AUTHOR POV
"Gomawo." ucap Dara setelah turun dari lambo mewah Jiyong.
"Gwenchanha. Segera masuk dan beristirahatlah, aku yakin kau lelah. kurasa Daehan juga masih mengantuk, gejiii?" Jiyong memandang Daehan yang tengah berkedip polos kepadanya, mengacak rambutnya pelan.
"Arasseo. Tapi masuklah sebentar. Cuaca sangat dingin, Ji. Pergilah setelah minum secangkir teh."
Jiyong mengangguk singkat, lalu membenarkan letak beanie hitam yang nyaris menutupi seluruh wajahnya.
-
Mereka bertiga pun melangkah masuk ke dalam rumah berdesign minimalis yang mewah. Dindingnya bercat putih dengan sedikit sentuhan abu-abu muda. Rumah mereka, yang bahkan sangat jarang ia kunjungi.. apalagi seejak sahabatnya pergi.
klek
Ruang tamu yang luas dengan beberapa perabotan ber-ornamen bunga, perapian di sudut ruangan, kolam ikan dengan bebatuan dan sebuah piano putih menyambut Jiyong. Sungguh perpaduan yang cocok. Tidak ada yang berubah. Dara yang suka sekali dengan bunga.. dan Jaejoong yang sangat menyukai warna putih. Jiyong tersenyum, kemudian kembali menelusuri detail ruangan itu.
"Ah." langkahnya berhenti di depan beberapa baris pigura. Diantaranya menampakkan sosok yang familiar. Ya, beberapa adalah foto Jaejoong, foto Jaejoong dengan Dara dan foto Jaejoong dengan Daehan.
"Jiyong-ah, aku akan segera turun. Hanya akan mengantarkan Daehan ke kamarnya." ucap Dara di anak tangga, menggandeng tangan mungil putranya.
Namja itu menoleh sembari berjalan, "Geurae."
Kedua matanya kini menangkap sebuah foto berukuran cukup besar yang digantung di dinding ruangan. Pandangannya berubah sayu.
Perlahan, satu tangannya bergerak menyentuh permukaan foto. "Jae. Na wasseo. Jika saja kau masih ada, mungkin sekarang kau akan menyambutku dengan senyuman khasmu dan mengacak rambutku hingga aku kesal, geji?"Tanpa Jiyong sadari, Dara memandangnya dari lantai atas. Turut menatap foto suaminya sembari tersenyum.
Sekarang, walaupun sekarang ini Jae tidak lagi disisinya, tidak lagi menemani hari-harinya, tidak lagi bisa membuatnya tertawa bahagia seperti sebelumnya, ia yakin bahwa dirinya akan selalu baik-baik saja. Ia tetap yakin, bahwa hanya dengan cinta mereka yang tetap hidup, semuanya akan baik-baik saja.
Bahkan ia masih memimpikan Jaejoong hampir di setiap malamnya. Masih begitu merindukannya, namun begitu pandai pula menutupinya.
"Kau rindu padanya?" tanya Dara, tersenyum menuruni tangga. Kemudian duduk di depan piano sembari menatap beberapa baris pigura yang berjejer di atasnya.
Jiyong pun mendekat, menghela nafas pelan. "Ya, sangat merindukannya."
YOU ARE READING
FATE
Fanfiction© 2014 dinaseptavida [RENOVATIO @indofanfictionsarts] Sandara Park, telah kehilangan Jaejoong Kim untuk selamanya. Hancur. Patah. Tidak lagi utuh. Namun demi malaikat kecilnya -Daehan Kim, ia berjuang untuk menjadi lebih kuat. Hingga suatu k...