episode 13 - peningkatan level secara paksa?

193 17 0
                                    

"Dia sudah pergi. Sebaiknya kita bergegas kemarkas sekarang!" Fan berjalan mendahului teman-temannya.

"Sebaiknya kita cepat bergerak sebelum Fan meninggalkan kita." Shafa berlari kecil kesamping Fan. Mensejajarkan tubuh mereka untuk berjalan berdampingan.

Mereka terus berjalan hingga sampai disebuah gunung besar dengan pintu baja yang berwarna sama dengan warna gunung tersebut. Shafa mendekatkan tangannya kearah pintu itu. Tak lama setelah itu, pintu itu mulai bergeser sedikit demi sedikit. Terungkaplah sedikit bagian ruangan didalamnya. Sangat gelap dan sempit. Penuh barang yang tak diketahui itu untuk apa.

Mereka berempat masuk kedalam dalam dan menelusuri ruangan sempit itu dengan indra penglihatan mereka. Shafa berjalan kearah sebuah lemari katu besar dengan ukiran Arceus ditengahnya. Membukanya dan masuk kedalamnya. Ternyata ada sebuah anak tangga yang menuju kebawah.

"Ayo cepat." Kata Shafa sambil menuruni anak tangga itu dengan hati-hati.

Mereka terus berjalan masuk kedalam lorong sempit ini. Anak tangga ini seperti tak ada habisnya. Hingga secercah cahaya terlihat dibawah sana.

"Kita sudah sampai. Ayo semuanya, percapat gerak kalian." Shafa menjadi pemandu mereka selama perjalanan hingga sampai disini. Dimarkas para pemberontak.

"Shafa, kenapa markas para pemberontak ini sangat sulit sekali jalan masuknya?" Tanya Art yang sepertinya sangat kelelahan.

"Ini untuk mempersulit pasukan musuh jika menemukan markas kita." Kata Shafa sambil berjalan meninggalkan tiga remaja yang masih menempel ditangga.

Mereka berjalan menyusuri ruangan yang bisa dibilang sangat luas ini. Beberapa kamera cctv pun terlihat menghiasi ruangan ini. Tak luput dari itu semua, dindingnya dihiasi lampu yang membuat ruangan luas ini terang.

Sebuah pintu baja besar terbuka perlahan. Tampak dari celah pintu itu, seseorang sedang berdiri dengan kedua tangannya yang berada dipinggang.

"Hey everyone." Prof. Siska menyapa keempat orang yang sedang memandanginya dengan senyuman.

"Profesor." Laila berlari dan memeluk prof. Siska dengan sangat erat.

"Hentikan. Apa kau ingin membunuhku? Aku tidak bisa bernafas." Ronta prof. Siska.

"Semuanya sudah aku bawa kemari." Shafa berjalan kearah sebuah lemari besar berwarna putih.

"Anak-anak, sekarang perlihatkan padaku pokemon yang kalian miliki." Pinta prof.Siska.

"Keluarlah Combusken, Kirlia, Aron!" Fan melempar ketiga pokeballnya bersamaan keudara.

"Kalian berdua juga keluarlah." Art mengeluarkan Gyarados dan Ludicolo dengan penuh semangat.

"Pachirisu. Pikachu." Laila melempar pokeball miliknya dengan anggun.

"Sekarang izinkan aku untuk membuat pokemon kalian bertiga berada di level yang cukup tinggi untuk ikut kami berperang melawan presiden Carlo dan pasukannya." Prof. Siska menyunggingkan senyuman dibibirnya. "Let's do it." Lanjut prof. Siska.

"Bagaimana caranya?" Tanya Fan.

"Dengan mesin ini tentunya." Shafa menekan sebuah tombol dan itu membuat bagian tengah lantai terbuka perlahan. Mengeluarkan sebuah mesin aneh dari dalamnya.

"Mesin ini akan menaikkan level pokemon kalian secara paksa dengan menggunakan tenaga matahari." Jelas prof. Siska kepada ketiga tranier muda itu.

Mereka bertiga memasukkan pokemon mereka kedalam mesin itu secara teratur. Satu persatu pokemon mulai dimasukkan kedalam mesin. Dimulai dengan Combusken yang menjalani proses. Dia berevolusi menjadi Blaziken. Lalu Kirlia yang menjadi Gardevoir. Dan disusul oleh Aron yang menjadi Lairon kemudian menjadi Aggron. Dan pokemon milik Art yang semuanya naik level menjadi level 50. Begitu pula dengan Pachirisu dan Pikachu.

"Sekarang kalian sudah siap untuk ikut dalam pertempuran besar." Prof. Siska bersenyum sinis dan tertawa terbahak-bahak seperti seorang penjahat.

"Apa yang kau lakukan? Kau terlihat seperti orang jahat saja." Shafa menyindir tawa prof. Siska dengan menunjuk air wajah tidak senang dengan gaya profesor.

"Apa kalian sudah selesai?" Seorang pria memasuki ruangan. Dia memakai seragam tentara berwarna hitam dengan seekor pokemon Arcanine disisinya.

"Lionel. Maafkan kami karena terlalu lama untuk sampai." Shafa menunduk hormat kepada Lionel.

"Apa mereka bertiga yang kalian maksud?" Tanya Lionel sambil menunjuk ketiga trainer muda itu.

"Benar sekali. Mereka adalah muridku saat di pokemon academi. Seharusnya ada empat. Tapi salah satu dari mereka memilih untuk membantu pamannya." Jelas prof. Siska.

"Perkenalkan diri kalian." Kata Lionel dengan tegas.

"Saya Fan."
"Saya Laila."
"Sa. . Saya Art" terlalu gugup dalam suasana penekanan seperti ini.

"Baiklah. Kalian kuberi waktu untuk istirahat dan besok kita akan memulai latihan." Lionel ini benar-benar tegas dan to the point. Tak ada basa-basi sedikit pun. (Ngak kayak author yg bawel).

"Baiklah. Aku akan mengantar kalian kekamar kalian. Ikuti aku." Shafa membimbing para trainer muda itu menuju lorong yang terang benderang.

Mereka berjalan menuju sebuah tempat yang dinamakan rest area. Disana adalah area luas yang dipenuhi bilik kamar bagi seluruh anggota pemberontak. Shafa mempersilahkan Laila pergi kebilik dengan pintu berwarna biru. Lalu mempersilahkan Art dan Fan masuk kebilik berwarna hijau.

Malam ini bukanlah malam yang singkat bagi mereka. Tapi juga bukan malam yang panjang.

Hingga pagi datang dan terdengar suara alarm. Suara langkah kaki bergemuruh disekitar tempat ketiga trainer itu tidur. Suara itu membangubkan mereka.

"Ada apa ini?" Tanya Art saat berusaha bangun.

"Danger. Danger. We are under attack." Suara alarm terdengar lagi.

############################

Selamat pagi, siang, sore, atau malam semuanya :)

Author mau minta maaf soal masalah updating yang ngak nentu sama alur yang absurd.

Author updatenya males! "Hah? Lu kenapa thor? Kok gitu?"
Iya author lagi males lanjutin cerita ini karena author minggu depan mau UN. Dan karena lagi tanggal tua, jadi paket author tinggal dikit.

Oiya. Author minta doa dari para reader yang luar biasa ini. Doakan author lulus dengan nilai yang memuaskan ya.

Sekali lagi author minta maaf kalo banyak salah sama kalian.

Gomen.
Mianhe.
Maaf.
Sorry.

Btw. . . Vote sama coment donk. Masa cuman dibaca sih. Ngak asik tauuu.

Tunggu episode berikutnya ya!

Pokemon MixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang