"Welcome home," Ucap pria dengan lesung pipi yang dalam. Aku benar-benar terkejut. Bagaimana tidak? Aku dibawa ke tempat yang aku tak tahu dimana ini. Mungkin tempat ini tak ada didalam peta maupun jangkauan GPS.
"Bawa aku pulang SEKARANG!" Bentakku. Ini sudah tak bisa dibiarkan. Sudah cukup, aku muak dengan para makhluk penghisap darah yang satu ini.
"Tak perlu seperti itu. Meski kau mengancam untuk bunuh diri sekalipun, kami tidak akan membawamu pulang. Untuk sekarang, lebih baik kau di sini saja. Lebih aman disini daripada apartemen kumuhmu itu. Ah, Luhan bisa saja memaksamu untuk tetap tinggal. Tapi kali ini aku tak suka kekerasan. Jadi bersikaplah kalau kau nyaman di sini." Tutur pria tinggi berambut pirang yang gayanya sangat super cool. Tapi justru gaya pria seperti itu yang membuatnya terlihat kampungan. Aku memutar kedua bola mataku sambil menatap mereka satu persatu dengan jengah.
"Aku tak mau! Aku mau pulang, dan aku tak akan mau berurusan dengan kalian lagi. Aku bisa menjaga rahasia kalian. Jadi, jangan khawatir tentang identitas asli kalian." Aku mencoba memberi penjelasan pada mereka semua. Tanganku terkepal menahan kesal. Buku-buju jariku pun memutih.
"Luhan, sepertinya aku membutuhkan bantuanmu." Ucap pria berkulit seputih susu.
Tiba-tiba pria berwajah cantik mendekat kearahku. Aku melebarkan kedua mataku."Mau apa kau?! Jangan mendekat! Jangan menatapku seperti itu!" Teriakku. Pria cantik itu berhenti tepat tiga puluh senti dariku.
"Jangan khawatir, Eun Wook. Aku tak akan melakukan hal buruk padamu. Aku hanya akan melakukan sesuatu supaya kau bisa menurut padaku," ucapnya.
Detik pertama setelah pria itu berbicara, tubuhku membeku dan aku berjalan seperti robot.
"Ada apa ini?! Apa yang kau lakukan pada tubuhku?!" Teriakku panik. Tubuhku terus berjalan tanpa persetujuan dariku. Seolah-olah tubuhku ini diberi sihir untuk berjalan kearah kastil tua menyeramkan itu. Aku tak bisa berbuat apa-apa kecuali meronta dan berteriak meminta tolong yang kuyakini itu akan percuma saja. Tubuhku membawaku ke dalam kastil tua itu.
Menilai sesuatu jangan dari penampilannya.
Mungkin itu penggambaran yang tepat untuk kastil ini. Tampak luar saja yang menyeramkan. Tapi ketika didalam, aku di buat terpukau olehnya. Sofa berbentuk L yang aku yakin mahal harganya diletakkan di ruang tamu dan ditambah meja kayu berkualitas tinggi bertengger di depan sofa itu. Tak lupa ditambah kesan manis dari karpet berbulu yang ikut menghiasi ruangan ini.
Bisa kusimpulkan ruangan-ah, bukan. Kastil ini seperti istana dunia modern.
Tubuhku membawaku masuk lebih dalam. Dan yang kutemui sekarang adalah ruang keluarga yang luar biasa luas. Oke, aku tak ingin menceritakan kastil ini secara detail. Sudah kubilang kastil ini seperti istana dunia modern.
Tiba-tiba seorang maid datang kearah kami sambil membungkukkan badannya. Menurutku itu semacam rasa hormatnya pada dua belas vampir ini.
"Permisi Tuan, makan siang sudah siap." ucap maid itu. Seorang pria dengan aura kepemimpinan mengangguk. "Baiklah, D.O kau pastikan makanan itu."
Sedangkan orang yang dipanggil D.O, ia pergi kearah sebuah ruangan-yang menurutku dapur.
"Kau sangat beruntung, Eun Wook. Karena kau datang pada jam makan siang." Ucap pria bermata panda. Suaranya terdengar meledek.
"Tao, jangan bersikap dingin seperti itu pada takdirmu. Ajak dia makan. Luhan, lepaskan dia." Titah pria dengan senyum yang menawan.
Kemudian, pria bermata panda itu-atau bisa di panggil Tao-pergi menuju meja makan yang panjangnya hampir enam meter.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Time Control
FanfictionVampir. Apa yang ada di benak kalian tentang itu? Benar, makhluk penghisap darah yang paling menjijikkan yang pernah ku tahu. Ku tarik ucapanku. Setelah bertemu dengannya, dunia benar benar menjungkirbalikkan fakta itu. Takdir? Aku? Dengannya? Mimp...