Bab 7: Can I Have Your Number?

175 3 0
                                    

Bulan ini adalah bulan kemiskinan bagi Thania, ya bagaimana tidak? Jam terbangnya hanya tujuh puluh jam jam bulan ini. Iya, tujuh puluh jam! Mau makan apa coba kalau cuma segitu? Hiks! Bulan ini ia lebih sering mendapatkan day off atau standby. Standby pun jarang sekali ada yang ke revise, yah paling ujung-ujungnya Thania malah cuma menghabiskan waktu menonton acara HBO atau Fox Movie di kamar kosannya. Nasib memang menjadi senior, semua schedule lebih sering diberikan ke junior-junior baru paling Thania hanya kecipratan sisa-sisa terbang ke luar negri.

Thania memijat-mijat tombol remote tvnya dengan malas, ia
cuma mandi sehari sekali dua hari ini rasanya malas sekali kalau harus beranjak dari kasur. Tapi, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi, ia  mengambil ponselnya itu dan membaca nama yang tertera di layar 'Mama' kalau sudah sang ibu yang menelfonnya, buru-buru Thania menekan tombol hijau, "ya halo ma," sahut Thania.

"Thania, kamu terbang ngga hari ini?"

"Hmm engga ma, kenapa?"

Tumben-tumbenan ibunya menanyakan dirinya terbang atau tidak. Biasanya asal Thania mengirimi capturean schedule nya ibunya tidak akan bertanya-tanya lagi.

"Mama ada acara bareng temen-temen mama di TWG Plaza Senayan," ibunya memberi jeda sedikit, "kamu temenin mama ya?"

"Yah mah—"

"Temenin mama yuk, temen mama juga ada yang bawa anaknya jadi kamu harus temenin mama ya Thania," ujar ibunya yang ujung-ujungnya bukan meminta tapi malah memaksa. Thania sih sudah hafal benarr gimana sifat ibunya itu.

"Iya iya, Thania temenin," jawab Thania ya mau tidak mau ia mengiyakan.

"Yasudah kalau gitu, Mama ke kosan kamu dianter pak Mono. Kamu siap-siap. Sentul-Tebet ngga jauh-jauh amat loh.."

"Iya maaaaaaaa.."

Thania mematikan ponselnya lalu menggerakan tubuhnya menuju kamar mandi. Akhirnya setelah seharian tidak akan beranjak dari kasur, Thania punya juga alasan untuk menggerakan tubuhnya ke kamar mandi.


Benar perkataan ibunya, jarak Sentul ke Tebet memang tidak jauh-jauh amat, buktinya tidak perlu waktu lama, pak Mono sudah sampai di kosan Thania. Ibunya menunggu di dalam kamar Thania sambil membaca beberapa majalah yang tergeletak di meja. Mostly majalah Go Girl, "Thaniaaa udah selesai belum? Ayo dong nak. Nanti mama telat," ujar ibunya sudah tidak sabar menunggu putrinya itu bersiap-siap.

Thania malah masih sibuk menyatok rambut hitam sebahunya. Sebenarnya tidak perlu dicatok rambutnya sudah lurus hanya saja tujuan Thania menyatok rambutnya bukan itu, melainkan ia ingin rambutnya itu terlihat lebih rapi, "udah nak, cantik kok," ujar ibunya lagi sambil melirik ke arah anak semata wayangnya itu yang mengenakan atasan blouse biru muda dan celana kulot hitam.

"Iyaa mah nih beres," sahutnya lalu menaruh catokan di atas meja rias kecilnya, "yuk ma," sambung Thania lagi, ia sudah benar-benar siap. Mereka pun keluar dari kamar kosan Thania lalu pergi menuju plaza Senayan dimana acara teman ibunya berada.





"Saaay apakabar?" Seorang wanita yang terlihat seumuran dengan ibu Thania mencium pipi kiri dan pipi kanan ibunya. Wanita itu terlihat elegan dengan balutan kemeja berwarna cream dan celana bahan. Rambutnya disasak tinggi khas ibu-ibu.

"Baik saaay," balas ibu Thania, "ni anak gue, Thania," sambungnya lagi seraya memperkenalkan putri semata wayangnya itu. Thania tersenyum lalu menyalami sopan wanita di hadapannya, "Than ini tante Sera," jelas ibunya, "anak lo mana?"

Wanita yang mengenakan sepasang sepatu bersol merah alias loubutin itu tersenyum sambil sibuk mencari-cari sosok yang ditanyakan oleh ibu Thania, "tau deh dimana, ngilang mulu tuh anak maklum deh dipaksa sama ibunya kesini sih!" sahutnya, tetapi pandangannya masih mencari-cari sosok anaknya. Ibu hanya tertawa diikuti oleh tante Sera, tapi akhirnya mereka malah berjalan menuju meja yang sudah di reserved dan bebaur dengan ibu-ibu yang lainnya. Nah, kalau sudah begini sih Thania memilih untuk jalan-jalan sendiri saja.

Cabin Crew Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang