Justin's pov
Sepertinya dad menambahkan menu baru,bisa kulihat dari jumlah modal yang dikeluarkan James' Coffee. Dan juga untuk pendapatan pelayan disini bertambah,sepertinya. Apa dad mempekerjakan pelayan baru? Kenapa aku tidak melihatnya?
Itu dia,disana. Bukan,bukan pelayan baru maksudku. Yang kumaksud adalah.. bukan,bukan adikku. Nah dia yang kumaksud,Tricia Johnson. Aku bisa mengetahui namanya karena Vanessa,adikku itu berteman dengan Tricia.
Apa harus kudatangi mereka? Uh maksudku,Tricia. Mungkin terdengar lucu jika aku mendatanginya dan meminta nomor telfonnya. Tidak,tidak mungkin secepat itu. Bahkan dia tidak tau siapa namaku.
Mungkin jalan satu-satunya adalah Vanessa. Tidak bermaksud untuk memanfaatkannya. Tapi aku hanya membutuhkan bantuan,tidak salah kan?
Vanessa's pov
Wow,wow. Justin yang bodoh. Kuperhatikan sedari aku dan teman-temanku datang,Justin memperhatikan Tricia tanpa henti. Hell man,kalau kau menyukai seseorang,jangan terlalu sering memerhatikannya. Akan bahaya jika orang yang kau suka mengetahuimu dan bisa saja orang tersebut pergi meninggalkanmu.
"Hei,can we just move to another cafe? I mean,look at that guy. I see him staring at him for long time. Dia membuatku takut",ucap Tricia disela-sela pembicaraan kami.
"Oh,Tricia. Polosnya kau itu tidak berubah ya? Dia memperhatikanmu dalam arti postif,bukan arti negatif seperti yang ada dalam pikiranmu"balas Alexa.
"Wah,wah. Betapa hebatnya seorang Tricia Johnson. Ia bisa membuat anak dari pemilik kafe menyukainya. Memangnya,sihir apa yang kau pakai? Kalau kau bisa,aku pasti juga bisa membuat pria itu terpesona padaku.",goda Lunetta.
"No! Tidak boleh!",balas Tricia dengan wajah cemberut.
"Aww guys,sepertinya Tricia tidak mau pria yang menyukainya disukai orang lain"godaku dengan suara agak kencang agar Justin mendengarnya.
"Kalau saja Tricia benar-benar menyukai pria itu,pasti akan menjadi trending topic di kampus kita. Dengan caption "a little girl in love with big guy" Hahaha"goda Lunetta diakhiri tawa jahatnya.
"Aku bukan anak kecil! Umurku itu 18,bukan 8 tahun. Jadi aku bukan anak kecil!"ucap Tricia dengan nada marah.
"Baiklah,anak kecil. Apa yang ingin kau pesan?"ejek Alexa.
"Aku tidak jadi pesan. Aku tidak selera lagi."ucap Tricia seraya menampilkan wajah pura-pura marahnya.
"Oww look guys. This little girl is gettin' mad at us. Give her some candy please"ejek Lunetta
"Aku bukan anak kecil tahu!"ujar Tricia agak kesal.
"Baiklah,kau yang bukan anak kecil. Apa yang kau inginkan? Pilih sesuka hatimu,nanti aku yang membayarnya"ucapku menengahi.
"Wow wow kalau seperti itu aku lebih baik jadi anak kecil saja,kan Lun?"ujar Alexa memberi kode.
"Baiklah,kalian juga. Pilih saja sesuka kalian,anak kecil"ucapku.
"Ayyaayyy captain!"ujar Lunetta,Tricia dan Alexa serentak.
Pasti mereka kompak disaat menikmati sesuatu yang gratis. Huh,mom was right,teen nowadays look so different more than my mom's era.
I miss you again,mom. I really wanna invite them to meet you when you're here,batinku.
"Apa yang mau kalian pesan? Kalau kalian bingung dengan apa yang ingin kalian pesan,di kolom atas buku menu terdapat rekomendasi dari kafe ini. Up to you,guys"ucapku
KAMU SEDANG MEMBACA
Am i?
FanfictionSebuah kisah cinta yang sedikit rumit, dengan melibatkan masa lalu orang tua Vanessa dan Matthew. Dua remaja yang dulu pernah bersahabat namun harus dipisahkan oleh kisah percintaan dari kedua orang tuanya. sedikit aneh memang, mereka sempat membenc...