chapter 10

857 102 0
                                    

Kabar pertunangan ku dan Myungsoo sudah menyebar hampir ke seluruh warga kampus. Bahkan orang tua kami berdua pun sudah menyebar undangan ke beberapa kolega. Dan hari ini tepat tiga hari sebelum acara pertunangan kami.

Semua orang di kampus terkejut dengan berita itu, dan banyak yang berkata bahwa aku ini cewek murahan. Belum genap satu bulan putus dari Jongin sudah menggandeng kekasih baru, dan bahkan bertunangan!

"Woah Jung.... Aku harus membeli gaun baru untuk menghadiri pertunangan sahabatku nih" seru Wendy yang sekarang sudah resmi menjadi sahabat baruku. Aku hanya tersenyum acuh tak acuh. Bukannya aku tidak peduli dengan acara ini, tapi hanya karena aku belum siap.

Hubunganku dengan EXO pun perlahan mulai membaik. Setidaknya mereka cukup waras untuk meminta maaf duluan. Tapi bagiku tidak untuk dekat dengan mereka lagi.

"Aku dengar Jongin sekarang berubah" kata Wendy tanpa mengalihkan perhatiannya dari majalah yang dibacanya. Kami berdua duduk di cafetaria kampus sembari menunggu jam kuliah nanti.

"I don't even care" seru ku sebelum menyeruput caramel macchiato ku.

Wendy menatap ke arah belakangku lekat-lekat membuatku seketika menoleh. Kim Jongin dan Oh Sehun berjalan ke arahku. Aku bisa melihat wajah Jongin yang kuyu dan bekas luka di pelipis kirinya. Mata kami bertemu dan aku masih bisa merasakan getaran itu, seolah kami berdua masih menjadi sepasang kekasih, lalu dia tersenyum dan aku buru-buru mengalihkan perhatianku.

"Dia kenapa?" kata Wendy dan saat aku berbalik Sehun sudah berdiri di hadapanku.

"Kau bawa obat antiseptic atau plester? Dia berkelahi... lagi" kata Sehun.

Aku merogoh tasku dan mengeluarkan dompet yang berisi perlengkapan obat dan langsung memberikannya kepada Sehun. Pemuda blonde itu bangkit seraya tersenyum dan menggumam 'terima kasih' kepadaku. Meskipun kami berdua sudah baik-baik saja namun hubungan kami sudah tidak sedekat dulu. Aku lah yang menjauhinya.

Aku terus-terusan menatap ke arah Jongin dan Sehun yang duduk dua bangku dari tempat duduk ku dan Wendy. Ekspresi kesakitan tercetak jelas di wajah Jongin. Namun Ia masih tetap terlihat tampan.

Semenjak putus nya hubunganku dengan Jongin, pemuda itu kembali dengan dirinya yang dulu, suka berkelahi, mabuk-mabukan dan bermain 'wanita'.

"Kau kenapa lagi Jong?"

Suara berat Chanyeol membuatku menoleh, aku sekarang mendapati Chanyeol, Chen, Baekhyun dan Kyungsoo sudah duduk di bangku Sehun dan Jongin.

"Tadi seorang mahasiswa mengatakan Soojung pelacur dan Jongin yang sedang melintas tiba-tiba memukul pemuda itu. And BAM! Terjadilah perkelahian" kata Sehun.

DEG. Jadi dia masih peduli terhadapku?

Aku memutuskan pulang terlebih dahulu karena kepalaku terlalu pening untuk melanjutkan perkuliahan. Beruntunglah Wendy mau mengijinkanku dan setelah pulang kuliah nanti Ia akan mampir untuk menjengukku. Aku merebahkan badanku di kasur dan memijat pelipisku. Dan tidak terasa aku tertidur.

Aku bangun dan terlonjak saat melihat jam sudah menunjukan pukul dua malam. Aku bergegas mengambil handphone ku dan mendapati 9 missed calls and 5 new messages dari Wendy dan Myungsoo.

Aku buka satu persatu dan segera membalasnya. Saat aku bangkit untuk ke kamar mandi, handphone ku kembali berdering dan menunjukan nama Oh Sehun dilayarnya.

"Soojung!!" katanya panik. Aku langsung memposisikan diriku duduk di sofa yang berada di sudut ruangan.

"Ada apa Sehun?"

"Bisa kau ke golden bar sekarang?"

"For god's sake Sehun ini pukul berapa?. Are you crazy? Im a girl!"

"Please. Jongin...dia...dia mabuk. Dan dia tidak mau pulang jika bukan kau yang menjemputnya Jung, berkali-kali Jongin terus menyebut namamu"

Aku mendesah berat "Sepuluh menit lagi aku sampai"

*Golden Bar*

"Maaf nona kau tidak boleh masuk" kata seorang penjaga bar yang penampilannya mirip seperti seorang preman. Ia menatap ke arahku dari bawah ke atas.

Crap

Aku mengumpati diriku sendiri, bodohnya dirimu Jung Soojung! Lihatlah penampilanmu sekarang, aku hanya mengenakan sandal dan piyama bergambar rillakuma. Terlalu panikkah aku sehingga lupa berganti baju, damn.

"Soojung!"

Aku menoleh dan mendapati Sehun sedang berjalan ke arahku. Ia menarik lengan ku dan membawaku masuk. Aroma menyengat menyeruak seraya menyambutku. Dari kejauhan aku bisa melihat seorang pemuda dengan kepala tertunduk yang aku yakini itu Jongin.

"Soojung.... Maafkan aku Jung..... im sorry, Soojung-ah I love you"

Sepanjang perjalanan ke apartemennya Jongin terus mengigau namaku, dan jujur itu membuatku tak nyaman. Entah perkataannya itu bohong atau tidak, dan aku semakin membenci Jongin karena hal itu. Pertahanan ku runtuh seketika. Air mata deras menuruni pipiku. Beruntunglah Sehun, yang sedang berkonsentrasi menyetir, tidak tau jika aku menangis.

Setelah cukup lama aku terjebak dalam ketidaknyamanan ini, akhirnya mobil Range Rover hitam milik Sehun tiba di parkiran apartemen Jongin. Sehun turun dan langsung memapah tubuh Jongin yang lumayan berat. Dibantu dua security yang sedang berjaga, mereka berhasil membawa Jongin ke apartemennya yang berada di lantai tujuh belas dan membaringkan tubuhnya ke ranjang kamarnya.

"Jung tolong jaga dia. Aku keluar sebentar membeli obat."

"Tapi...." Sebelum suaraku terdengar punggung Sehun terlihat menuruni anak tangga. Dan disinilah aku, berdiri diujung pintu kamar milik pemuda yang tidak sadarkan diri dan lebih parahnya pemuda itu adalah mantan kekasihku sendiri.

"Soojung......"

Aku menoleh dan mendapati Jongin membuka matanya perlahan. Ia mencoba bangun namun gagal karena terlihat sekali Ia menahan sakit dari ekspresi wajahnya. Aku merasa iba, ingin rasanya aku mendekat membantunya namun ego ku terlalu kuat untuk tetap bertahan di posisiku.

"Itu kau kan Jung?"

Aku hanya diam tak bergeming. Bukan karena aku tidak ingin menjawabnya namun aku bingung. Disisi lain aku kasihan melihat kondisi nya tapi bayangan saat Ia melontarkan kebenaran tentang aku-yang-hanya-dianggap-sebagai-bahan-taruhan lah yang membuatku ragu.

Jongin mencoba berdiri. Ia berjalan gontai mendekat kearahku. Terlihat jelas ekspresi wajahnya yang menyatakan bahwa Jongin juga sama terlukanya denganku. Ia menggumam "im sorry" seiring langkahnya mendekatiku. Aku mundur perlahan hingga punggungku menatap dinding. Disaat jarakku dengannya hanya berjarak satu jengkal, Ia terjatuh. Dan tanpa terasa air mataku turun menyaksikan kondisi keka—mantan kekasihku itu. Ia terus bertahan diposisi itu, merunduk.

Pertahananku pun runtuh dan mendekatinya. Aku jatuh berlutut dan menyentuh lengannya. Lengan kekar yang biasanya memelukku. Lengan kekar yang selalu melindungiku. Lengan kekar tempatku bersandar. Dan hal yang paling menohok batinku adalah bahwa pria itu menangis.

Seorang Kim Jongin menangis karena Jung Soojung.

InsecurityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang