DELAPAN

475 44 3
                                    


Aku tak ingin semudah ini percaya dengan apa yang Derel katakan,karena sakit yang kurasakan begitu membekas dihatiku.
Mengapa ia berpikir aku tak akan percaya padanya jika ia menjelaskannya hari itu juga.
Bagiku memercayainya begitu saja membuatku tak berharga sedikitpu,ku akui rasa sayang pada Derel masih melekat dihatiku karena dia orang pertama yang mengajarkanku apa artinya kenyamanan kesempurnaan cinta dan sirna begitu saja bagai diterpa angin setelah mendengar kabar yang begitu menyesakkan dadaku meskipun faktanya tidak benar.

"Gue rasa itu belum cukup Rele,buat gue ngebangun rasa percaya gue ke lo yang udah lama hancur" ucapku

Rele,aku sengaja memanggil nama kesayangannya dengan manja sembari mengingat masa-masa yang indah bersamanya.

"Aku maklumi bila kamu belum percaya,kamu boleh nanya ke mama yang sebenarnya.kebetulan mama aku besok tiba kesini"

Mungkin alasan yang dikatakan Derel memang benar,tapi entah mengapa hatiku belum merasa cukup mendengarnya.

"Please,come back with mi yaya.I want to live out this beatiful day with you"

Pernyataan Derel membuatku sukses tercengang,mengapa kata-kata itu begitu manis keluar dari mulutnya.mungkin karna Derel memang pandai berbahasa inggris sehingga ia dengan fasih mengucapkannya.atau karena ia tulus dan serius?akhh,aku benar-benar bingung

"Right now,i dont know what kind of feelings for you.after waiting without certainty and made me fall" ucapku lirih bersama dengan turunnya hujan dengan tempo teratur

Ia tak menjawab hanya menarik pelan tanganku dan membawaku berteduh dibawah rumah pohon yang kami buat bersama.

"Mau naik bentar gak?" tanya Derel dan ku jawab dengan anggukan

Aku mulai menaiki tangga pada pohon dengan begitu hati-hati,dan sampai ke atas dengan selamat.
Aku belum melihat setiap dinding pada rumah pohon ini,tak ada yang berubah.
Hanya saja ada satu yang membuatku terkejut,foto saat aku menangis dibawah derasnya hujan saat menunggu kedatangan Derel ditempat ini.siapa yang memotretnya?
Seolah tau dengan pertanyaanku,Derel yang tadi kulihat tengah berusaha menaiki tangga kini berada disampingku dan berkata

"Foto itu diambil oleh orang yang sengaja ku suruh datang kesini menemanimu jika saja ada hal buruk yang menimpamu" ujar Derel

Aku hanya tersenyum simpul,begitu banyak foto-foto kenanganku bersama Derel.

Cukup lama mereka terjebak hujan ini.

"Huh,bukannya reda,malah makin deras aja" celutuku

"Aku sih alhamdulillah banget karna ni hujan kita bisa berduaan lagi" ujar Derel terkekeh menatapku

"Hhh" hanya itu yang mampu ku ucapkan.cuaca yang begitu dingin saat ini menusuk sampai ke tulangku hingga akhirnya aku memutuskan memeluk erat lututku karna itulah satu-satunya cara membuat suhu dingin tubuhku berkurang.

Kurasakan dekapan halus pada punggungku,tanpa menolehpun jelas ku tau pelakunya.
Aku tak menghindar dari pelukannya.jangan mikir macam-macam dulu,aku membiarkannya karna tak ingin mati kedinginan.
Tak sadar,akupun terlelap cukup lama dalam dekapannya yang mampu membuatku hangat.

"Yaya,bangun ayo.hujannya udah berhenti kok" ujar Derel membangunkanku pelan

"Huaaa,hujannya udah berhenti?" tanyaku sambil menguap

"Cihh,pake nguap segala" ucap Derel,tangannya berusaha menutup mulutku

"Hehe,kebiasa...eh ini udah jam berapa?" ucapku panik setelah melihat warna langit yang telah berubah menjadi gelap layaknya malam

MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang