4. Something Different

2K 209 10
                                    

Harry menggeliat di balik selimutnya. Langit-langit kamar menyapanya lebih dulu walaupun sedikit mengabur. "Kacamata—" gumamnya pada sebuah alat yang harus ia gunakan. Tangannya meraih alat bantu penglihatan itu cepat-cepat dari atas meja. Harry memilih bangkit dari posisi berbaring menjadi duduk. Sofa yang kini menjadi tempatnya beristirahat semakin terasa nyaman di punggung. Dua malam sudah sofa putih panjang itu ia gunakan tidur di kamar, dan pagi ini Harry serasa tak ingin bangun karena telah menemukan kenyamanan itu.

Namun, pagi ini Harry seolah menakutkan ketika ia tersadar jika Ginny tak ada di atas ranjang. Panik, Harry bergegas bangun berusaha mencari keberadaan Ginny di sekitar kamarnya. Kamar mandi yang bersatu di dalam area kamar pun tampak kosong. "Apa mungkin di kamar Lily?" tebak Harry. Pasalnya, semalaman ia tak terbangun sama sekali karena tangisan putri kecilnya yang biasa terbangun kelaparan di tengah malam.

"Apa dia masih menyusui Lily?"

Harry sampai di depan kamar Lily. Ia berharap jika memang Ginny berada di dalam sana bersama Lily. "Gin—"

Panggilan Harry terputus ketika dilihatnya Ginny, sedang berdiri di depan ranjang bayi Lily yang terbuka bagian sisinya. Kedua lengan piamanya tergulung hingga siku. Rambutnya diikat ke atas hingga mampu menunjukkan sisi wajahnya yang sedang tersenyum.

"Eh, ketawa.. tinggal sisi satunya, sayang," Ginny bergumam seperti sedang mengajak berbicara Lily. Bayi yang kini tampak lebih segar itu tersenyum mendapat candaan sang ibu.

"Aku tak bermimpi, kan?" batin Harry tak percaya.

Ginny baru saja selesai memasang popok Lily. Ia menurunkan lagi baju kuning yang dikenakan Lily sampai menutupi perut anak itu. ketika Ginny hendak mengambil bedak, ia melihat Harry yang telah berdiri di sisi pintu sambil mengamatinya mengurus Lily. "Harry," panggil Ginny syok.

"Ka-kau sudah ba-bangun? Sorry aku berniat membangunkanmu setelah mengecek Lily." Kata Ginny coba menjelaskan perkara dirinya yang masih sibuk mengurus Lily. Harry mendekatinya. "Ternyata Lily pup, sekalian saja aku mandikan." Lanjutnya.

Harry tersenyum senang ketika ia melihat Lily tampak senang di atas ranjang bayinya. Baju berwarna kuning yang dikenakan Lily pagi ini sangat pas dengan legging hitam selutut dengan motif bunga daisy. "Princessnya Daddy sudah mandi, ya? Wangi!" goda Harry sambil menciumi pipi Lily. Bayi cilik itu terkikik geli.

"Sudah, Daddy. Tinggal pakai bedak. Sekarang Daddy yang harus mandi, ya! Nanti Lily bau lagi." Jawab Ginny sambil ikut mentowel hidung mancung putrinya.

"Kau mandi saja, setelah itu sarapan di bawah. Biar aku bangunkan James dan Al. Ah, kau mau sarapan apa? Kemarin sudah pancake, jadi pagi ini aku akan siapkan roti panggang saja, ya. Ah, kau mau pakai telur, daging asap, sosis, atau bacon?"

Harry lagi-lagi tidak dapat berkata apa-apa melihat perubahan drastis pada Ginny. Ia bahkan ditawari sarapan yang memang biasa ia makan sebelum berangkat kerja. Roti panggang. "Em, telur dan sosis saja," jawab Harry senang.

"Baiklah, sudah sekarang kau mandi, ya. Kalau sudah segera ke ruang makan."

Harry belum mau bergerak. Ginny kembali memperhatikannya setelah memberi bedak pada Lily. "Ayo, nanti kau terlambat, Harry," pinta Ginny bersemangat.

Harry bergegas keluar dan menuju kamarnya kembali. Ia lega, paling tidak Ginny mulai ada perubahan. Patutlah Harry berbahagia mengetahui semuanya. Hanya saja, baginya ini terlalu cepat. "Ada apa ini? apa mungkin Mum yang meminta Ginny seperti ini? Seharian kemarin Ginny hanya bersama dengan Mum saja dan anak-anak." Batin Harry penuh tanya.

"Ya, setidaknya, aku sudah tenang meninggalkannya sendiri di rumah dengan anak-anak. Mungkin aku harus mulai mengatur jadwal untuk mengajaknya cek ke St. Mungo." Ujar Harry lebih tenang.

Guinevere (a Hinny Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang