakan seorang Alpha, mereka semua harus menurutinya. Lagi pula, dia belum tahu apa yang sebenarnya menjadi tujuan Alpha-nya ini.
Moreno melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya sejenak, sudah hampir menjelang sore hari. Lebih baik dia segera pulang dan menemui Chara. Entah mengapa perasaannya tiba-tiba tidak enak, seperti ada sesuatu yang akan terjadi. Karena itu, dengan terburu diraihnya kunci mobil di atas meja kerjanya dan melesat keluar dari sana.
_____
'Kau yakin dengan rencana ini Chara?' Tanya Jade yang tampaknya agak ragu dengan rencana yang baru saja dijelaskan Chara.
'Aku sudah memikirkan segala hal dan cara yang dapat kita lakukan Jade, tidak ada yang akan berhasil. Hanya ini satu-satunya jalan.' Jawab Chara, padahal di dalam sana Jade dapat merasakan ketakutan yang juga melingkupi Chara.
'Tapi aku tetap kurang setuju Chara. Bagaimana jika hal ini malah akan membahayakan nyawamu? Nyawa kita?' Lagi-lagi Jade berujar tidak setuju.
'Jade, dengarkan aku. Jika kita hanya berdiam diri di sini, kita tidak akan berhasil. Semunya memiliki resiko, dan sekarang jika kita tidak mencobanya, kita tidak akan tahu.'
'Tapi tetap saja Chara. Ini terlalu berbahaya, kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika kau nekat melakukan itu.' Jade rasanya hampir frustasi untuk menyatakan ketidaksetujuannya.
'Benar, nekat! Itulah yang harus kita lakukan saat ini Jade! Setidaknya kita harus membantu Lucian dan Alec untuk memudahkan mereka menemukan keberadaan kita.' Jawab Chara final.
Jade mendesah pasrah di dalam sana mendengar ucapan Chara. Walaupun kemungkinan besar cara yang barusan dikatakan Chara akan berhasil, tapi resiko yang mereka hadapi akan sama besarnya. Nyawa mereka, bisa saja tidak terselamatkan.
Pintu yang terdorong dari luar menyentak Chara yang sebelumnya tengah berdiri memandang langit sore dari balik jendela. Di luar sana, hanya terlihat taman luas yang dipagari tembok tinggi, Chara tidak tahu apa yang ada di balik tembok itu. Tapi yang pasti tidak mungkin kota, karena suasana di sini begitu tenang dan hening. Perkiraan Chara, kemungkinan besar mereka sekarang ini ada di sebuah desa atau pinggir hutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mina ✓
Hombres LoboChara memiliki mate, tapi karena kesalahpahaman, mereka berpisah. Jadi, Chara memutuskan pergi untuk menyelamatkan hatinya yang penuh luka, bertemu dengan orang baru, bersiap memulai hidup bahagia, tetapi masa lalu kembali datang layaknya hantu. * *...