Harry membacakan kisah King Artur pada James dan Al untuk malam ini. Dua anak itu begitu tertarik dengan cerita yang dibawakan Harry hingga kantuk pun tidak kunjung mereka rasakan. Harry terkejut ketika kalimat terakhir di buku dongeng yang sudah ia baca lima kali itu pada kedua putranya kembali tidak mempan membuat tidur James begitu juga Al.
"Kenapa kalian masih belum tidur?" tanya Harry melirik bergantian ke arah James lalu Al di sisi kanan dan kirinya. Mereka sedang berbarik di ranjang Harry.
Al menatap tajam sang ayah kemudian berkata, "King Arthur benar-benar ada?" tanya Al.
"Dia gagah sekali!" James terpukau.
Harry mengelus kepala James dan Al gemas. "Menurut cerita, sih, King Arthur itu ada, Sons. Tapi, banyak sekali cerita yang tersebar di seluruh Inggris bahkan dunia. Dad tidak tahu pasti." Kata Harry menjelaskan.
"Sepertinya King Arthur itu memang hebat, ya, Dad." James masih terus bergumam mengagumi tokoh klasik raja Inggris itu.
Harry memperbaiki selimutnya agar James dan Al kembali memposisikan diri untuk segera tidur. Ia memilih di sisi tepi ranjang bergantian dengan Al. Kali ini posisi berubah menjadi Harry dan James di sisi kanan dan kiri sementara Al di tengah keduanya. Harry membiarkan malam ini ia tidur bersama kedua putranya.
"Daddy juga seperti King Arthur, Daddy sangat hebat. Aku juga—"
"Huh, kamu bercanda, Al. Yang pantas jadi King Arthur itu aku, bukan kamu." Protes James tak mau kalah. Ia berteriak di depan wajah Al sedikit keras.
Al ikut berteriak tak mau karena ia mengaku lebih mirip ayahnya. "Hey! Kok malah bertengkar? Ada apa ini? Kenapa Daddy diikut-ikutkan juga?" Harry menarik tubuh James agar tidak terlalu minggir.
Kompak, James dan Al menatap Harry bersamaan. "Coba Daddy lihat, siapa yang lebih mirip Daddy? Aku, kan?" kata Al. Dahinya mengerut menirukan Harry ketika berpikir serius. Harry menutup mulutnya menahan tawa. Sedangkan James dengan gaya menggigit bibir bawahnya makin membuat Harry tak kuasa untuk tidak tertawa.
"Kenapa Daddy malah tertawa, sih?" James marah. Ia lantas melihat Al, takut jika adiknya itu yang membuat sang ayah tiba-tiba tertawa terbahak, tapi tidak ada apa-apa. Wajah Al normal.
Al yang merasa dicurigai kembali menatap James protes. Harry makin tak kuasa untuk kembali tertawa ketika keduanya saling berpandangan. Ia seolah melihat dirinya dalam rupa anak-anak. Harry kecil, bahkan Harry-Harry kecil. Mereka memang fotocopy sang ayah.
"Sebentar, anak-anak—" Harry menyibak selimutnya lantas mengambil ponselnya dari atas nakas. Harry mengaktifkan kamera ponselnya dan..
"Say banana!!" pinta Harry mengarahkan kamera ponselnya pada dirinya dan kedua putranya itu. James tahu apa yang sedang dilakukan ayahnya langsung menyenggol Al untuk segera mengatakan kata ajaib Muggle favorit mereka.
Kata ajaib ketika siap berfoto.
"BANANA!!"
Dua kali Harry mengambil gambar dirinya bersama James dan Al. Harry menunjukkan satu gambar yang baginya sangat pas. Ketiganya tersenyum lebar menghadap kamera bersamaan. Harry menujuk wajah putranya satu persatu dari layar ponsel dan berkata, "kalian sangat mirip dengan Daddy. Kalau kalian tidak percaya, ini buktinya."
Ponsel Harry menjadi rebutan James dan Al untuk segera mengamati wajah mereka yang memang mirip satu sama lain. Al menunjuk foto dirinya dengan menunjuk tepat ke bagian mata. "Mataku mirip Daddy. Warnanya merah." Kata Al.
"Bukan merah, Al. Hijau. Kalau James coklat, mirip mata Mummy. Seperti Lily juga." Kata Harry memberikan penjelasan. Ia kembali mengingat Ginny dan Lily.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guinevere (a Hinny Fanfiction)
FanfictionGuinevere by Annelies Shofia Ginny mengingat dirinya, seperti yang diceritakan Harry dulu, namanya Ginny, Ginevra, seperti nama istri raja Arthur, Guinevere. Tapi akibat kecelakaan saat Quidditch itu terjadi, sebagian memorinya hilang. Ginny menging...