Bogum bersender di gerbang sekolah.
Melambaikan tangan sesekali dan membungkuk pada gadis-gadis yang memperhatikannya.Bogum menperhatikan jamnya "Aigoo, dia sendiri yang membuatku seperti ini,"
Bogum berjinjit-jinjit mencari ujung kepala saudarinya. Tiba tiba saja ada yang menggenggam tangannya.
"Park Bogum, kau... tidak pulang?"
Lee Seulbi kini tengah memegang tangan Bogum dan menunggu jawabannya.
"Aku akan pulang jadi tenanglah," ucap bogum sambil berusaha melepaskan pegangan tangan Seulbi.
"Dekat sini ada cafe yang bagus, mau pergi bersamaku?" Ajak seulbi yang tangannya kini beralih kepada tali tas Bogum.
Bogum membenarkan posisinya dan menatap Seulbi, "Seulbi-ya.."
****
Apa yang terjadi? Kenapa sekolah ini? Apa aku datang di waktu yang tidak tepat? Ada masalah apa? Perang siswa?"Ani ani..." ujarku sambil mengetuk-ngetuk kepalaku sendiri. "Ahh jeongmal..."
Ku tegapkan langkahku dan segera menuju gerbang sekolah. Itu dia, punggung Oppa. Tapi dia sedang berbicara dengan siapa?
"Oppa!" Aku berteriak memanggilnya.
Bogum Oppa berbalik dan aku dapat melihat dengan jelas Lee Seulbi.
"Musun iri isseosseo? (Apa yang terjadi)" tanyaku ketika mendekat ke mereka berdua.
"Aniya, kau lihat Seulbi-ya? Aku akan pulang dengan Bomi. Jadi kau pulang saja dengan baik. Mungkin lain kali, annyeong~"
Bogum Oppa segera merangkulku dan mengajakku pergi, "kaja kaja..."
"Ya oppa? Jamkkanmanyo.. (tunggu sebentar) apanyang sedang kau lakukan dengan Seulbi?"
"Aku tidak melakukan apa apa,"
"Jinjja?"
"Eo, tadi dia hanya mengajakku pulang bersama"
"Mwo??? Dia gila? Dihari pertama? Kenal baik saja belum, oppa kau harus berhati-hati"
"Ya, sejak kapan adikku jadi super perhatian padaku?" Bogum mengejekku dengan mukanya yang walaupun dibuat-buat jelek tetap saja tampan. "Kau iri ya?"
"MWO? ya Oppa! Kenapa aku harus iri? Kenapa kau begitu menyebalkan sih?"
Bogum tertawa, "Mian"
Aku menatap Oppa dan merangkul bahunya,
"Oppa, hari ini sangat aneh ... aneh sekali" aku mencoba tetap menjaga keseimbangan karena faktanya Bogum Oppa jauh lebih tinggi dariku.
"Apanya yang aneh? Aku bertemu dengan banyak fans hari ini,"
Tatapanku sinis, "Ya Oppa.. kau tau apa? Aku lebih suka Park Bogum. Park Bogum aktor,"
"Tapi aku park Bogum" ucapnya tanpa bersalah.
"Aish," aku melangkah lebih cepat dan meninggalkan Bogum Oppa dibelakang.
"YA! Ya! Park Bomi!!" Bogum berteriak sekencang-kencangnya.
Hpnya bergetar, ia mendapat pesan.
From : Nan Cheonsa (bidadari) Eomma
-Bogum-a Eomma dan Appa akan pulang malam hari ini. Jadi kunci pintu dan hati hati di rumah."Aigoo.. nan cheonsa akan berkencan dengan pasangannya," Ujar Bogum sambil berlari mengejar Bomi. "YA Park BoMi!!!!!"
***
"Kenapa kalian melakukan ini?"
Seorang wanita tersenyum sinis, "Tidakkah kau berfikir kenapa kami melakukan ini?"
Wanita yang satunya lagi ketakutan setengah mati, "Aniyo... Nan Molla!" (Aku tidak tahu)
" Neo baboji? (Kau bodoh ya?)" Ucap wanita sinis. "Kau.. bahkan tidak memiliki darah sama sekali pada anak itu!"
"Maja (benar)... Tapi aku membesarkannya! Membesarkannya dengan keringatku, aliran darahku!"
Ayunan tangan melayang ke arah wanita itu, "Neo.. Cepat selesaikan masalah ini dengan baik"
Sang wanita sinis pergi dan menghilang dalam bayangan.
"Aigoo... drama jaman sekarang" Bomi menatikan Tv dan membenarkan posisi badannya.
"Ya kenapa dimatikan? Aku baru saja ingin menonton," Bogum mendesah, ia baru selesai merapihkan tugasnya.
"Kau ingin melihat ahjumma marah-marah?" Tanyaku sambil menberikannya tempat duduk di sofa.
"Tidak juga, tapi aku tau itu klimaks!" Ucap Bogum. "Dan jangan lupa, panggil aku oppa""Issh... jeongmal," umpatku. "Oppa aku mau cerita..."
"Cerita?"
"Eum"
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Not Twins But...
Ficção Adolescente[Still Update] Appa, Eomma, Oppa dan Aku. Kami hidup bersama dan berbahagia bersama. Tapi.. bahagia bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupan di dunia. Karena ia rentan, dan mudah berubah sesuai dengan keadaan. Ya, semuanya cukup berub...