semoga kalian nggak ngantuk saking bosannya baca part ini. happy reading.. :)
Setiap hal yang didapatkan tidak akan datang dengan mudah. Ada hal yang harus dikorbankan untuk setiap hal yang diperoleh sebagai bentuk timbal baliknya.
Cincin berwarna hitam itu terasa berat melingkar di jari manis tangan kiriku. Warna hitam legamnya terlihat begitu kontras dengan kulitku yang kuning langsat. Terlebih dengan batu safir pink tosca yang melekat di separuh cincin yang kupakai ini. Cincin ini hampir sama seperti milik Archie, yang membedakan hanya keberadaan potongan batu safir yang cukup besar sebagai tambahan untukku diatasnya. Satu-satunya hal yang terpikir olehku begitu Archie memasangkan benda ini di jariku saat itu hanya kenyataan bahwa dia benar-benar memastikan orang lain tidak melewatkan keberadaan benda ini di jariku.
Aku menghembuskan napas, lelah. Suara bising dari penghuni kafe Ritz terdengar berbaur dengan musik yang dimainkannya. Aku menunduk. Menempelkan sisi kanan wajahku di meja kayu yang terasa dingin di kulit. Mataku memandang awan yang berarak melalui kaca yang digunakan sebagai dinding kafe. Rasanya aku seperti awan itu. Awan yang tidak bisa menentukan tempat yang ingin didatanginya. Dia tidak bisa memilih tempat mana yang akan dilindunginya dari sengatan matahari. Karena hembusan angin lah yang menggerakkannya dan dia tidak punya kuasa untuk menolak. Seperti aku.
Sebenarnya aku sering bertanya-tanya pada diriku sendiri. Apa aku telah melakukan kesalahan sampai aku harus mengalami semua ini? Semua orang yang kuharapkan ada disampingku malah meninggalkanku. Sementara orang lain yang mati-matian kuhindari keberadaannya malah terus menempel padaku.
Padahal aku sudah berusaha keras mempertahankan orang-orang yang kusayang tetap disampingku. Ayah selalu mengajariku bahwa untuk mendapatkan sesuatu, aku harus mengorbankan hal lain untuk mendapatkannya. Aku tidak boleh egois dengan mempertahankan kedua hal yang kuinginkan karena aku tidak akan bisa memperlakukan kedua hal itu dengan sama.
Sorot mata penuh kebanggaan dari Ayah setiap kali aku mengucapkan terima kasih untuknya saat aku menerima penghargaan dalam lomba tariku adalah hal yang membuatku benar-benar bahagia. Karena itu aku berlatih menari lebih giat dari teman-temanku yang lain agar aku bisa terus memenangkan lomba-lomba lain. Aku ingin tetap melihat kebanggan itu terpancar dari mata Ayah. Aku benar-benar menerapkan kata-kata Ayah dengan baik.
Senyum bahagia Bunda setiap kali aku mengikuti perintahnya adalah sesuatu yang membuat perasaanku nyaman. Karena itu aku selalu berusaha menjadi gadis penurut yang melakukan apapun kemauan Bunda. Belajar memasak meskipun aku begitu takut pada minyak panas yang terus meletup-letup dan membuat tanganku memerah setiap kali terkena cipratannya. Membaca buku pelajaran yang membosankan padahal yang kuinginkan hanya tidur. Masuk ke universitas negeri dan mengambil konsentrasi manajemen sumber daya manusia yang tidak sesuai dengan jurusan IPA yang kuambil saat SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vinka
Novela JuvenilBukankah ini menyedihkan, saat aku harus melukai diriku sendiri hanya agar melihat orang yang paling kubenci tersiksa? Cover by @ariski