Key POV
Bertahun tahun sudah berlalu tanpa kehadiran Hariz. Aku sudah bisa senyum dan bangkit lagi setelah sekian lama nyoba.
Semua karena dukungan kakakku, Vero, dan Gladys sahabat baruku akhir akhir ini.
Semenjak ada Gladys dia bantu aku untuk gak terus terusan terpuruk. Karena masa depanku sudah menunggu.
Vero dan Gladys. Mereka yang menjadi sahabat terbaik dalam kehidupanku sekarang.
Dan inilah cerita tentang kehidupanku tanpanya.
***
"Key buruan keluar, ada temen lu nih." teriakan bangKev mengganggu tidur nyenyakku.
Dengan malas aku berjalan keluar dan menemui mereka.
"Ya ampun Key. Bangun woy udah siang. Masih aja merem" aku tak menghiraukan ucapan Vero tadi.
"Key kan kita udah janji mau nyari bahan buat tugas. Gimana sih lo?" ucapan Gladys membuatku langsung melotot ke arahnya.
"Sumpah gue lupa!! Njirr.. Tungguinnn!!" aku langsung berlari ke kamarku untuk mandi dan bersiap.
Sedangkan Vero dan Gladys hanya melihatku dengan tatapan anehnya.
Setelah mandi kilat dan bersiap. Aku pun turun dan menghampiri mereka yang sedang mengobrol dengan bang Kev.
"Eh udah buruan tar keburu macet." ujarku tiba tiba dan membuat mereka melihat kearahku.
"Ya macet juga karna lo." Vero memutar bola matanya. Aku hanya nyengir ke arahnya.
"Bang gue pergi ya.." setelah mendapat anggukan dari bang Kev kami semua pun pergi dengan mobilnya Vero.
"Kita mau kemana dulu?" aku buka suara.
"Tokbuk dulu lha. Kita beli barang barangnya dulu." ujar Vero.
Aku hanya manggut manggut tanda mengerti. Beberapa menit kemudian. Kami sampai di salah satu mall di jakarta.
Setelah itu kami langsung bergegas ke toko buku untuk mencari keperluan tugas kami.
"Oke. Kita mencar ya biar cepet. Gue kesana. Gladys cari map. Dan Key lo cari bukunya."
Aku dan Gladys mengangguk angguk mengerti, kemudian kami berpencar.
Aku melihat rak rak buku untuk mencari buku yang kucari. Ketika mataku menangkap judul buku itu, aku langsung mengambilnya. Namun ada tangan lain yang juga mengambil buku itu.
"Ini punya gue. Gue duluan yang liat!" bentakku sambil menarik buku itu dan menjauhkan tangannya.
Ia menarik buku yang kupegang. "Gak! Gue duluan yang liat sebelum lo!"
Aku melihat laki laki nyolot itu. Hingga nafasku tercekat.
Kok dia disini? Bukannya--
"Woy! Ini fix punya gue!" teriaknya.
Aku terdiam.
"Lo batu ya? Oke. Gue bawa bukunya! Bye!" ujarnya sambil melenggang pergi membawa buku itu.
Aku masih terdiam menatap punggungnya yang kian lama kian menjauh.
Aku mematung saat kembali mengingat wajahnya.
Apa aku tak salah lihat? Ataukah hanya halusinasiku karena aku terlalu merindukannya?
Lamunanku terhenti saat seseorang menepuk bahuku. "Key lo udah nemu bukunya?"
Aku memutar badan dan terlihatlah wajah Vero yang menatapku aneh.
Aku menggeleng pelan tanpa suara.
"Yah elah gue kira lo udah nemu. Lagian lo ngapain si bengong disini?" ujarnya jengkel.
Aku masih belum bisa berkata kata setelah mengingat kejadian tadi.
"Woy Key! Lo gapapa kan? Kok gue takut ya?" Vero menggerakan tangannya di hadapan wajahku.
Namun aku masih tak bergeming.
"Ver, Key, kalian udah-- Key lo kenapa?!" suara Gladys memekakkan telinga hingga aku tersadar. "Eh, ya?"
"Ya ampun Key, lo kenapa diem aja kayak patung pancoran? Udah ketemu belom bukunya?" tanya Gladys.
Aku menyengir dan menggeleng. "Belom."
"Ye.. Makanya cari dong jangam bengong!" Gladys membantu mencari buku itu. Sedangkan Vero memperhatikanku. "Ada yang aneh Key? Lo liat apaan?"
"Nanti makan dulu ya. Sekalian gue ceritain." Vero mengangguk dan kami pun mencari buku terakhir.
***
"So, lo mau cerita apa?" tanya Vero ketika kami sudah berada disalah satu restoran di mall.
"Gue yakin kalian gak akan percaya kalo gue cerita." ungkapku sambil memerhatikan mereka satu persatu.
"Cerita aja kali Key.." ucap Gladys sambil memakan mie ayamnya.
"Kan tadi gue udah dapet bukunya. Pas gue ambil ada yang ikut ngambil. Terus gue liat mukanya dan ternyata itu..
"Hariz"
Vero tersedak minumannya dan Gladys menatapku tanpa berkedip dengan mulut menganga penuh mie.
"Lo gaboong kan Key? Bukannya Hariz udah--"
"Kan udah gue bilang. Pasti kalian gak akan percaya." aku memotong perkataan Vero cepat.
"Terus dia inget lo?" tanya Gladys dan aku menunduk lalu menggeleng.
"Lo yakin bukan halusinasi?" tanya Vero meyakinkanku.
"Yakin banget. Dia terlalu nyata untuk dihalusinasikan!" ujarku.
"Tapi kok bisa?" Gladys berpikir sejenak.
"Apa sebenarnya Hariz ga mati, tapi Amnesia?"
Vero dan Gladys menatapku.
***
What do you think about this story?
Hope u enjoy n like this story!
Don't forget give me a vote!!
Xoxo^^
KAMU SEDANG MEMBACA
When? (#2)
Teen FictionKey sempat tidak percaya dengan apa yang ia lihat di toko buku. Ia bisa melihat jelas kalo laki laki yang berebut buku dengannya itu Hariz. Namun anehnya Hariz tak mengenalinya. Padahal wajahnya jelas mirip. "Apa Hariz gak mati, tapi amnesia?" - Ke...