Pagi ini Key sudah duduk manis di ruang makan untuk sarapan. Dihadapannya juga sudah ada bang Kev yang sedang mengolesi rotinya dengan selai kacang.
"Bang bikinin buat Key juga dong." pinta Key saat bang Kev sudah selesai mengolesi rotinya.
Bang Kev hanya melirik Key lalu menggigit rotinya, dan membuat roti lainnya untuk Key.
Pagi yang seharusnya menyenangkan ini telah sirna. Teringat salah satu sahabatnya tak lagi bersama mereka. Dan Ariz, cowok moodbooster Key sedang di Aussie.
Semenjak kejadian di taman kemarin, Key dan Ariz akhirnya hanya menjalani tanpa tembak menembak. Intinya mereka sudah tahu perasaan masing masing kan?
Namun Key gelisah, dengan tidak ada keterikatan, bisa saja Ariz mendekati gadis lain di sana. Secara cewek bule lebih hot dari dirinya.
Bang Kev menyodorkan roti selai yang ia buat kepada Key yang kini melamun. Bang Kev hanya menggeleng melihat adik kesayangannya itu. "Heh bengong mulu. Kesambet loh."
Lamunan Key terhenti. Ia hanya melirik bang Kev sekilas, lalu memakan rotinya dalam diam.
"Dek lo masuk jam berapa sih?" bang Kev bingung dengan tingkah Key yang sangat santai itu.
"Dah ayo berangkat." Key meneguk susunya lalu bangkit dan berjalan keluar rumah dengan roti ditangannya.
×××
Hari ini Gladys pindah tempat duduk. Tak lagi sebangku dengan Key. Mengingat mereka masih bermusuhan hanya karena seorang lelaki.
Walau Key sudah tahu cerita asli mengapa Ariz memeluk Gladys. Namun tetap saja hatinya mengatakan bahwa memang ada niat terselubung untuk menghancurkannya.
Kini Key tengah duduk di bangku taman sekolah bersama Vero yang sedang memetik gitarnya.
"Ohiya Key, kok gue bingung ya." ujar Vero sambil memetik senar gitar asal.
Key merubah posisi duduknya menjadi menghadap Vero.
"Iya, kalo misalkan Ariz itu sodara kembarnya Hariz. Kenapa Gladys yang temen kecilnya Hariz gatau?"
Key langsung berpikir sejenak. "Ariz bilang dia ke Aussie emang dari kecil makanya gasempet kenalan sama temen temennya Hariz."
Vero hanya mengangguk tanda mengerti. "Gue liat Gladys kemarin sebelum kita anter Ariz ke bandara."
Key terhenyak. Ngapain dia?
"Gue liat pas otewe kerumah lo. Kebetulan gue lewat taman dan ngeliat Ariz sama Gladys. Entah apa yang mereka omongin, tapi keliatannya Gladys nangis gitu." penjelasan Vero membuat Key bertanya tanya.
"Gue bingung sama Gladys. Dia tu kenapa sih?" ucap Vero.
Key hanya mengangkat bahu tanda tak tahu. "Gue kesana dulu ya. Ada urusan. Bye!" Key berlari meninggalkan Vero.
Key mempercepat langkah kakinya menuju kelas. Entah dorongan apa yang membuat kakinya terus melangkah. Ia ragu dengan keputusannya.
Hingga kini ia berdiri di dekat sekumpulan perempuan yang sedang bergosip. Key menarik nafasnya pelan. "Glad, bisa ngomong bentar?"
Yang dipanggil menengok, menatap Key sesaat lalu mengangguk dan pamit kepada teman temannya. Gladys menghampiri Key. "Apa?"
"Dibelakang sekolah aja." ucapan Key dibalas anggukan oleh Gladys yang kini berjalan mengikutinya.
Sesampainya di sana. Mereka duduk di bangku kayu panjang yang sudah agak lapuk karena termakan usia.
"Kemarin lo ketemu Ariz sebelum dia berangkat?" tanya Key to the point karna ia tak suka bertele tele pada saat otaknya terisi banyak pertanyaan seperti saat ini.
Gladys menatap Key sesaat lalu mengangguk. "Iya. Kenapa?"
"Vero bilang lo nangis."
Gladys menghembuskan nafasnya kasar. "Ya memang. Lo penasaran kenapa? Pertama gue sedih karna Ariz bakal pergi, kedua gue jujur soal perasaan dan dibalas kata kata yang nyelekit hati gue, ketiga karna dia cinta sama lo. Hal itu menghancurkan gue."
"Kenapa sih harus lo terus yang dapet kebahagiaan? Sedangkan gue? Selalu mencintai seseorang yang udah mencintai gadis lain. Yang lebih parah adalah, gadis itu juga suka sama cowok yang gue cinta!" Gladys menekankan setiap katanya. Key tahu yang dimaksud gadis itu adalah dirinya.
"Lo bisa gak ngasih sedikit aja kebahagiaan buat gue." isakan Gladys mulai terdengar.
Key merasa bersalah. Ia sangat mengerti bagaimana di posisi Gladys karena ia dulu pernah merasakannya saat menyukai Vero. Namun ini lebih parah karena Gladys menyukai dua cowok yang menyukai dirinya.
"Bahagia lo bukan di Hariz ataupun Ariz. Ada seseorang yang cinta sama lo. Tanpa lo sadari karena lo sibuk dengan perasaan lo ke Ariz." ucap Key sambil mengusap bahu Gladys.
Gladys terdiam. Key mulai melanjutkan kata katanya lagi. "Bahagia itu bukan hanya dicintai oleh orang yang kita cinta. Tapi bisa ngeliat orang yang kita cinta bahagia meskipun bukan bersama kita itu juga termasuk kebahagiaan walau berujung sakit hati. Tuhan itu adil, kebahagiaan semua udah kebagi rata. Kebahagiaan buat lo bukan melalui Ariz. Tapi Vero."
Gladys terkesiap. Ia baru sadar bahwa Vero mencintainya. Dalam hatinya Gladys mengiyakan kata kata Key barusan. "Gue terlalu bodoh karena menyia nyiakan kebahagiaan yang seharusnya untuk gue. Thanks Key." Gladys memeluk Key.
Key membalas pelukan itu lalu tersenyum. "Vero lagi ditaman tuh."
Gladys melepas pelukannya lalu menghapus air matanya kasar. "Lo yakin dia gak akan marah sama gue?"
"Percaya deh. Karna cinta gaakan bisa marah lama lama." setelah Key meyakinkan. Gladys melangkah kan kakinya menuju taman sekolah. Diikuti Key dibelakangnya.
Hingga Gladys duduk di samping Vero. Dan Key memperhatikan mereka dari kejauhan.
Vero terlihat agak kaget dengan kedatangan Gladys yang tiba tiba. Membuat Gladys tertawa. Mereka sedikit mengobrol lalu Vero tersenyum. Vero terlihat memainkan gitarnya sambil bernyanyi, sedangkan Gladys tersenyum bahagia.
Key merasa lega, karena satu masalahnya sudah terselesaikan. Melihat kedua sahabatnya yang berbahagia itu membuat Key merindukan Ariz.
"Mereka udah. Aku kapan?" ujar Key pada dirinya sediri. Lalu ia berjalan kembali kekelasnya.
×××
Mendekati Ending.. Sebenernya gatau nih ampe chap berapa. Tapi intinya udah mau ending aja. ;3
Mungkin bakalan lebih sering update karena mau cepet nyelesein cerita ini dan update cerita Faded. Karena ngebagi otak buat bikin cerita yang berbeda agak sulit.
So, ini cerita di chapter ini. Maaf kalo makin hari makin gaseru ini cerita. Tapi aku berusaha buat bikin yang terbaik lagi.
Jangan lupa Vote nya❤
Love ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
When? (#2)
Teen FictionKey sempat tidak percaya dengan apa yang ia lihat di toko buku. Ia bisa melihat jelas kalo laki laki yang berebut buku dengannya itu Hariz. Namun anehnya Hariz tak mengenalinya. Padahal wajahnya jelas mirip. "Apa Hariz gak mati, tapi amnesia?" - Ke...