Sandara Park menyusuri jalanan Seoul yang padat dengan Range Rover miliknya. Kedua tangannya menggenggam erat setir kemudi, pandangannya menerawang. Memikirkan hal yang baru saja terjadi kurang lebih 15 menit yang lalu dan itu sukses semburat merah jambu kembali menghiasi pipinya.
Flashback
"Dara..kau membuatku gila."
Tatapan tajam Jiyong yang mengarah padanya, lengan kekar yang memeluk pinggangnya, aroma maskulinnya..membuat dunia Dara serasa berhenti.Saat itu juga, untuk pertama kali setelah sekian lama, jantungnya berdetak begitu kencang. Lagi.
Mereka berdua masih berada dalam posisi itu, posisi dimana jarak wajah keduanya amatlah dekat. Manik mata hazel saling menatap lekat, kemudian hening. Sesaat yang Dara tahu ia melihat bibir Jiyong mulai mendekat padanya. Salah satu tangan namja itu menyentuh pipinya tanpa mengucapkan sepatah katapun. 'Apa ini? Ada apa denganku?' pikir Dara, sebelum dering ponsel miliknya seolah menyadarkan keduanya untuk saling melepaskan diri.
Jiyong memijat pelipisnya pelan, mengalihkan pandangannya.
Bip
"Y-yeoboseyo?"
"Dara? Eodiya? Apa kau sudah berada di rumah? Aku meminta Dina untuk mengantarkanku ke rumahmu malam ini."
"Aku akan segera pulang. Apa ada sesuatu yang kau inginkan malam ini? Aku akan mampir ke supermarket dan memasak untukmu."
"Jinjja? Geurom, kimchijigae dan es krim Jagung! Neeeeh?"
Dara tersenyum, sesekali menatap Jiyong di hadapannya yang tengah menyilangkan kedua tangan."Aigoo, arasseo." balas Dara lagi. Lalu mengakhiri panggilan.
"Bom noonaya?"
"Hmm."
Jawaban Dara membuat Jiyong tersenyum, "Kau harus mengajarinya masak sesekali."
"Geuraeji. Dia hanya terlalu mencintai kuku-kukunya.."
"Kau sangat memanjakannya, Dara. Kau seperti memiliki dua orang anak."
"Ya!" Dara pun tertawa hingga kedua matanya tenggelam. Ya baiklah, Dara tidak pernah "sempurna" dalam hal memasak tapi ia selalu berusaha. Itu karena ia telah terbiasa memanjakan setiap orang yang disayanginya mengingat bahwa ia adalah anak tertua dalam keluarga. "Baiklah, aku harus segera pergi. Kau tau-"
"Supermarket?"
"Ya, supermarket."
Jiyong terkekeh. "Kurasa aku juga harus pulang. Ini melelahkan." namja itu menghela nafasnya, mengusap wajahnya dengan telapak tangan sekali lagi.
"Berhentilah menyusahkan dirimu sendiri. Apa ada hal yang kau pikirkan, Ji?"
Keduanya bersama-sama keluar dari studio recording, berjalan menuju lift di ujung ruangan.
"Ani..hanya cukup bosan. Hanya untuk hiburan."
-
Keheningan di dalam lift nampaknya akan menjadi hal yang biasa untuk Dara. Sesekali ia menatap Jiyong yang tengah memejamkan kedua matanya.
Tampan.
Namja itu menoleh, menyadari sepasang mata yang mengawasinya sejak tadi. Cengiran lebar pun menghiasi sudut bibirnya.
Ting.
"Annyeong." ucap Jiyong sebelum melangkah keluar, meninggalkan Dara yang hanya dapat berkedip memandang punggung namja dari kejauhan.
YOU ARE READING
FATE
Fanfiction© 2014 dinaseptavida [RENOVATIO @indofanfictionsarts] Sandara Park, telah kehilangan Jaejoong Kim untuk selamanya. Hancur. Patah. Tidak lagi utuh. Namun demi malaikat kecilnya -Daehan Kim, ia berjuang untuk menjadi lebih kuat. Hingga suatu k...