Bab 6: Chance to Meet

166 4 0
                                    

Besok adalah hari terakhir Thania berada di pulau Dewata, huhhhh! Thania menghela nafaaas panjang, pikirannya kembali teringat akan seseorang. Marcel. Ya, laki-laki itu sedang berada di satu tempat yang sama dengannya tapi, Thania belum melihat batang hidung lelaki itu sedikitpun.

Hari ini ia berniat untuk berjalan-jalan disekitaran hotel saja menikmati pemandangan laut lepas di sekeliling hotel yang tidak kalah dengan pemandangan di Kuta dan siapa tahu bila dewi fortuna sedang berpihak padanya, ia akan bertemu dengan Marcel.. Thania sedikit berharap.

Tiba-tiba ponsel Thania berbunyi mebuyarkan lamunanya sambil berjalan malas,  ia mengecek langsung siapa yang mengiriminya pesan. Ternyata panjang umur sekali! Baru tadi Thania memikirkan Marcel, laki-laki itu ternyata mengiriminya pesan membuat sebuah senyuman merekah dari bibir Thania.

Marcel Prasetya: di bali Than?

Perasaan Thania langsung bergejolak, perutnya mulas ia seperti merasakan kupu-kupu bertebangan bebas di perutnya. Marcel tau gue di Bali! Teriaknya dalam hati, kegirangan. 

Thania S: iyaaa. kok tau?

Tidak sampai lima menit Marcel membalas.

Marcel Prasetya: tau dong Marcel gitu.. Udah makan belum? Makan yuk.

Thania S: belum nih, boleeeh ayoo!

Marcel Prasetya: kamar berapa? gue jemput 10 menit lagi lo siap-siap ya

Senyum tidak bisa hilang begitu saja dari wajah Thania, niatannya untuk berjalan-jalan sekitar hotel menikmati pemandangan pantai terpaksa Thania urungkan, ia malah langsung bergegas mengganti pakaiannya, sebuah dress bertali tipis dengan warna peach berhasil dipilihnya. Dress itu terlihat sangat pas di tubuhnya. Seperti biasa, rambut hitam sebahunya dibiarkan terurai begitu saja Thania juga menambahkan lipstik berwarna nude ke bibirnya dan merapikan alisnya sedikit. Ia bercermin sebentar melihat dirinya secara keseluruhan. Hmm kalau dibanding Kanaya Thania memang berbeda, Kanaya itu tipe-tipe cewe yang dewasa dan anggun, sedangkan Thania—duh kenapa jadi ngebanding-bandingin gini sih?

Ting nong ting nong.

Suara bel kamar membuyarkan lamunannya, Thania segera melihat siapa yang sudah menekan bel kamarnya dari cermin kecil yang tertempel di pintu. Siapa lagi kalau bukan Marcel, laki-laki itu tengah berdiri di depan kamarnya sambil tersenyum.

"Hi Marr," sapa Thania seraya membuka pintu dan keluar dari kamar.

Masih tersenyum memamerkan lesung pipinya itu loh! Marcel terlihat santai dengan atasan kaus, celana selutut dan sandal jepit havaianas, "mau makan dimana nih?" Tanya Thania sambil berjalan menuju tangga loby yang tidak begitu jauh dari kamarnya.

"Kemana ya yang enak.. Cari sekitaran sini aja kali ya? Biar bisa sambil jalan kaki."

Thania mengangguk setuju, toh ngga apa-apa banget kalau harus jalan kaki bareng Marcel. Adek relaa bangggg adek relaaaaaa panas-panasan sama abang!!

Mereka sudah berputar-putar disekitaran Sanur namun belum juga menemukan tempat makan yang cocok untuk mengisi perut mereka berdua. Marcel tahu kalau Thania sudah mulai lelah, karena butiran keringat sudah mengalir deras dari pelipis gadis yang tingginya hanya sebahu Marcel itu, "cape ya?" tanyanya, Bali memang lagi panas-panasnya banget!

"Panas sih Marr tapi santailah.. Namanya juga Bali," jawab Thania sedikit berbohong. Panas sih iya, tapi kalau santai? Duh kayanya engga deh! Rasanya Thania butuh ac sekarang juga! Dirinya sudah tidak sanggup berjalan.

"Makan nasi pedes bu Andika aja ya? Kita naik taksi," sahut Marcel akhirnya memutuskan untuk naik taksi, "gue ngga tega liat lo, gue tau lo cape kan Than," dirinya tersenyum sambil tangannya menyeka keringat di pelipis Thania berhasil membuat jantung gadis itu mau copot.

"Eehhh iyaaa...ehh," jawab Thania salah tingkah. Yaiyalah salting! Dielapin keringet sama Marcel!

Marcel pun memberhentikan taksi yang lewat, dan akhirnya Thania bisa merasakan air conditioner di dalam taxi..

"Pak nasi pedes bu Andika ya," pinta Marcel yang dijawab dengan anggukan kepala dari sang supir taksi.

Mobil taksi pun melaju menuju tempat makan yang menjadi salah satu tempat makan favorite di Bali. Walau perutnya sudah keroncongan membayangkan nikmatnya sepiring nasi panas, dan lauk pauk pedas Thania tidak bisa menyembunyikan rasa lelahnya setelah berjalan jauh , ia memijit mijit pelan pergelangan betisnya. Hadeuh kalau bukan karena Marcel udah ngga mau gue jalan kaki sejauh ini, batin Thania.

"Pegel yaaa?" tanya Marcel melihat sibuknya Thania memijat mijat betisnya, "sorry yaa tau gitu naik taksi dari tadi. Sorry lo jadi pegel gitu," raut wajah Marcel menunjukan ekspresi menyesal.

"Ehhh ngga apa-apa kali Mar, sekalian gue olahraga juga," sahut Thania.


Sesampainya di nasi pedas bu Andika, Thania langsung memborong makanan yang berjejer di etalase warung nasi paling populer di Bali itu, "remis, ati, ayam ya buuu, nasinya dikit aja," ucap Thania sambil menelan ludah ia sudah amat sangat tidak tahan untuk menyantap semua makanan itu.

"Saya sama, remis ati sama ayam tapi kalau saya nasinya banyakin ya bu," sambung Marcel yang berdiri dibelakang Thania.

Usai memesan, mereka membawa piring mereka masing-masing ke atas meja kosong. Untung saja, dapat tempat duduk karena pengunjung warung nasi ini tidak pernah sepi,  yah tidak heran sih secara makanan di warung nasi pedas bu Andika emang endeusss banget..
Saking endeussnya, Marcel yang sedang melahap makanannya langsung mengeluarkan keringat dari pelipisnya. Entah karena udara Bali yang panas atau memang kepedasan. Tapi, tetep yah walau sedang berkeringat, Marcel tetep ganteng!

"Pedes yah pak?"

Punggung tangan Marcel mengelap pelan keringatnya, ia mengangguk cepat tidak sanggup menjawab. Thania sendiri juga tidak sanggup untuk menghabiskan lauk pauknya selain pedas, ia sudah terlalu kenyang, "pedes banget Than!" ujar Marcel seraya menyeruput es tehnya, itu sudah gelas ke tiga Marcel.

"Gue aja ngga sanggup Mar!"

"Gue juga sih."

"Mar, gue ke toilet sebentar ya, mau cuci tangan terus kayanya gue mules gitu—" mata Marcel terbelalak ia menahan tawa, "canda kali, ngga mules kok," goda Thania lalu beranjak dari kursinya dan berjalan menuju toilet.

Thania harus antri untuk dapat giliran masuk kedalam toilet dan inilah yang paling Thania benci disituasi saat dirinya benar-benar sedang kebelet. Jelaslah kebelet, ia menegak banyak sekali air karena kepedasan. Di saat dirinya menganantre , tiba-tiba ia merasa seseorang sedang memperhatikannya.

"Hi Than ketemu disini juga ya," sapa Andra. Laki-laki itu dengan ramahnya menyapa Thania.

"Eh Ndra.. Halo," balas Thania singkat. Masih inget juga dia sama Thania.

"Sama siapa Than?"

"Temen."

Singkat. Padat. Jelas.

"Ayla?"

Duh mau tau banget deh ini orang.

"Bukaan.."

Andra membulatkan bibirnya, "yaudah kalau gitu, gue duluan ya! Oh ya Than, kalau sampe kita ketemu lagi gue boleh minta kontak ya?!" seru Andra sambil terkekeh, dari nadanya bicaranya ia sedang menggoda Thania tapi gadis itu malah menatap Andra aneh dan geli. Untung ganteng! Coba jelek, udah ditimpuk pake rice coocker kali! gumam Thania.

Setelah kembali dari toilet Thania dan Marcel langsung membayar makanan yang mereka pesan. Awalnya mereka sempat berebutan siapa yang akan membayar. Namun, karena Marcel memaksa kalau dirinya yang akan membayar semua ini, Thania pun mengalah.

"Next lo yang teraktir ya," goda Marcel sambil mengusap perutnya yang sudah penuh.

"Siaaap," jawab Thania, dia sih mau-mau aja berarti kan tandanya mereka akan punya kesempatan buat ketemu lagi.. Ehehehe :P

Cabin Crew Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang