Falling Apart

1.6K 127 2
                                    

Jam menunjukkan pukul 10 malam. Dan Key masih terjaga setelah bangun dari istirahatnya yang lumayan lama.

Bang Kev pergi mencari makanan dan sampai sekarang belum memunculkan batang hidungnya.

Key menunggu seseorang yang datang, memberikan pelukan hangat, juga menanyakan keadaannya.

Namun seseorang yang ia tunggu tak kunjung tiba. Entah mengapa firasatnya mengatakan bahwa malam kemarin adalah malam terakhirnya bertemu Z.

Hatinya mencelus saat ia memikirkannya. Ia masih ingin bersama dengan laki laki itu.

Berharap laki laki itu datang dan mengejutkannya. Menanyakan kabarnya, dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi malam kemarin.

Key butuh penjelasan soal topik yang mereka bicarakan malam itu. Namun tiba tiba saja Z menghilang bagai ditelan bumi.

Menggantungkan jawaban sekaligus perasaannya. Walaupun ia belum menyatakan apapun.

Key mengecek handphonenya untuk kesekian kali, melihat apakah Z mengirim sms atau menelponnya. Namun hasilnya nihil. Tak ada satupun pesan maupun panggilan tak terjawab bernamakan Z.

Key semakin gelisah. Pikiran pikiran buruk mulai menghampirinya. Berpikiran buruk tentang Z.

Namun kegelisahannya terhenti saat melihat nama Z terpampang di layar handphonenya yang bergetar tanda panggilan masuk.
Tanpa basa basi Key langsung menjawab panggilan itu.

"Z?" ucapnya ragu.

"Cuma mastiin lo gapapa. Btw ada yang mau gue omongin" jawaban Z membuat jantung Key seperti berhenti sedetik .

"Gue gapapa kok. Apa?"

"Remember.. Last night was the last we meet."

Key terdiam mendengar perkataan Z. Dia terdengar berubah sekali.

"Kita akan ketemu lagi setelah lo sembuh." Z terdengar menarik nafas berat lalu melanjutkan perkataannya

"Gue gak bisa jenguk lo. Gausah gelisah dan berpikiran macem macem. Gue gapapa. Sembuh dan lo akan tau semua. Janji." ucapan Z membuat Key terdiam bagai manekin.

Setelah Z berkata begitu, telepon diputus sepihak oleh Z. Mata Key mulai berkaca kaca dan siap menumpahkan butiran air yang sudah berkumpul di pelupuk matanya.

"Terakhir?" ucapan Key hampir seperti bisikan.

Hati Key rapuh, ia sudah yakin kalau Z bukanlah Hariz. Karena sesuatu yang telah pergi tak akan pernah kembali, termasuk Hariz yang kini sudah tenang di alamnya.

Namun bukanlah kenyataan itu yang membuat Key menangis. Namun sifat Z yang meretakkan hatinya.

Key berpikir jika Z masuk kekehidupannya secara terpaksa dan tidak murni ingin berteman dengannya.

Pikiran mulai menggelayuti otaknya. Hatinya kian retak saat menyadari bahwa ia sudah memiliki perasaan lebih terhadap cowok itu.

Harapan yang ia pikir akan terwujud menjadi nyata. Kini hanya angan yang terbang sia sia.

Berharap memang tak mengenakkan. Karena harapan selalu berbanding terbalik dengan kenyataan.

Tangisannya tidak sampai disitu. Handphonenya kembali bergetar dan memunculkan nama serta pesan yang diterima.

Key melihatnya kemudian kembali menangis dalam diam.

"Lupain yang sebelumnya dan fokus sama kesehatan."

When? (#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang