chapter 12

1.7K 106 3
                                    

Tidak banyak yang berubah dalam hidupku. Aku masih tetap menjadi diriku sendiri yang sekarang, yang berbeda hanyalah hatiku yang tidak utuh lagi.

Setelah kejadian di apartemen tiga hari lalu itu, aku sudah tidak pernah bertemu ataupun tahu kabar Soojung. Dan tepat hari ini adalah hari pertunangannya dengan Myungsoo.

"Kai, kau datang kan?"kata Sehun sembari berdiri di depan kaca dan mengancingkan kemeja navy blue nya. Aku hanya diam dan seolah menatap langit-langit kamarku lebih mengasyikan daripada harus menjawab pertanyaan sahabatku itu. Kemarin aku mendapatkan undangan pertunangan Soojung dan Myungsoo, seakan-akan Soojung sudah melupakan ku dan semua kenangan kita.

Sehun pun duduk disebelahku. Tak lama Ia ikut berbaring disampingku "Kau masih mencintainya kan?"

Aku menoleh mendengar pertanyaannya. Sejujurnya aku bingung dengan pertanyaan itu. Am I?

Setelah hening beberapa saat Sehun bangkit dari tidurnya dan berjalan perlahan. Sebelum Ia keluar kamar, Ia berkata "Yes, you are Kim. Stop denying and back to the game. Aku yakin ini belum terlambat. Jangan lupa acaranya jam 10.00"

No one's pov

Mengenakan sepatu ber hak lima senti membuat Soojung kesulitan untuk berlari, belum lagi gaun berwarna peach selutut yang dikenakannya berkibar-kibar di tiup angin. Dinginnya Seoul kala itu tak membuat peluh yang hendak menetes didahinya tertahan. Rambutnya yang digerai ikut berkibar seiring hentakan heels nya yang beradu dengan lantai marmer. Soojung rela berlari-lari dan menghancurkan riasannya hanya karena mendapat satu pesan dari mantan kekasihnya.

From; Asshole

Jika kau ingin mengetahui jawabanku. Temui aku sekarang di belakang.

Soojung menghela nafas lega saat melihat siluet seorang pemuda yang tengah bersandar pada dinding. Langkahnya terhenti sejenak dan merutuki dirinya sendiri. Semalam Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak peduli lagi dengan mantan kekasihnya itu. Namun apa yang terjadi sekarang? Terkadang hati bisa berkata lain.

"Kau sudah lama?" Tanya Soojung saat Ia tiba. Pemuda itu membuka matanya, Soojung bahkan tak menyadari jika sejak tadi mata Jongin tertutup. Soojung bersyukur karena lampu temaram yang sedikit menyamarkan sosok pemuda itu sehingga Ia tak perlu melihat pesonanya. Karena saat ini, Ia yakin pemuda itu pasti terlihat sangat tampan.

"Kenapa lampu disini gelap sekali? Aku tidak bisa melihat wajah seorang gadis yang akan bertunangan ini dengan jelas. Pasti Ia terlihat sangat cantik sekali. Ah, ayo ikut aku." Katanya seraya menggandeng tangan Soojung. Gadis itu hanya bisa melongo mendapat perlakuan seperti itu tiba-tiba. Darah disekujur tubuhnya berdesir saat tangan kokoh menggenggam tangannya dengan erat. Kembali rasa nyaman yang telah lama hilang itu menyinggahinya.

"Are you okay? Ah pasti kau bahagia ya sekarang" Tanya Jongin seraya tersenyum meremehkan. Soojung segera menyentakkan tangannya hingga terlepas dari genggaman Jongin, membuat pemuda itu tersetak kaget.

Soojung mendongak menatap pemuda itu yang juga tengah menatapnya. Sialan. Dia menelan ludah saat melihat wajah tampan pemuda itu, hanya berjarak tiga puluh senti dan itu cukup membuatnya menahan nafas. Jongin bahkan terlihat jauh lebih tampan dari apa yang dibayangkannya. Padahal pemuda itu hanya mengenakan kemeja flannel merah dan celana jeans, serta rambut pendek—yang dia tidak tahu sejak kapan Ia memotongnya—terlihat sangat sesuai dengannya.

Soojung mengerjap dan menolehkan pandangannya saat tangan Jongin menggenggam tangannya erat. Soojung tak mengindahkan tatapan pemuda dihadapannya, Ia hanya memandang lurus kedepan. Mata teduh yang biasanya berbinar itu kini tampak layu, membuat Soojung merasakan sesak.

"Jangan dilepaskan! Kau sudah menyakitiku sejauh ini, apa ini belum cukup untukmu?"

Jongin mengucapkannya entah sebagai gumaman atau memang sengaja menyindir Soojung. Dan telak, perkataan pemuda itu menancap ke ulu hati Soojung. Gadis itu meringis menahan sakit yang dirasakannya. Apakah dirinya sekejam itu?

"Aku juga mencintaimu Jung"

Jongin mencium keningnya.

"Bahkan jauh sebelum aku membuat taruhan bodoh itu"

Jongin mencium tangannya.

"Im in love with you at the first sight"

Jongin mengecup mata Soojung.

"Aku mungkin terkenal sebagai playboy yang hanya bisa memainkan perasaan wanita. Namun setelah bertemu denganmu aku berubah. Bahkan aku dibuat bingung olehmu. Maafkan aku terlalu egois untuk melakukan taruhan bodoh itu. Maafkan aku Jung."

Jongin mengecup bibir Soojung perlahan.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanya Jongin lembut.

"Im really happy" gumam Soojung. Air mata perlahan menetes di pipinya. Ia memeluk Jongin dan membenamkan wajahnya ke dada bidang pemuda itu.

"Tapi, bagaimana pertunanganmu dengan Myungsoo hm?" kata Jongin membelai surai hitam gadis itu.

"Kau tidak perlu khawatir Kim"

Mereka berdua menoleh ke sumber suara. Seorang pemuda jangkung dengan balutan jas hitam berdiri disana. Ia berjalan mendekat "Selamat ya Jung, aku sadar aku bukan pria yang pantas untuk bersamamu. Meskipun pemuda bajingan ini yang sudah mematahkan hatimu, tapi aku yakin Ia bisa menjagamu sekarang. Kejadian kemarin adalah tamparan yang keras untuknya. Jaga dia Kim."

"Oppa, thanks for everything" Soojung memeluk Myungsoo erat, karena memang ini mungkin terakhir kalinya mereka bertemu karena Myungsoo besok akan langsung berangkat ke London untuk melanjutkan study nya.

Kini, Jongin akhirnya mengerti bahwa mengartikan sebuah perasaan cinta tidaklah sesederhana seperti yang dipikirkannya. Begitupun dengan Soojung, gadis itu belajar banyak hal. Dia akhirnya mengetahui bahwa seorang teman bisa menjadi musuh dan begitupun sebaliknya. Dia menjadi lebih kuat dan tegar terlebih sekarang ada Jongin disampingnya. Semua yang Ia kobarkan tidak sia-sia. Segala sesuatu yang sarat akan makna 'bahagia' itu perlu diperjuangkan.

-end-

InsecurityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang