Key terdiam di balkon kamarnya. Sambil menikmati angin sepoi sepoi di sore hari.
Sudah masuk hari ketiga dari hari itu. Dimana Z as Ariz menceritakan semuanya. Dan semenjak kejadian itu, Key dan Ariz jarang bertemu.
Sudah tiga hari juga Key memimpikan Hariz yang tersenyum kearahnya. Setiap Key mendekat, mimpinya menjadi kabur dan gelap gulita seperti ia tak bermimpi apa apa.
"Dek.."
Key agak tersentak lalu melirik bang Kev.
"Gue udah ngetok. Lo gajawab, yaudah gue masuk." jelas bang Kev.
Key melihat lurus kedepan lagi. "Gue kangen mereka deh bang.."
Bang Kev mengeryitkan alisnya. "Who?"
"Kembaran yang udah bikin hati Key bahagia sekaligus hancur." jawab Key tanpa melihat bang Kev.
Bang Kev mengangguk mengerti. Key memang sudah menceritakan hal itu pada bang Kev, awalnya bang Kev tidak percaya. Namun setelah diyakinkan dan memperlihatkan foto mereka berdua, bang Kev pun percaya.
"Ganyoba telpon?"
Key menggeleng. "Udah. Tapi Ariz gajawab."
"Mungkin dia--"
Belum sempat bang Kev menyelesaikan kata katanya. Handphone Key berdering melantunkan lagu Rock Bottom - Hailee Steinfeld tanda telepon masuk.
Key berjalan masuk ke kamarnya lalu mengambil hanphonenya yang sudah terpampang nama Ariz disana.
Semburat senyum menghiasi wajah Key. Ia langsung mengangkat telepon itu.
"Hei Riz.."
"Hai Sya.. Apa kabar?"
"Jawaban boong atau jujur?"
"Dua duanya coba."
"Jujurnya Baik banget. Boongnya gak baik."
Ariz terkekeh diujung telpon. Key hanya tersenyum.
"Ketemuan di taman yuk? Tapi sebelumnya janji jangan sedih ya."
Key terhenyak. Ada apa dengan Ariz? Kenapa dia bilang begitu?
"Maksud nya?"
Ariz menghembuskan nafasnya. "Janji dulu."
"-ga- janji" Key mengucapkan kata ga dengan sangat perlahan, berharap Ariz tidak mendengarnya.
"Jam lima ya ditaman biasa. Bye Sya.. Ily."
Ariz langsung menutup telepon itu tanpa menunggu jawaban Key. Key bisa mendengar kata terakhir Ariz sebelum memutuskan panggilan sepihak.
Senyum terukir di wajahnya. Ia pun berbisik. "Ily too Riz." ia tahu Ariz tak bisa mendengarnya karena telepon sudah terputus, namun ia yakin Ariz bisa membaca pikirannya yang kini sudah dipenuhi rasa bahagia dan penuh gambaran tentang Ariz.
Ia berharap di taman Ariz tidak membuatnya drop lagi. Bahkan ia sudah berimajinasi Ariz menyatakan ulang perasaanya dengan sungguh sungguh dan meminta Key untuk menjadi pacarnya.
Key menggeleng geleng untuk mengeyahkan imajinasi yang sangat lebay itu. Ia berharap Ariz tidak bisa membaca imajinasinya yang sangat ngarep -pake bgt- itu.
Bang Kev melihat Key dengan tatapan aneh. "Ngapa lo?"
Key lupa bahwa ada bang Kev dikamarnya pun menengok lalu memamerkan deretan gigi giginya. "Keluar gih bang, Key mau mandi." usir Key.
Bang Kev menyilangkan tangannya di dada. "Bilang aja mau ngusir." akhirnya bang Kev meninggalkan kamar Key.
Key memejamkan matanya dan mencoba berbicara lewat pikirannya. "Ariz, kalo lo denger ini, please jangan bilang kalo lo tau apa yang lagi gue imajinasiin tadi. Gabaik baca baca pikiran orang. Privasi."
Key tidak tahu apakah Ariz bisa mendengarnya atau tidak. Tapi bodo amat lah, siapa tau Ariz punya kelebihan bisa ngobrol lewat pikiran. Padahal dirinya tak yakin, jika Ariz memang punya bakat itu, apa dia juga punya?
Key meruntuki dirinya karena begitu bodoh. Ia melirik jam dinding kamarnya, lalu Key pun bergegas mandi karena jam sudah menunjukkan pukul 4 sore hari.
×××
Maaf cuma sedikit dulu. Biar partnya banyakan dikit:v
Long time gak update;3 masi ditungguim gak ini?
Btw thank you yang sudah Vote❤
Vote kalian bikin aku makin semangat buat bikin cerita ini dan menentukan update.
Maaf juga kalo ceritanya makin lama makin gaje.
Semoga tidak mengecewakan❤
Love ya!,
KAMU SEDANG MEMBACA
When? (#2)
Teen FictionKey sempat tidak percaya dengan apa yang ia lihat di toko buku. Ia bisa melihat jelas kalo laki laki yang berebut buku dengannya itu Hariz. Namun anehnya Hariz tak mengenalinya. Padahal wajahnya jelas mirip. "Apa Hariz gak mati, tapi amnesia?" - Ke...