DUA BELAS

667 43 7
                                    

°Vote dulu yah sebelum dibaca 😬😗🌟°

"Baik ayah,akan aku terima perjodohan itu tapi dengan syarat..." belum sempat melanjutkan omonganku,ayah telah memotong

"Apa pun syarat yang kamu ingin kan ayah akan lakukan Gia"

"Gia mau,tunangan nya dilaksanakan selesai lulusan sekolah.tapi itu baru tunangan ayah,kalau masalah nikah nanti aku sama Derel yang pikirkan" pintaku

"Baiklah kalau begitu,yang terpenting adalah kamu sudah menerima perjodohan ini" ayah menerima persyaratan yang diberikan anaknya itu dengan senyum sumringah

"Ayah kalau kak Gia udah tunangan sama kak Derel,berarti kita gak tinggal barengan lagi dong?" Keyla bertanya dengan wajah cemberut serta bibir yang telah berbentuk kerucut,sangat menggemaskan

"Udah pasti lah nak,karena nanti kak Gia punya keluarga sendiri.tapi kak Gia pasti main kesini juga bareng Keyla" ibu menjawab pertanyaan yang diberikan Keyla untuk ayah

"Hmm Keyla gak mau,suruh aja kak Derel yang tinggal bareng kita disini" Keyla menyilangkan kedua tangan didadanya

"Keyla,udah ah.lanjutin aja makannya" perintah ibu

Keyla tak menjawab,dilanjutkannya menyantap makan siang yang sempat menanggur selama beberapa menit dengan wajah yang masih cemberut.

Usai makan siang,aku kembali ke kamar untuk beristirahat sebentar.

Sebelum kesadaran ku terenggut sebentar,ku cari keberadaan handpone milik ku bertujuan mengecek adakah notif yang masuk.

Instagram : 715 Orang menyukai foto anda
241 Started following you

Snapchat : 122 Add you

BBM : 314 Undangan "Menunggu"
Pesan : Broadcast chat

Line : 107 Orang menambahkan anda sebagai teman
987 Pesan masuk

Benar saja,cukup banyak notif yang masuk.

Dari sekian banyak notif yang ada,aku hanya tertarik membuka LINE karena feeling ku mengatakan bahwa ada sesuatu yang penting.

Setelah membuka pesan masuk diline.
Mata ku tertuju pada sebuah pesan yang begitu singkat,dari pria dingin itu.

Febrian Kusuma : Lo berubah ya (?)

*Read

Aku hanya sekedar membaca dan berhasil dibuatnya tercengang karena pesan yang ia kirim,aku benar benar tak mengerti maksud dan tujuannya.

Awalnya aku sama sekali tak berminat untuk membalas pesan darinya,tapi jari jemariku seakan meronta-ronta ingin membalas pesan itu layaknya anak bayi yang sedang merengek meminta makan pada ibunya.

Anggi Namira : Gak

Aku membalasnya begitu singkat karena memang hanya itu yang mampu ku jawab,dan lebih tepatnya itulah jawabannya.

Beberapa lama kemudian

Febrian Kusuma : Kok gue berasa lo berubah ya?

Anggia Namira : Perasaan lo aja

Febrian Kusuma : Tuh kan bener,lo marah sama gue?

Febrian Kusuma : Gue bisa jelasin kok gimana hubungan gue sama nina saat ini

Anggia Namira : Gue gak nanya hubungan lo sama dia,lagian gue juga gak punya perasaan apa-apa ke lo jadi ngapain gue marah

Febrian Kusuma : Maaf :(

MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang