Part 8

122 5 0
                                    


"perhatian! Pesawat segera mendarat, harap semua berpegangan!" peringatan kembali terdengar. Segera saja aku dan Layla berpengangan.

Wesss...

Pesawat mendarat dengan mulus.

"kita sudah sampai di tujuan dengan selamat. Sebelum meninggalkan pesawat, periksa barang-barang anda terlebih dahulu, dan jangan sampai ada yang tertinggal. Semoga hari anda menyenangkan! We are taking off safety. Before you leave the plane, please check your commodity, and don't be your commodity leave in plane. Have a nice day!" sambut petugas.

Segera saja aku dan Layla turun.

"Bye Layla! See you again!" ucapku melambaikan tangan pada Layla.

"bye too Lily!" balas Layla menjauh dan mendekati gurunya. Begitu juga denganku.

"eh, sebentar Layla!" panggilku kemudian.

"ada apa Lily?" tanya Layla.

"bolehkah kita bertukar nomer telepon?" tanyaku kemudian.

"boleh! Tentu saja!" lalu kami bertukar nomer telepon.

"sampai jumpa Layla!" ucapku setelah kami bertukar nomer telepon. Layla balas melambaikan tangan.

"Pak Glen, kita mau ke hotel mana?" tanyaku.

"ke Hotel Gold Fish. Program dari lomba. Kebanyakan peserta lomba bulu tangkis juga di inapkan disana. Saya mendapat SMS dari panitia" Jawab Pak Glen. Aku mengangguk sambil menatapi punggung Layla.

"Taksi!" panggil pak Glen pada sebuah taksi dengan cukup keras. Aku tersentak.

"ayo Lily!" ajak Pak Glen.

"iya" jawabku sambil mengikuti Pak Glen masuk ke dalam taksi.

Bruuum...!

Suara mobil Taksi menderu. Akhrinya taksi pun berjalan menuju Hotel Gold Fish.

"terimakasih pak" ucap Pak Glen ketika kami sampai di hotel. Lalu Pak Glen memberikan lembaran uang. Segera saja aku turun dari Taksi dan mengambil barang-barangku yang ada di bagasi.

"selamat datang Tuan dan Nona! Silahkan masuk!" sapa petugas hotel sambil tersenyum ramah. Aku balas tersenyum. "biar saya bantu" tawar sang petugas sambil mengambil koper kami dan membawanya. Lalu kami melangkah masuk ke dalam Lobi.

"selamat datang Tuan! Ada yang bisa saya bantu?" sambut petugas Administrasi ramah.

"kami datang sebagai peserta Bulu Tangkis Nasional." Jawab Pak Glen.

"nama pesertanya?" tanya sang administrator.

"Cindya Lily Dellova" jawabku cepat.

"dan saya, pendamping peserta, Glen Maryono, S.pd. , M.og." Giliran Pak Glen.

"baiklah, tunggu sebentar. Lily... Lily... Lily..." gumam sang Administrator sambil melihat buku tamu.

"oh, tentu saja. Cindya Lily Dellova. Kamar nomer 304 bersama tiga anak lainnya. Sedangkan Pak Glen Maryono kamar nomer 303 bersama pendamping lainnya. Pak, tunjukkan kamarnya!" suruh administrator itu pada petugas. Aku tidak terlalu mendengarkan administrator itu. Lalu sang petugas mengangguk dan membawa koper kami. Lalu kami mengikuti petugas itu menuju ke kamar kami. Kamar kami tepat bersebelahan.

"silahkan masuk, ini kunci anda" ucap sang petugas sambil memberikan dua buah kunci yang diberikan padaku dan pada Pak Glen.

"terimakasih. Ini tipsnya" balas Pak Glen sambil memberi tips pada petugas itu. Lalu dia pergi.

"ya sudah, Lily, baik-baik dengan teman sekamarmu.tapi sepertinya yang lain belum datang, makanya kuncinya diberikan pada kita" ucap Pak Glen. Aku memandangi kunci itu. Dan berpikir, berpikir... Layla! Bagaimana dengan kabar Layla?

"ya sudah, Lily. Kita masuk saja" suruh Pak Glen membuyarkanku. Akhirnya aku mengangguk dan meninggalkan Pak Glen. Aku segera saja menata barang-barangku. Dan melihat ranjang yang bertuliskan angka 4. Aku merebahkan diri sesaat disana sambil melamun.

Layla, bagaimana kabarmu? Aku berharap bisa bertemu denganmu lagi...

Cekrek!

Tiba-tiba saja ada yang membuka pintu dan mengagetkanku.

"iya, pasti menyenangkan jika kita bisa belanja puas" celetuk seorang gadis pada gadis lainnya ketika memasuki kamar. Yang satunya tersenyum.

"ah. Sudah-sudah, kalian harus membenahi barang-barang kalian dulu sebelum membahasnya lagi." Ucap seorang wanita dewasa.

"baiklah Miss Devin" balas si gadis satunya.

Aku melongo. Mereka berdua begitu mirip. Sangat mirip. Hanya lasung pipit dan tahilalat di mulut saja yang membedakan.

Ketika mereka menyadari keberadaanku, mereka semua memandangiku dengan tatapan yang aneh. Sangat aneh.

Amazical AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang