Enam. Awal dan Akhir

14.5K 1.6K 123
                                    

aku telat ya updatenya. maaf. hehe. terlalu serius nonton mad dog terus lanjut nonton episode minggu kemarinnya hwayugi. aku jadi lupa belum up ini cerita. buat bonus, aku langsung update 2 part deh. entar kalau draf ku udah abis, kita gigit jari sama2 aja. hehe.

enggak ding. kalau drafnya yang kemarin udah abis, mungkin aku bakal ngejadwal update cerita ini. seminggu sekali mungkin?


"Berhentilah menjadi gadis yang nggak aku kenali." Archie menatapku jengah. Kami berdua berada di dalam kamarku. Kupikir dia akan melanjutkan aksi diamnya sejak tadi dari kafe, sampai akhirnya dia meninggalkanku di kamar ini. Siapa sangka akhirnya dia kembali membuka suara.

"Permainanmu yang sering kali berusaha memanipulasi pikiranmu sendiri itu mulai terasa menjengkalkan, kau tau?!" Nada suaranya meninggi. Tubuhnya yang sejak tadi hanya bersandar di bingkai pintu mulai melangkah masuk. Dengan sekali ayunan yang cukup keras dari tangannya, pintu kamarku pun tertutup.

"Aku nggak ngerti kenapa kamu harus tetap tinggal disini kalau memang sikapku membuatmu jengkel. Kamu tau, nggak ada sedikitpun niatku buat nahan kamu disini." kataku nyaris seperti bisikan. Meskipun begitu, aku yakin dia bisa mendengarnya dengan jelas.

Senyum puas terukir di bibirnya begitu telah berdiri di depanku. "See? Bukankah lebih mudah bersikap seperti dirimu sendiri? Pengusiran yang kamu lakukan itu jelas-jelas bukan sikap seseorang yang merasa ketakutan? Berhenti mempermainkan pikiranmu dengan mengatakan tentang ketakutanmu padaku yang nggak beralasan."

Aku mendengus. "Kemampuan dukunmu itu jelas membuatmu menjadi seseorang yang menakutkan. Kau melanggar batas privasi terdalam dari seseorang."

"Lalu kenapa?" Archie mengangkat sebelah alisnya. Dia mengambil satu langkah mendekat dan menarik lenganku, memaksaku berdiri, sehingga sekarang kami berhadapan. Satu tangannya melingkar di pinggangku, menahanku agar nggak menjauh. Tangannya yang lain menyentuh daguku, mengangkatnya sehingga tatapan kami bertemu.

"Takut aku menghancurkan image good girl yang setengah mati kau bangun? Kau hanya perlu meminta padaku, dan aku akan mengabulkan keinginanmu. Kau bisa tetap menjadi apapun yang kamu mau, aku tidak akan menjadi batu sandunganmu."

Matanya yang menyorot tajam mengunci tatapanku. Wajahnya semakin mendekat. Hembusan napasnya terasa hangat menerpa kulit wajahku. Dia mendekat. Lebih dekat. Tatapannya terus berganti antara bibir dan mataku.

"Apa yang sebenarnya coba kamu lakukan?" kataku jengah menatapnya.

Senyum usil terukir di bibirnya. "Memangnya aku terlihat seperti ingin melakukan apa?"

Hembusan napasnya terasa di mulutku. Sebelum aku sempat mengatakan apapun, sapuan lembut dari bibirnya telah membungkamku. Dia menciumku. Lembut.

"Kita berdua saling memahami. Nggak ada orang lain yang mengenal dirimu lebih dari aku, begitu juga sebaliknya. Kita berdua saling membutuhkan. Jadi sebaiknya kamu memastikan hubungan kita berjalan baik," bisiknya di bibirku.

Sebuah pernyataan manis yang anehnya malah terdengar seperti ancaman untukku. Pernyataan yang kutau telah menandakan kembalinya Archie dalam hidupku, entah dalam jangka waktu berapa lama lagi kali ini.

"Simpan buku mu! Kita sudah sampai," kata Archie untuk pertama kalinya sejak kami meninggalkan rumah.

Menuruti perkataannya, aku menutup buku ku. Kuangkat wajahku untuk melihat sekitar dan aku perlu menutup rapat mataku sejenak begitu merasa pandanganku yang terasa berputar. Pusing. Pasti karena membaca di dalam mobil yang bergerak.

VinkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang