Aku berbaring diatas dada Tao. Lengan Tao sendiri memelukku erat seakan aku bisa menghilang jika tak dia peluk seperti ini.
Setelah mendapat teror dari Yonghwa, acara pernikahanku menjadi kacau. Para tamu undangan dipersilakan untuk pulang. Padahal acara baru akan selesai saat matahari terbit nanti.
"Aku tak menyangka akan terjadi secepat ini" ujarku memecah keheningan. Mataku melirik kearah Tao. Aku mencoba menerka apa yang ada dipikirannya saat ini.
Tangan Tao mulai mengusap punggungku dan tubuhnya sedikit menggeliat. Aku benci jika ucapanku diabaikan seperti ini.
"Huang Zi Tao!"
"Ah, maaf" Tao hanya menjawab singkat. Setelah itu keheningan kembali menyergap kami.
Huft~ sepertinya ia menjadi berbeda setelah teror Yonghwa tadi malam. Ia akan terdiam jika aku bertanya seputar Yonghwa. Bahkan ia bisa saja mengacuhkanku.
"Jika kau terus mengacuhkanku, aku lebih baik bersama yang lainnya dibawah!" Ancamku. Ketika aku akan bangkit, lenganku ditahan oleh Tao.
"Jangan pergi, disini sebentar" pinta Tao. Aku mendengus dan kembali berbaring dalam pelukan Tao.
Heningnya malam meracuni ruangan ini. Aku dan Tao hanya berbaring dan saling mengunci mulut kami. Tak ada yang berniat membuka suara lagi. Aku maupun Tao mungkin merasa kalau saat-saat berpelukan seperti ini bisa saja menjadi yang terakhir untuk kami.
Perang, Yonghwa, kematian, tangisan, dan kesedihan seolah sudah menjadi satu tempat dan siap meledak kapanpun dan dimanapun. Bahkan jika kalian bertanya apakah aku akan hidup atau tidak, maka tak ada satupun yang berani menjawabnya. Sang Bulan pun tak memberitahu Tao maupun anggota EXO lainnya. Seolah ini adalah sebuah rahasia yang akan tertutup rapat.
'Takdir yang berubah' kalimat itu selalu hadir dalam pikiranku. Dan aku selalu berdoa agar takdir yang diubah kali ini adalah kematianku. Aku masih terlalu muda untuk mati. Dan aku terlalu dini untuk menikmati kematian.
Bahkan aku baru saja menikah, aku belum menikmati indahnya sebuah pernikahan. Lalu, secepat inikah kematianku?
Argh, pertanyaan itu selalu muncul dalam kepalaku dan enggan untuk menghilang. Kepalaku ini rasanya seperti akan meledak.
"Matahari sudah mulai terbit, aku harus bersiap untuk pergi" ujar Tao tiba-tiba. Pelukan Tao yang terlepas membuatku merasa kehilangan.
Mendadak perasaanku tak enak. Rasanya seperti akan terjadi hal yang buruk. Dan aku berharap itu hanyalah perasaanku. Aku mungkin hanya paranoid karena hal ini. Ya, mungkin.
.
.Aku dan anggota EXO lainnya sudah berkumpul di ruang tamu. Suasana menjadi sedikit berbeda sekarang. Bahkan Chanyeol dan Baekhyun mencoba mengeluarkan leluconnya. Alhasil, lelucon mereka hanya disambut dengan tawa yang kaku oleh pendengarnya.
"Ini sudah pukul 8, kalian harus bersiap" ujar Suho. Aku sempat menangis tadi. Karena yang akan pergi untuk melakukan perundingan dengan Yonghwa adalah Kris, Luhan, dan Tao.
Sica yang memang sudah mengikhlaskan kekasihnya untuk pergi itu hanya mengangguk mengiyakan ketika Luhan bertanya apakah ia tak apa. Berbeda denganku, Tao harus berkali-kali merayuku agar ia mendapat izin untuk pergi.
Aku takut jika terjadi apa-apa pada Tao. Karena perasaan tak enak itu datang lagi. Perasaan yang membuatku sedih dan takut. Demi apapun aku membenci hal ini!
"Aku akan pergi. Jagalah dirimu baik-baik" ujar Tao. Aku mencebik kesal.
"Jangan seolah-olah kau akan meninggalkanku untuk selamanya!" ucapku sebal. Tao mengacak rambutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Time Control
FanfictionVampir. Apa yang ada di benak kalian tentang itu? Benar, makhluk penghisap darah yang paling menjijikkan yang pernah ku tahu. Ku tarik ucapanku. Setelah bertemu dengannya, dunia benar benar menjungkirbalikkan fakta itu. Takdir? Aku? Dengannya? Mimp...