Tao berjalan santai sepanjang koridor kelasnya. Padahal arlojinya sudah menujukkan pukul 09.03 yang artinya ia sudah terlambat masuk kelas. Pria itu seolah mengabaikan semua kemungkinan yang akan ia terima jika hal 'terlambat' itu benar-benar terjadi.
Ponselnya bergetar dan menampilkan pesan dari Suho. Ia mengecek pesan itu. Hanya serentetan kata tak penting yang mengomelinya karena keterlambatannya kali ini. Dengan gerakan yang amat malas, Tao mengetik balasan untuk Suho.
Tao : aku akan masuk kelas sebentar lagi, berhenti mengomel!
Setelah menekan tombol kirim, ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana sekolahnya. Ketika ia berpapasan dengan persimpangan koridor, Tao memilih belok ke kanan dari pada ke kiri yang merupakan jalan menujuk kelasnya. Pilihannya salah rupanya, ia sangat sial karena menabrak seorang gadis yang membawa banyak sekali buku.
Sepertinya gadis itu tak mengenali siapa orang yang ia tabrak. Ia terus saja merapikan buku-buku yang terjatuh dari genggamannya. Merasa kasihan, Tao membantunya merapikan buku-buku itu.
"Kau baik-baik saja?" Tao bertanya untuk memastikan gadis itu dalam keadaan tak terluka sehingga ia tak perlu dituntut melukai seseorang.
Mata mereka bertemu di satu titik yang membuat kesadaran masing-masing seakan ikut melayang bersama karbondioksida yang mereka lepaskan.
"Tampan"
Seakan mengigau, gadis itu tanpa sadar memuji Tao. Tao hanya tersenyum. Tentu saja ia tahu kalau dirinya tampan. Untuk apa ketampanannya ini jika bukan untuk mempesona semua wanita disekolahnya?
Gadis itu tampaknya mulai sadar akan apa yang ia ucapkan. Ia menggumam dan merutuki dirinya. Tao hampir saja terkekeh melihat sikap gadis itu. Tao merasa pernah melihat wajah yang hampir sama dengan gadis depannya itu. Entah itu dimana ia tak peduli.
"Terima kasih pujiannya, aku sadar aku tampan." Tao berucap dengan nada yang menyombongkan. Tak ada yang perlu disangkal disini. Semua gadis mengakui ketampanannya.
Gadis itu segera bangkit berdiri dan meninggalkan Tao yang masih tak bergeming di tempatnya. Setelah langkah gadis itu benar-benar menghilang, Tao menghentikan waktu. Ia berdiri dan berjalan menuju arah yang sama dengan gadis itu.
Cukup lama ia berjalan, tenyata gadis itu sudah berlari terlalu jauh. Setelah mendapatkan sosok gadis yang baru ia temui, ia segera mendekat dan menatap lekat-lekat wajah gadis itu. Tao menyibak helaian rambut gadis itu yang menutupi nametag di dada kanannya.
Park Eun Wook.
Tao merasa pernah mendengar nama itu. Ah, biarkan saja. Sepertinya Tao tak terlalu memusingkannya.
Tao berjalan menjauh dan menjentikkan jarinya. Waktu kembali normal dan Tao mendapati gadis bernama Park Eun Wook itu memasuki sebuah kelas.
Tao kembali teringat, sepertinya ia tahu nama itu. Bukankah Park Eun Wook adalah siswa peringkat satu itu?
Tao segera membalikkan tubuhnya dan berlari menuju ruang kelasnya sendiri. Ketika sampai dikelasnya, ia mendapati Luhan tengah menatapnya intens.
"Kenapa?" Tao mencoba memalingkan wajahnya agar menghindari tatapan Luhan.
"Kau sudah bertemu Eun Wook?"
Tao terbungkam. Bagaimana Luhan tahu nama gadis itu?
"Memangnya kenapa?"
Tepat saat pertanyaan Tao meluncur, pria itu teringat sesuatu. Eun Wook, Park Eun Wook. Nama itu persis seperti nama pasangan takdirnya. Tunggu, jadi-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Time Control
FanficVampir. Apa yang ada di benak kalian tentang itu? Benar, makhluk penghisap darah yang paling menjijikkan yang pernah ku tahu. Ku tarik ucapanku. Setelah bertemu dengannya, dunia benar benar menjungkirbalikkan fakta itu. Takdir? Aku? Dengannya? Mimp...