Tao melepas pelukannya. Matanya menatap kearahku. Sinar redup dari matanya membuat ketenangan sendiri bagiku. Lengannya yang melingkar sempurna membuatku selalu merasa terlindungi.
Senyuman tipis yang ia pajang dibibirnya membuatku ikut tersenyum. Tak ada alasan lagi untuk memisahkan kami. Tak ada pembatas lagi. Aku sudah bahagia hanya dengan menatap matanya.
"Harusnya kau tahu betapa tersiksanya aku karena wanita ular itu" ucapku sambil cemberut. Tao terdiam.
"Maaf, seharusnya aku tak melakukan hal bodoh ini. Aku janji, aku tak akan melukaimu lagi. Dalam keadaan apa pun" ucap Tao melafalkan janjinya. Aku berdecak.
"Kau dulu pernah berjanji padaku. Kau tak akan membuatku menangis dan akan terus menjagaku. Tapi, kau melanggarnya. Kau pembohong!" Aku melipat tanganku di depan dada.
"Kesalahan besar bagiku karena membuatmu menangis. Tapi, aku sungguh sungguh kali ini. Kau bisa menghukumku jika aku melanggar janjiku kali ini" Tao menarikku ke dalam pelukannya lagi.
Rasa enggan untuk membalas pelukannya lenyap tersapu angin. Tanganku menggantung bebas ke bawah. Dengan gerakan yang sangat pelan, aku mulai memeluknya.
"Ku mohon, jangan bertindak bodoh lagi" aku menggumam di dalam pelukannya. Tao mengusap kepalaku. Suasana hening tiba tiba memeluk kami.
"Ku rasa kita sudah banyak berpelukan" ucapku.
"Tapi, aku sangat menyukainya. Ini candu bagiku" jawab Tao. Wajahku memanas. Jadi, bukan hanya aku saja yang kecanduan dengan sentuhan Tao.
Krak
Aku cukup terkejut ketika sebuah suara nyaring memekakkan gendang telingaku. Suara itu berasal dari kamarku. Samar samar aku mendengar banyak langkah yang berlarian ke kamarku.
Aku dan Tao saling pandang. Aku mencium bau asap yang cukup menusuk. Dengan langkah cepat, aku membuka pintu kamar Tao dan mendapati seluruh anggota EXO tengah berbondong bondong menuju kamarku.
Dapat ku lihat raut terkejut diwajah mereka. Ku tahan lengan Chen yang sedang berlari ke kamarku.
"Ada apa?" Tanyaku bingung. Bau asap itu semakin menyengat.
Ekspresi Chen sangat terlihat panik. Nafasnya yang naik turun membuatnya terlihat sangat kacau.
"Ku-kurasa Sung Rin membakar kamarmu dan menghilang."
Bam! Dadaku terasa turun sampai perut. Kalimat Chen membuatku membeku seketika.
"Me-membakar?" Aku menoleh perlahan kearah pintu kamarku yang sudah mengepulkan asap hitam dari dalam. Aku hanya menganga tak percaya. Tao memberikan reaksi yang sama sepertiku.
"Sebaiknya kau menyelamatkan barang yang masih bisa diselamatkan, Eun Wook" saran Chen. Aku mengangguk.
Aku berjalan cepat menuju pintu kamarku. Tao mengikutiku dari belakang. Luhan sempat menahanku ketika aku sudah sampai di ambang pintu.
"Jangan masuk dahulu. Api belum benar benar hilang. Suho sedang menyelesaikannya dengan Xiumin" ucap Luhan.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" Tanyaku.
Luhan menghela nafasnya. Tangan Luhan menyisir rambutnya sendiri.
"Seperti yang dikatakan Sung Rin. Ia akan datang setelah 15 menit. Aku mengikutinya dari belakang tentunya. Dan kurasa ia mendengar apa yang kalian bicarakan. Ia menangis sesaat. Aku bersembunyi ketika ia mulai meraih sebuah pematik api di seberang kamarku.
Aku sempat khawatir dengan apa yang akan ia lakukan. Dan wanita itu penuh dengan kejutan. Ia diam diam membakar kamarmu. Aku melihatnya melompat dari jendela setelah menghanguskan isi kamarmu" Luhan menjelaskan dengan panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Time Control
FanfictionVampir. Apa yang ada di benak kalian tentang itu? Benar, makhluk penghisap darah yang paling menjijikkan yang pernah ku tahu. Ku tarik ucapanku. Setelah bertemu dengannya, dunia benar benar menjungkirbalikkan fakta itu. Takdir? Aku? Dengannya? Mimp...