Pintu kamar inap Key terbuka dan menampakan seseorang yang membuat Key diam bagai patung.
"Key.." suara itu membuat Key bergetar dan menitikkan air matanya.
Beberapa Jam Sebelumnya...
"Gue harap lo gak kasih tahu Key soal itu." ucap Ariz pada Gladys yang masih tak percaya dengan apa yang ia dengar tadi.
"Hei?" Ariz yang merasa tak digubris melambaikan tangannya tepat didepan wajah Gladys.
Gladys tersadar dari lamunamnya "Eh. Iya gue gaakan kasih tau."
"Key gimana keadaanya?" Ariz tampak khawatir dengan keadaan gadis yang kini terbaring di ranjang rumah sakit.
Gladys menghembuskan nafasnya perlahan. "Makin hari kondisinya gak stabil dan menurun semenjak lo gak jenguk dia."
Gladys terdiam sesaat sebelum ia melanjutkan kata katanya. "Gue mohon sama lo jangan jauhin Key dulu. Tindakan lo bisa berakibat fatal buat Key. Lo harus bisa merubah keadaan sampe waktunya Key tau yang sebenarnya. Atau Key bakalan nyusul Hariz."
Ariz merasa hatinya seperti ditikam saat Gladys mengatakan jika ia seperti ini terus, Key akan menyusul Hariz.
Entah mengapa ada rasa sesak dalam dirinya saat mendengar keadaan gadis itu semakin parah karenanya.
"Riz? Plis ya jangan berubah dulu. Lo harus liat kedepannya kalo sampe begini terus." Ariz termenung lalu mengangguk.
"Oke. Gue ubah rencananya. Gue harap lo bisa jaga rahasia. Anggep kita gapernah ketemu. Dan bilangin juga ketemen elo itu yang cowok."
Gladys mengangguk senang lalu pamit dan berlari menghampiri Vero.
"Ver.. Itu bukan Z."
Vero menganga. "Hah? Kalo bukan kenapa lo lama banget? Gue ampe kembung minum ni es."
Gladys bingung. Apa yang harus ia katakan pada Vero agar rahasianya dengan Ariz tidak terbongkar?
"Mata lu picek kali. Mukanya ga mirip ternyata. Fatamorgana tadi. Itu lama gara gara ternyata dia tetangga gue dulu, trus udah pindah jadi ngobrol dulu bentar. Hehe." Gladys menghembuskan nafas lega saat Vero hanya mengangguk angguk mengerti tanda ia percaya perkataanya.
Mereka pun langsung bergegas ke kantin rumah sakit dan benar benar makan.
×××
Key mengedipkan mata berulang kali. Memastikan bahwa ia nyata. Berharap cowok itu tak menghilang.
Ternyata harapannya terwujud, cowok itu tak menghilang.
Ia ada disini. Seperti bayang bayang dalam otaknya.
Cowok itu berjalan menghampiri Key lalu memeluk Key erat. "Gue kangen lo Sya.."
Key terdiam beberapa detik sebelum akhirnya membalas pelukannya.
Ia masih tak percaya Z ada disini. Memeluknya. Tersenyum padanya. Mengatakan bahwa ia merindukannya.
Ini terasa seperti mimpi untuknya. Jika ini mimpi, ia berharap tak akan pernah bangun agar semua ini tak berakhir.
Z melepas pelukannya lalu tersenyum pada Key. "Harapan lo terwujud kan? Gue minta maaf soal malem itu. Gue ada masalah sampe ngomong gitu sama lo. Gue merasa bersalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
When? (#2)
Teen FictionKey sempat tidak percaya dengan apa yang ia lihat di toko buku. Ia bisa melihat jelas kalo laki laki yang berebut buku dengannya itu Hariz. Namun anehnya Hariz tak mengenalinya. Padahal wajahnya jelas mirip. "Apa Hariz gak mati, tapi amnesia?" - Ke...