"Itu siapa?"
"Wuahh daebak daebak!!" (Keren)
"Murid baru?"
"Aigoo, itu siapa? Daebak!"
"Dia milikku!!"
"Apa sih? Wah wah wah uri oppa"Semua mata gadis di Seungri Hagyu (Victory School) mengikuti langkah kami. Bukan kami, tapi aku rasa langkah Oppa, Bogum Oppa.
Aku berjalan didepan oppa dan mengikuti wali kelas baruku, lee songsaenim. Berjalan dibelakangnya hanya membuatku semakin buruk, sangat buruk. Terlihat sebagai penguntit.
"Wah, aku rasa aku akan menyukai ini," ucap Bogum yang tersenyum pada semua gadis.
"Wah, aku rasa kamu benar benar menyebalkan sekarang," umpatku
"Mwo(apa)? Ya.. kau harus memanggilku oppa~"
"Lima menit tidak membuatnya cukup berarti," umpatku lagi.
"Aish neo jinjja,(kamu benar-benar)" Bogum menusuk punggungku.
Aku menoleh ke belakang, dan hanya mengepalkan tangan ke mukanya.
"Aigoo, kalian benar benar saudara kembar?" Tanya lee songsaenim.
Kami hanya tersenyum. Lee songsaenim membuka pintu kelas dan kami mengikutinya masuk.
Semuanya bergemuruh. Aku bersumpah mereka membicarakan kami berdua.
"Ya yeorobun, perhatikan sebentar. Jangan lupa hari ini kalian akan melakukan kegiatan tambahan olahraga. Bekerjalah dengan baik," ucap lee songsaenim kepada seluruh murid.
"NE"
Semua siswa sibuk berbisik-bisik satu sama lain. "Ya ya ya jangan berisik. hari ini kita kedatangan dua teman baru, silahkan kalian memperkenalkan diri,"
Guru lee menatap kami berdua. "Annyeonghaseyo yeorobun (halo semuanya)"
Semuanya tampak bersemangat, "annyeongg chinguu~ (teman)"
"Nae irumi Park Bogum imnida," seperti yang kau duga semua siswi berbisik bisik menatap Oppa. "Dan ini saudara kembarku,"
"Ne, naneun Park Bomi Imnida, manaseobanggawoyo (senang nertemu dengan kalian)"
"Oooowwooohh" hampir semua anak membentuk huruf O dimulutnya.
"DAEBAK, Jadi kalian kembar?" Tanya seorang siswa yang aku yakin seorang onar.
"Ne, tolong bantu kami" ucap Bogum Oppa. Kelas makin berisik.
"Eumm... songsaenim!!!" Acung seorang siswi.
"Ne Seulbi?"
"Bolehkan kami menanyakan sesuatu??" Tanya gadis yang bernama seulbi tersebut.
"Apakah kalian bersedia?" Tanya lee songsaenim kepada kami.
Sebelum aku sempat menjawab Bogum bersuara lantang, "Ya apapun yang kalian ingin tanyakan"
"Ya!" Tinju kecilku melayang ke badan bogum. Bogum tak bergeming.
Gadis yang bernama seulbi itupun mengangkat tangan, "Aku ingin nomer telponmu!!!"
"Uuuuu" semua anak bersorak. Bogum hanya tertawa.
Aku menundukkan pandangan, namun segera mengangkatnya lagi ketika si pembuat onar yang tadi aku bilang menyebut namaku. "Tapi, bukankah Bomi mirip dengan seseorang???"
Semua orang berfikir, mereka menoleh satu sama lain. "Ya ya ya! Coba lihat! Bukankah mukanya mirip dengan Jeong Baro?"
Semua orang tampak mengangguk angguk, "benar juga"
"Nugu??" Aku berusaha menanyakan siapa jeong Baro itu.
Dan tak berseling pintu kelas terbuka lagi, "Annyeong, maaf saya terlambat. Oh..Lee songsaenim maafkan saya"
Aku menoleh. Dia. Dia. Dia yang tadi berada di Bus.
"Ya, berandalan ini. Bagaimana kau bisa telat!??" Ujar lee songsaenim sambil memegangi jidatnya, mengelus elus menghilangkan amarahnya.
"Jwesonghabnida,(maafkan saya -formal)" ujar anak itu sambil membungkuk dan berjalan melewati kami, aku dan Bogum, namun berbalik dengan segera menatap kami.
"WUAH ANAK BARU!" Ujarnya sambil menunjuk kami berdua. Memeluk Bogum dan kemudian memelukku.
"AISHH" semua anak mengeluh.
"Ya, Baro, tidakkah dia mirip denganmu??" Celetuk Seulbi.
"Nugu?" Ujar Baro sambil menatap Bogum lalu beralih padaku. "Dia?"
Semua anak mengangguk. Jeong Baro mendekatkan wajahnya tepat di wajahku, "kurasa sedikit..." ujarnya tak yakin.
"Tapi mungkin kami memang mirip," ia menjauhi wajahku dan berbalik segera menuju tempat duduknya. Setelah ia duduk Lee songsaenim mendekati kami.
"Baiklah kalian berdua boleh duduk," ujar lee songsaenim.
Aku dan Bogum oppa mengangguk, dan duduk di bangku yang kosong.
"Oke selamat pagi anak anak" ujar lee songsaenim sambil meninggalkan kelas.
Langsung saja, mejaku penuh dengan gadis-gadis yang sebenarnya ingin mengobrol dengan Bogum, bukan, bukan denganku.
Aku mengalihkan pandangan mencari sebuah meja. Menatap orang yang duduk di kursi itu. Dia.. Jeong Baro. Kenapa dia mirip denganku?
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Not Twins But...
Novela Juvenil[Still Update] Appa, Eomma, Oppa dan Aku. Kami hidup bersama dan berbahagia bersama. Tapi.. bahagia bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupan di dunia. Karena ia rentan, dan mudah berubah sesuai dengan keadaan. Ya, semuanya cukup berub...