6. Pillow Talk

2.2K 178 19
                                    

Hingga pukul sembilan malam, Harry belum kunjung pulang. Al dan James ribut seharian karena masalah buku bacaan. Kedua anak itu berselisih karena rencananya ayah mereka malam ini akan bertugas membacakan cerita pilihan mereka. James ingin cerita Kaptain Hook sedangkan Al ingin cerita tentang King Arthur. Mendengar kabar jika ayah mereka akan pulang larut, James dan Al akhirnya pasrah akan keadaan. Bersyukurnya Ginny karena keduanya tidak memaksa dirinya untuk membacakan salah satu dari cerita itu. Dua anak laki-laki itu cukup bijaksana mengingat mereka masih memiliki adik yang harus diurus oleh ibu mereka.

"Mummy temani Lily saja. Kasihan kalau Lily nanti haus." Kata James membiarkan Ginny keluar setelah mengantarkannya ke tempat tidur.

"Aku sudah besar, Mummy. Aku berani tidur sendiri. Kalau Lily masih kecil, harus ditemani," itu kata Al.

Ibu mana yang tidak tersentuh jika rasa tanggung jawab seorang anak pada saudaranya begitu besar. "Walaupun aku melupakan masa-masa indah bersama kalian dulu, momen seperti ini yang aku ingin selalu ada sampai nanti aku terus ingat." Batin Ginny sembari mengecup dahi Al. "Selamat tidur, sayang."

Ginny berniat menuju kamar Lily untuk menyusui bayi itu. Ia mulai terbiasa dengan aktifitasnya memberi ASI si kecil Lily setiap hari. Biasanya, Lily akan merengek minta minum sebelum ia tidur dan ketika tengah malam ketika mulai kembali kelaparan.

Hari ini Ginny bangun kesiangan, begitu juga Harry. Aktifitas malam mereka cukup melelahkan membuat rasa kantuk belum kunjung hilang hingga suara teriakan James menyadarkan keduanya. Terlalu sibuk mengurus James dan Al serta keperluan rumah, hari ini Ginny mengaku keteteran. Ditambah lagi kondisi tubuhnya yang nyeri dibeberapa bagian, cukup menyusahkannya untuk bergerak bebas.

Lily kecil sedang menangis terisak di dalam box bayinya. Mantanya mengerjap pelan ketika Ginny mengusap pelan kepala bayi perempuan itu. "Kau lapar, sayang? Tapi, Mum belum ganti baju. Susah kalau masih pakai ini menyusuimu, nak." Kata Ginny. Saat ini ia menggunakan sweater tanpa kacing depan. mirip kaus dan berat. Malam ini udara dingin London mengharuskannya mencari pakaian hangat yang sekiranya ada di dalam lemari. Untung, ia menemukan sweater putih yang akan nyaman jika digunakan malam ini.

"Kita ke kamar Mummy dan Daddy, ya," Ginny memilih membawa Lily ke kamarnya sambil berganti pakaian. Supaya tidak bolak-balik. Ia juga bisa mengawasi Lily sembari ia berganti pakaian dengan piama tidur.

Lily di posisikan di tengah. Meski masih susah bergerak, bayi empat bulan itu terkadang bisa bergerak-gerak sedikit ekstream. Takut Lily terguling, Ginny mengambil beberapa bantal untuk diapitkan ke sisi kanan dan kiri tubuh Lily sebagai penganjal. "Mummy ganti baju dulu, ya. Mummy sayang Lily," ujarnya.

Panggilan Mummy, mulai terasa nyaman jika Ginny mengucapkannya. Ia sempat merasa aneh ketika pertama kali ia datang setelah dari the Burrow waktu itu. Ia lupa dengan rumah yang ia injak lantainya itu, ia lupa anak-anak yang berteriak menghampirinya dengan sebutan Mummy, serta status yang menyebutkan ia sebagai nyonya Potter. Istri dari seorang pria yang ia ingat sebagai kekasihnya.

"Pelan-pelan, shhhh—" Ginny mulai memposisikan dirinya untuk menyusui Lily. "Entah aku sering melakukan dengan cara ini atau tidak, ya, tapi dengan berbaring miring seperti ini nyaman juga," katanya pelan.

Posisi menyusui Ginny kali ini tidak seperti biasanya. Terkadang Ginny membuat Lily tidur dipangkuannya atau dengan memposisikan setengah berbaring. Tapi kali ini, Ginny membiarkan Lily tidur di sisinya sedangkan ia ikut berbaring miring untuk mengatur posisinya lebih nyaman agar pas di mulut Lily.

"Kalau dilihat-lihat.. bukan hanya hidungmu yang mirip Daddy, tapi bibirmu juga." Kata Ginny pelan. Jarinya mengusap ASI yang merembes keluar dari sudut bibir Lily. "Haus, ya? Pelan-pelan, sayang!"

Guinevere (a Hinny Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang