7. Guinevere

2.3K 180 8
                                    

Dua wanita terbang beradu cepat mengelilingi arena. Salah satu yang berambut merah tetap mempertahankan benda bundar di tangan kirinya. Ginny, berkonsentrasi penuh untuk segera mencetak poin untuk mantan tim kebanggaannya, Holyhead Harpies. Hanya beberapa meter, Ginny siap melempar. Skor bertambah namun tiba-tiba, "Laura!"

Tubuhnya terdorong keras mengiringi bola yang ia lemparkan menuju salah satu lubang gawang. Ginny tidak bisa mengontrol tekanan tiba-tiba yang datang dari arah belakang punggungnya. Tubuhnya terpelanting jatuh dari sapu. Pandangannya mulai mengabur, ia hanya melihat Laura Adkins terdiam di atas sapu terbangnya.

"Laura—"

"Sorry, Ginny!"

Tubuh Ginny bergetar, ia menggeliat gusar tak nyaman meski alas tempatnya berbaring sangatlah nyaman, serta pria yang kini berusaha menyadarkannya itu harus kembali takut melihatnya kembali tersiksa karena mimpi

"Ginny, bangun!"

"Aaggghh—sakit!" pekik Ginny meremas-remas kepalanya. Matanya masih terpejam.

Harry kini berusaha duduk dan menarik sekuat tenaga tubuh Ginny ke dalam pelukannya. Ginny meraung kesakitan. Sejenak, Harry tidak bisa berpikir jernih. Ia takut melihat Ginny selalu bangun pagi dengan nyeri kepala dan mimpi buruk. Jika sudah seperti itu, wajah Ginny akan pucat, telapak tangannya dingin, serta badannya bergetar hebat. Harry hanya bisa menolong sementara dengan memeluk tubuh ringkih itu lalu mengusap punggungnya pelan. Membisikkan kata-kata penenang atau sesekali memberikan ciuman hangat di bagian wajah cantiknya.

"Tenanglah, aku di sini, sayang," bisik Harry pelan. Napasnya ikut memburu.

Kembali merebahkan tubuh Ginny ke ranjang, Harry meraih tongkat sihirnya cepat. Ia mengayunkan tongkat itu ke seluruh sudut kamar. Tongkat Harry mengarah tepat pada lampu dinding agar menyala, pada jendela agar gorden tertarik, serta kotak ramuan Ginny, Harry turun dari ranjangnya untuk membuat campuran ramuan yang biasa ia buat jika Ginny terbangun dengan keluhan sakit di kepalanya.

Harry siap dengan gelas kecil ramuan berwarna hijau jernih untuk Ginny. "Minumlah, ayo aku bantu," lirihnya. Ginny menenggak ramuan itu pelan-pelan hingga habis.

"Harry—aku—"

"Hussshh, tenangkan dirimu dulu. Atur napasmu, baru cerita."

Ginny mengangguk lemas di pelukan Harry. Kepalanya sudah tak seberat ketika ia sadar dari tidurnya. Matanya berkaca-kaca akibat menahan sakit yang sangat menyiksa. Ia bersandar nyaman di dada Harry. Mendengar secara langsung jika detak jantung Harry semain cepat. Ia yakin Harry selalu dibuat syok olehnya setiap pagi. Satu bulan berlalu sejak ia menyadari sebagian memorinya hilang, Ginny tidak kunjung membaik. Memorinya yang memang muncul tiba-tiba selalu membuatnya tidak siap.

Mungkin tidak hanya Ginny, Harry selalu ikut dibuat sakit. Sakit ketika ia terbangun tiba-tiba di tengah pagi buta. Ginny tahu, dan sangat tahu, karena itu semua selalu terjadi tepatnya sejak satu minggu yang lalu, ketika ia mulai dihantui oleh mimpi-mimpi aneh tentang masa lalunya.

"Ini masih sangat pagi," Harry mengambil kacamatanya lantas melirik ke arah jam dinding, "masih jam empat pagi. Kalau kau mengantuk, tidurlah. Aku akan terjaga sampai kau kembali tidur—"

"Tidak, Harry." Tahan Ginny cepat. "Kau saja yang tidur, kau harus bekerja nanti," lanjutnya.

Harry menggeleng cepat sambil terus mengusap rambut Ginny yang acak-acakan akibat remasan tangannya sendiri beberapa menit lalu, Ginny berusaha tersenyum. Harry membalasnya pelan. "Aku sudah tidak mengantuk lagi. Tak apa, tidurlah. Aku usap punggungmu, ya," tawar Harry. Itu kebiasaan Ginny ketika susah tidur.

Guinevere (a Hinny Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang