14

69 10 1
                                    

Enjoy reading
.
.
Sorry typo
.
.

Verly POV

Wtf?! Aku sudah gila. Sungguh gila.

Aku sangat kesal melihat dia dengan anak baru sialan itu. Perasan ini aneh? Perasaan apa ini. Seakan badanku bergetar, tanganku mengepal. Apalagi saat anak baru sialan tersebut bersikap sok baik terhadap Vero.

Aku tidak suka. Sangat tidak suka.

Entah mengapa, karena terbawa emosi aku langsung mengumumkan status hubungan kami didepan semua siswa dan siswi. Aku tahu ini akan berdampak buruk bagi reputasiku karena mempunyai hubungan khusus dengan siswa biasa. Kalian tahulah artinya. Coba bayangkan seorang yang sangat populer di SMA ini berpacran dengan siswi yang biasa saja. Tapi harus kuakui dia terkenal pintar, tetapi itu semua tidak berarti selain popularitas.

Aku harus bagaimana?

Aku dapat melihatnya didepanku membelalakan kedua matanya. Tidak hanya dia, tetapi seluruh pasang mata dikantin ini menatapku. Bahkan Mak darsih penjual gado gado di sekolah ini menatapku tidak percaya.

Bukannya aku berlebihan. Kalian harus tahu siapa Verly Arliando. Cowok yang terkenal tampan, kapten team basket sekolah, diidami seluruh wanita bahkan ada rumor bahwa bu Metta guru bahasa inggris disekolah ini memendam perasaan terhadapku. Ku akui bu Metta cukup cantik, tetapi aku tidak menyukai wanita yang lebih tua dariku. So, I'm sorry miss.

Keadaan masih hening sampai Kenya berdiri dan membisikan sesuatu ke telingaku. "What are you fucking do?"
"Kamu udah gila ya beb. Pamor kamu bisa hancur seketika karena masalah beginian!" Aku masih diam bingung harus menjawab apa. "Sekarang kamu tarik kata kata kamu lagi! Cari aja alesan apa kek. Yang penting semua orang lupain masalah ini. Cepatan!"

Vero masih menatapku tidak percaya, tetapi aku bisa melihat ujung bibirnya sedikit terangkat. Ini tidak boleh terjadi. Dia gak boleh geer.

Dengan kepercayaan diri yang aku kumpulkan aku kembali membuka suara.

"Just kidding guys! Haha I just playing truth or dare with kenya. Iyakan ken?"

"Ya..yap. dia kalah jadi gue nyuruh dia dare"

Seketika kantin dipenuhi dengan tawaan semua murid aku menghembuskan nafas lega. Akhirnya pamor gue gak jadi ancur.

Tapi aku melihat sekilas kearah Vero. Senyuman tersebut sudah menghilang di gantikan genangan air mata yang menumpuk di pelupuk matanya. Aku kembali duduk dan bersifat tidak terjadi apa apa.

Tiba tiba anak baru si- maksudku Darvin itu melihatku tajam dan mulai membuka suara.

"Gila banget lu man! Lu permaluin dia di muka umum" , emang gue kenapa?

"Lah lu kenapa? Orang gue lagi main sama kenya..", seketika aku mendengar gebrakan meja. Itu Raihan.

"Anjing lo Ver! Gak cukup tonjokan gue waktu itu", suaranya masih bisa dijaga volumenya. Disebelahnya aku dapat melihat cewek berisik itu memancarkan hawa pembunuh kearahku tapi dia tidak berkata apa apa.

"Masalah lo apa? Lo suka sama dia? Ambil aja. Gak butuh gue"

Aku melihat rahangnya menegang tangannya mengepal. Sebelum iya menjawab sebuah suara memotong perdebatan kami.

Veronica POV

Hancur. Hanya satu kata itu yang dapat melambangkan keadaan hatiku sekarang. Sungguh hancur hatiku setelah diangkat lalu di jatuhkan. Hatiku pecah menjadi keping kepingan yang sangat kecil.

"Dreaming"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang