Eight

91 17 5
                                    

Matthew's pov

"Guys,ak.. aku bisa menjelaskan semuanya"ucapku gelagapan pada Cam,Aaron dan Carter yang tiba-tiba saja berada di belakangku.

"Kau melanggar perjanjian,Matt"ujar Aaron

"Aku tau kau ingat dengan benar perjanjian untuk tidak dekat dengan Barbara selama kau menjalankan tantangan ini,kan Matt?"ucap Carter memastikan.

"Atau kau terlalu pengecut untuk melakukan tantangan ini?"tanya Cam yang terdengar.. meremehkan.

"Aku tau,Aaron. Aku juga ingat perjanjiannya,Carter. Dan aku bukanlah pengecut. Aku bisa melaksanakan tantangan ini,Cam"jawabku.

"Bagus kalau begitu. Sejujurnya aku ingin kau menunjukkan kalau kau bukan seorang pengecut"ujar Cam masih meremehkan.

"I can prove it"ucapku singkat lalu pergi berjalan ke arah dimana Vanessa berada dan menarik tangannya paksa,setelah itu meninggalkan kafe tersebut.

Untungnya Barbara tadi belum kembali,jadi dia tidak melihatku menarik Vanessa.

"What the hell Matthew Espinosa?! Bisakah kau tidak menyakiti tanganku?! Kau pikir itu tidak sakit ya? Sekarang,lihatlah pergelangan tanganku. Warna kulitku menjadi merah karena tarikanmu itu,bodoh!"ujar Vanessa memarahiku setelah kami berada di dalam mobilku.

"Kau harus terbiasa dengan itu mulai sekarang"balasku dingin.

"Haha,aku merasa seperti didalam film sekarang yang perannya ditarik oleh seorang lelaki misterius dan datang untuk membuat seorang wanita menyukainya hanya karena sifat misterius nan dinginnya itu dan pada akhirnya laki-laki misterius tersebut jatuh cinta dengan wanita yang dijadikan targetnya hahaha"ucap Vanessa diakhiri tawa yang menurutku dipaksakan.

"Kau terlalu percaya diri. Dengar,aku tidak menyukaimu. Aku menyukai Barbara Edwards,seniormu yang parasnya jauh lebih cantik daripada dirimu",balasku.

"Aihh,bodohnya kau itu keterlaluan ya,Matt. Mana ada lelaki yang menyukai seorang wanita tetapi ditinggalkannya wanita itu sendirian di suatu tempat lalu membawa seorang perempuan yang masih baru dikenalnya. Pasti ada satu alasan mengapa laki-laki itu meninggalkan perempuan yang disukainya"ujar Vanessa yang terkesan menyindirku.

"Shut up. Tidak usah menyindir"balasku.

"Baiklah,kalau kau tidak mau kusindir lagi,turunkan aku sekarang"pinta Vanessa.

Dia memohon padaku karena pintu mobil kukunci agar dia tidak keluar. Kalau Vanessa keluar,bisa saja Cam melihatnya dan dia akan mengecapku sebagai pengecut.

"Terserah apa kau ingin menyindirku lagi atau tidak. Aku juga tidak akan membukakan pintu untukmu"ucapku.

"Baiklah,aku tidak akan menyindirmu. Mungkin memanggil 911 lebih baik"ucap Vanessa dengan santai.

"Silahkan saja.. wait,what?! Kau tidak perlu melakukan itu,kan aku tidak menculikmu"balasku.

"Makanya turunkan aku sekarang. Lebih baik aku keluar dari mobil ini dan menghampiri teman-temanku lalu pergi ke tempat lain daripada duduk di sini tanpa melakukan apapun bersamamu"ucap Vanessa. Kurasa dia memberi kode agar kuajak jalan-jalan. Mau sekali kau,Campbell.

"Bilang saja kau ingin kuajak jalan,kan?"ujarku memastikan.

"Tidak juga. Tapi kalau kau memaksa,akan kuterima"balas Vanessa lalu memberikan senyumnya yang menurutku manis.

Tunggu,ada apa denganku? Apa aku baru saja mengatakan bahwa senyumnya itu manis?,batinku. Mungkin aku sudah mulai gila.

"Apakah selama itu kau memikirkan kemana kita akan pergi?"tanya Vanessa menghentikan lamunanku. Hei,apa baru saja aku melamunkan dirinya? Tidak mungkin.

Am i?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang