[ Key POV ]
Aku mengerjapkan kedua mataku. Lalu mulai membukanya perlahan.
Mataku sedikit menyipit karena belum terbiasa oleh cahaya disekitarku.
Setelah mulai terbiasa. Aku menatap ke sekelilingku.
Aku tak tahu aku dimana sekarang. Mataku melihat kesegala arah. Bukan, ini bukan kamarku
Bukankah tadi aku berada di kamarku?Saat sibuk berpikir dan mengingat kembali apa yang telah terjadi sebelumnya.
Seseorang menepuk bahuku. "Keisya Ardhania"
Aku terdiam menatap orang itu.
"Key?" ia melambaikan tangannya di depan wajahku dan aku pun tersadar dari lamunanku.
"Hariz? Is It You?"
Mataku mulai terasa perih. Kuurungkan niatku untuk segera memeluknya bahkan menciumnya?
"Iya ini aku." senyumnya membuat air mataku turun tanpa persiapan.
Tubuhku pun refleks memeluknya erat sambil menangis di pundaknya.
Ia mengusap punggungku lembut. "Maaf aku ninggalin kamu. Semua karena memang udah takdir. Tuhan gak mengizinkan aku untuk terus sama kamu."
"Kamu bilang, kamu sayang sama aku. Kenapa kamu ninggalin aku?" isakkanku mulai menjadi.
Hariz menjauhkan tubuhnya dan memalingkan wajahku menjadi menatap wajahnya.
"Denger.. Semua udah takdir dan gaada yang bisa disalahin. Aku sayang banget sama kamu. Tapi udah saatnya aku pergi."
"Lagipula, akan ada seseorang yang datang ke kehidupan kamu, yang mencintai kamu dan menggantikan posisi aku di hati kamu." lanjutnya.
Aku mencerna kata katanya.
Ia bangkit. "Key.. Aku emang gaada disisi kamu. Tapi aku bakalan selalu ada di hati kamu." Hariz pergi membelakangiku dan berjalan menjauh.
Tubuhku kaku, tak bisa mencegahnya untuk pergi. Cahaya menelan Hariz hingga tak terlihat.
"Key.. Ini aku.."
Samar samar terdengar suara yang tak asing di telingaku.
Hingga aku terbangun dengan napas tersenggal. Tak lupa bengkak dimataku dan air mata di kedua pipiku.
Aku melihat di sekelilingku. Ya. Ini kamarku. Apa aku baru saja bermimpi?
Wajah khawatir seorang laki laki didepanku menyambutku dengan hembusan nafas lega.
"Mimpi buruk?"
Tanpa dorongan atau kenginginan otakku. Aku memeluknya. Ya, memeluk Z.
Entah sejak kapan ia dikamarku, aku tak peduli. Yang aku pikirkan adalah mengapa aku bertindak amat konyol dengan memeluk seorang Z?
Ia membalas pelukanku dan mengeratkan dekapannya sambil mengusap lembut kepalaku.
"Sebegitu buruknya ya sampe lo nangis dan teriak?"
Aku memikirkan mimpiku tadi. Hingga Z menjauhkan tubuhnya dan mulai menatapku. "Kalo lo gamau jelasin juga gapapa. Gue gak maksa lo kok."
Aku tersenyum miris. "Btw lo kok bisa disini?"
"Feeling gue yang nuntun gue ke kamar lo. Lewat situ." Z menunjuk jendela kamarku yang terbuka.
"Pasti lo nyari abang lo dan kawan kawan ya? Mereka lagi makan di depan komplek." ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When? (#2)
Teen FictionKey sempat tidak percaya dengan apa yang ia lihat di toko buku. Ia bisa melihat jelas kalo laki laki yang berebut buku dengannya itu Hariz. Namun anehnya Hariz tak mengenalinya. Padahal wajahnya jelas mirip. "Apa Hariz gak mati, tapi amnesia?" - Ke...