The Real Life

8.4K 505 21
                                    

Eun Wook POV
Aku menggeliat geli ketika sebuah tangan besar melingkar di pinggangku. Deru nafas seseorang menghantam ceruk leherku. Tak bisa kubayangkan betapa bahagianya diriku.
Apa yang lebih membahagiakan dari fakta bahwa sang kekasih ada di depan mata setelah kita terbangun dari tidur yang panjang?

"Selamat pagi" Sapa Tao. Bisikan suaranya yang tepat di depan telinga, membuatku bergidik geli.

"Hm" balasku. Aku merapatkan tubuhku pada tubuh Tao. Sedangkan Tao sendiri memelukku semakin erat.

Dengan mata yang masih terpejam, aku dan Tao kembali merasakan hangatnya pelukan ini. Aku terlalu malas untuk membuka mataku. Sedangkan Tao terlalu enggan untuk melepas pelukannya.

Pagi ini terlalu indah untuk diakhiri. Bahkan sang mentari terlalu malu untuk mengintip kami. Hewan hewan hutan juga sudah memulai aktivitas mereka. Bebunyian dari arah hutan cukup mengusikku. Dengan sangat terpaksa, aku membuka mataku.

"Kita akan sangat terlambat, Tao. Aku tak mau dihadang guru piket di depan gerbang." Ucapku.

Bukannya melepaskan pelukannya, Tao justru semakin erat memelukku. Aku hanya menghela nafasku. Hal yang paling ku hindari adalah guru piket untuk menghadang anak anak yang terlambat. Sekarang, aku mungkin akan bertemu dengannya jika Tao tak segera melepas lengannya yang melingkar di tubuhku ini.

"Ayolah Tao, aku tak mau berurusan dengan guru guru menyeramkan seperti mereka." Keluh ku.

Tao menghela nafasnya. Ia melepas pelukannya dari tubuhku dan sedikit menjauh dariku. Aku langsung terduduk dan merapikan rambutku.

Ketika aku menatap Tao, ia tampak terlihat sedang dongkol. Astaga, sepertinya sifat kekanakan Tao muncul kembali. Aku tersenyum tipis dan menghampirinya.

Ku lingkarkan lenganku di sekitar lehernya. Menatap mata hitamnya yang bergejolak itu. Tao menatapku seolah olah bertanya 'apa yang kau lakukan?'

Ku kecup singkat pipinya itu. Setidaknya ini cara terbaik untuk meminta maaf. Tao tak akan menolak, 'kan?

Ku tarik kembali lenganku. Namun, Tao menahannya. Ia seolah olah sangat enggan jika aku melepasnya. Aku mengerutkan kening.

"Kau belum selesai Nona Park" gumam Tao sambil memamerkan smirk andalannya itu.
Sepertinya aku menyesal karena mengambil pilihan yang salah.

Tao menarikku dan membuatku jatuh terduduk di pangkuannya. Tangannya yang melingkar di pinggangku, membuatku sedikit menahan nafas.

"Apa yang kau lakukan!" Aku memekik. Tao tampak memejamkan matanya karena terkejut. Namun setelahnya, ia tampak menghela nafas.

"Berhentilah berteriak, Eun Wook. Aku vampir dan kau bisa merusak pendengaranku jika berteriak seperti itu." Ucap Tao lirih.

Wajah Tao semakin mendekat kearahku. Kupikir ia akan menciumku. Tapi, ia hanya memelukku dan menghirup dalam dalam aroma tubuhku di tulang selangka ku.

"Berhenti tuan cabul. Atau aku akan memghajarmu" protesku. Jujur saja, aku cukup gugup dengan tingkahnya itu. Oh ayolah, aku hanya gadis 19 tahun yang masih belum mengerti apapun yang berhubungan dengan skinship. Meski ku akui bahwa aku terlalu banyak melakukan kontak badan dengan Tao, bukan berarti aku tak akan merasa canggung bila di sentuh dengan berlebihan seperti ini.

Tao terkekeh. Tapi ia tak mau melepas lengannya yang melingkar di pinggangku ini. Astaga, seseorang tolong aku!

Kami menoleh terkejut ketika melihat pintu kamarku terbuka dengan paksa. Wajah terkejut milik Suho terlihat jelas di kedua bola mata kami.

My Lovely Time ControlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang