Aku turun di pusat perbelanjaan. Perutku langsung mual ketika melihat banyaknya tulisan rumit ala huruf china di mana-mana. Rasanya aku bisa tenggelam ke dalamnya. Aku memang sudah belajar bahasa dan huruf huruf rumit itu sendiri. Tak jarang aku juga bertanya pada Tao dan Luhan mengenai itu. Tapi tetap saja, aku belum terbiasa dengan banyaknya tulisan yang menurutku hampir sama semua itu.
Tao menarik tanganku dan membuatku menabrak dada bidangnya. Aku hampir memprotes jika ucapan Tao tak membuatku bungkam.
"Kau hampir saja tertabrak kendaraan tadi."
Aku terdiam menikmati sentuhan Tao. Setiap jengkal sentuhannya selalu bisa membuat perutku dipenuhi kupu kupu yang berterbangan dan menabrak kulitku. Rasanya aneh tapi menyenangkan.
.
.
"Kau menginap dimana?"Pertanyaan Tao mengagetkanku yang sedang menikmati menu makan siang di salah satu restoran bintang lima. Biar ku beri tahu, restoran ini milik Luhan.
Ku telan lebih dahulu makanan yang sedang ku kunyah. Setelah itu, ku raih gelas yang penuh dengan air putih. Ku tenggak habis isinya.
"Sepertinya di Wink Hotel. Yoo saem bilang, semua peserta olimpiade menginap di sana. Aku tentu tak menolak karena itu satu satunya hotel yang digratiskan oleh pihak sekolah." Ucapku sambil menatap manik mata Tao.
Dapat ku lihat senyum aneh yang terpasang di wajahnya itu. Aku curiga dengannya.
"Baiklah, aku juga akan menginap disana. Kau tahu, itu salah satu hotel milikku" ucapnya sambil mengusap ujung hidungnya.
Sudah ku duga. Itu hotel miliknya, dan aku menginap disana. Aku heran, apa semua bangunan di dunia ini milik para anggota EXO? Seberapa kaya mereka? Kenapa setiap bangunan dan tempat yang aku singgahi selalu milik mereka?
"Aku akan menginap di sana denganmu. Kita bisa satu kamar" ucap Tao. Aku menggeleng cepat. Tao menatapku tak suka.
"Kenapa?" Tanyanya. Aku menghela nafas dan membetulkan letak duduk ku.
"Begini, aku tak mau menciptakan berita panas di negara asing ini. Dan ku rasa kau memiliki pengaruh besar di China. Lalu," ku tarik nafasku dalam dalam dan menatap tajam kearah Tao yang tampak memiringkan kepalanya.
"Aku tahu niat mu itu" ucap ku tajam sambil memukul pelan bahu Tao.
Sica yang duduk di depanku terkekeh. Sedangkan Luhan yang duduk di hadapan Tao, hanya tersenyum misterius. Kris yang duduk paling ujung tampak tak memperdulikan obrolan kami.
"Aku dan Sica akan ke apartemenku saja. Kris, kau mau menginap dimana?" Tanya Luhan sambil menunjuk Kris dengan garpu makan miliknya.
"Turunkan garpu mu itu, Luhan, menjijikkan. Aku akan ke rumah ibu saja. Siapa tahu aku bertemu dengan keponakan cantik ku" ucap Kris sambil tersenyum miring.
"Astaga, kau menyukai keponakanmu sendiri? Tak bisa di percaya!" Ucapku terkejut.
"Memang tak bisa di percaya. Kau tak akan percaya jika aku mengatakan Kris sangat menggilai keponakannya itu." Tambah Sica.
Aku mengangguk mengerti. Sedangkan Kris tampak sebal di ujung sana. Aku sedikit terkekeh melihat tingkah Kris yang satu ini.
Kris terkadang akan bertindak sangat dewasa. Tapi, ia juga bisa bertingkah seperti anak kecil. Menggerutu dan memajukan bibir misalnya. Dan itu tengah ia lakukan sekarang.
Dan sekarang aku sadar. Sosok vapir yang dulu aku kenal, tak seperti yang aku bayangkan. Mereka memang makhluk penghisap darah yang buas. Tapi, mereka juga memiliki sifat kemanusiaan yang lain.
.
.
Aku berjalan dengan menggeret koper besarku dan memasuki area hotel. Tao yang sedari tadi masih sibuk di mobilnya, ku tinggal dan mencoba mencari pintu masuk sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Time Control
FanfictionVampir. Apa yang ada di benak kalian tentang itu? Benar, makhluk penghisap darah yang paling menjijikkan yang pernah ku tahu. Ku tarik ucapanku. Setelah bertemu dengannya, dunia benar benar menjungkirbalikkan fakta itu. Takdir? Aku? Dengannya? Mimp...