Aku dan Oppa berjalan memasukki gerbang sekolah.
"BOMI!"
Panggilan keras itu membuat kami mengangkat kepala, rasa-rasanya aku kenal suaranya.
"Ya! Baek Jo!!" Aku berlari menghampiri laki-laki tinggi dengan rambut coklat berkilau dan menepuk pundaknya.
Baekjo tersenyum, "sudah lama ya,"
"Sialan, kamu hanya memanggilnya," ujar Bogum yang kini sudah berada disamping kami.
BaekJo tersenyum licik lalu membuka tangannya lebar-lebar, "Bogum-a neomu boggosippeo~~" (aku sangat merindukanmu)
"Ish," Bogum segera memukul tangan Baekjo. "Menggelikan"
"Kau yang minta," ujar Baekjo lalu menatapku kembali. "Ya.. kalian berdua, kapan ya kita terkahir ketemu?"
Aku berfikir, "Dua tahun yang lalu?"
"Sepertinya ya" susul Bogum.
"Mungkin," ucap BaekJo dengan senyumannya yang khas. "Bogum, kita bicara nanti pas makan siang"
"Oke,"
Aku menatap mereka berdua,"kalian mau bicarain apa? Aku nggak diajak?"
Bogum dan Baekjo menatapku, "Bukan urusanmu," lalu mereka terkekeh dan berlari ke dalam gedung sekolah."YA! YA!" Aku belari mengejar mereka.
Aku bersumpah akan menjitak kepala mereka saat makan siang nanti.
***
Aku berlari lari menuju kelas. Sudah sampai di koridor lantai 2 dan tak sengaja aku mendengar sesuatu."Choi Hyo Min, kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja?"
Aku membeku, hyomin... bukannya teman sekelasku? Yang kemarin bersama dengan Minji??
Akupun mencari sumber suara tersebut dan bersembunyi dibalik loker dekat kamar mandi. Mereka tepat berada di depan kamar mandi. Memojokkan seseorang yang aku yakin itu Hyomin.
"Ani... (tidak)" jawab Hyomin pelan.
Aku mencoba mengintip dan ketemukan itu benar Hyomin teman sekelasku dan dua orang lagi.... entah siapa itu, tapi yang satunya aku kenal jelas, itu lee seulbi!
"Kalau kau sudah tau harusnya kau tidak seperti itu! Mengapa kau sangat menyebalkan," geretak gadis yang aku tidak mengetahuinya siapa.
"Tapi..tapi aku-" belum selesai bicara Hyomin di dorong hingga membentur dinding. Aku membekap mulutku.
"Kalau sampai sekali lagi kau seperti itu, jugeosseo (mati kau)" ujar gadis itu lalu pergi berlalu bersama Lee seulbi.
Hyomin terdiam dan terjatuh. Aku segera menghampirinya, "Gwenchana?" (Kau tidak apa-apa?)
Hyomin mengangat kepalanya dan tersenyum tipis, "Gwenchana" (aku baik baik saja)
Aku membantu Hyomin berdiri, menggenggam tangannya dan menahan lengannya. "Tadi itu siapa?"
"Bukan siapa-siapa" ujar Hyomin. "Ayo nanti kita terlambat ke kelas,"
Hyomin menggandengku dan mengajakku pergi ke kelas.
"Hyomin-a, kau benar-benar tidak apaapa?" Aku memandangnya.
"Ne, gwenchana Bomi-ya" ujar Hyomin dengan manis. Entah mengapa aku merasa gadis dengan rambut panjang dan kulit bak porselen sempurna ini adalah gadis yang baik. Aku hanya tersenyum membalasnya.
"Kalau ada apa-" kalimatku terhenti saat memasukki kelas. Bukan karena sudah ada guru, tapi tatapan Lee Seulbi yang tidak menyenangkan. Aku menatap Hyomin yang menunduk dan kini melepaskan genggamannya.
"Gomawo (terimakasih) Bomi-ya," ucapnya dan segera duduk di kursi miliknya.
"Ne(ya)..." aku menjawab pelan, bahkan tak yakin dia mendengarnya.
Aku menatap Lee Seulbi lagi, tapi gadis itu telah membuang pandangannya. Cantik tapi menyebalkan, umpatku dalam hati.
Lalu aku segera menghampiri Bogum Oppa yang kini sedang memandangku."Kau kemana dulu?"
Aku memandangnya nanar, "kesuatu tempat rahasia,"
Bogum memasang muka 'aku-tak-percaya-padamu' lalu menarikkan kursi untukku agar aku bisa duduk.
"Oppa yang baik,"
Bogum menyentil keningku, "memang, tidak seperti kamu!"
Aku meringis, "kau mau membuatku makin bodoh?" Sambil mengusap bekas sentilan tersebut. Bogum hanya terkekeh.
"Oppa, apa yang ingin kau bicarakan dengan Baekjo?" Tanyaku yang nampaknya kurang beruntung, karena lee songsaenim baru saja masuk dan itu berarti kita semua harus diam. Bogum menempatkan jari telunjuknya di bibir dengan senyuman licik yang berarti dua ; jangan berisik dan itu rahasia.

KAMU SEDANG MEMBACA
We're Not Twins But...
Teen Fiction[Still Update] Appa, Eomma, Oppa dan Aku. Kami hidup bersama dan berbahagia bersama. Tapi.. bahagia bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupan di dunia. Karena ia rentan, dan mudah berubah sesuai dengan keadaan. Ya, semuanya cukup berub...