12. MAMINGAN part 2

84 5 1
                                    

Setelah kejadian beberapa menit yang lalu tentang balkon itu, hampir saja membuat jantung Gerald loncat entah kemana. Namun yang masih ia pikirkan adalah, kenapa Ayu tidak berada di balkon kamar(?).

Sedangkan pintu balkon itu telah ia kunci saat tadi Jil datang kerumahnya.

"Hei kamu kenapa sih." Tegur Jil memegang lembut bahu Gerald. Ia pun hanya tersenyum tidak ingin menjelaskan apapun.

"Tadi aku kira kamu sakit tau Ge, abisnya karena buka pintu balkon aja kamu udah kayak orang mau ketahuan selingkuh hhee."

Selingkuh? Terdengar sangat ganjil ditelinga Gerald. Namun segera Gerald tepis lamunannya tentang selingkuh.

"Tadi kan aku bilang kebelet, makanya muka aku gituh banget." Dusta Gerald lalu segera meminum orange jus yang tadi si bibi buatkan.
"Eh kok jadi orange jus sih?." Kata Gerald baru sadar ia sudah meminum minuman yang biasa Jil minum.

Jil pun terkekeh pelan. "Yaudah aku ambil sendiri aja ya ke dapur." Perlahan Jil berjalan membawa gelas kosong ke arah dapur. Sekilas Jil mendengar ada suara seseorang tengah bersenandung dari arah dapur, lalu saat Jil sudah masuk ke dalam dapur ia terkejut hingga gelas yang ia pegang jatuh dan pecah.

"A..A..Ayu?." Gagap Jil merasa terkejut akan kehadiran Ayu di dapur, bukan dapurnya yang Jil masalahkan. Mengapa Ayu berada dirumah Gerald yang ia kejutkan, perlahan Ayu berjalan mendekati Jil.

'Mampus! Bisa mencak-mencak dia karena ketahuan sama Jil.'

"Maaf ya Jil, aku ngagetin kamu." Kata Ayu dengan nada menyesal. Dan tidak lama Gerald datang ke dapur karena mendengar ada suara gaduh, Ayu semakin takut saat melihat Gerald terkejut melihatnya ada di dapur.
"Ma..ma..maaf banget Ge." Ayu semakin dilanda rasa takut saat melihat wajah Gerald berubah menjadi murka seperti itu.

"Kamu tinggal satu rumah sama Ayu? Ayu siapanya kamu Ge? Kenapa kamu gak cerita?." Bertubi-tubi Jil menghujani Gerald dengan semua pertanyaannya.

"Ok oke aku jujur sama kamu."

"Biar aku yang jelasin Ge." Selak Ayu.

"DIEM LO!."

Seketika Ayu terdiam, tidak pernah Gerald membentaknya seperti ini sebelumnya. Ayu merasa semua ini salahnya, mengapa ia menuruti Elina untuk keluar dari balkon itu.

Mungkin bagi Gerald perasaan Jil lebih penting dibandingkan Ayu yang harus dikurung bagaikan peliharaan. Mata Ayu mulai memanas, ia berusaha sebisa mungkin menahan airmata yang hendak terjun berbas.

"Kamu denger ya Gwen sayang, maafin aku yang udah bohong sama kamu. Tapi aku cuma kasihan sama Anin."

"Anin?." Ulang Jil yang baru tahu bahwa Gerald memanggil Ayu dengan nama lain.

"Nama itu gak penting sayang." Nafas Ayu mulai terasa sangat tercekat saat Gerald berujar namanya tidak penting.
"Ini semua permintaan Anin Gwen, dia malu kalau orang-orang sekolah tahu kalau dia itu pembantu dirumah aku"

"Iya Anin pembantuku." Lanjut Gerald.

Dan BOOM!!!.
Ayu merasa ada petir besar yang menghantam hatinya dan meluluh-lantahkan hatinya seketika. Tanpa sadar airmatanya sudah mengalir dikedua pipinya, Ayu merasakan sakit yang teramat pedih saat mendengar pernyataan dari mulu Gerald sendiri.

»»

"Kenapa lo bisa keluar dari balkon hah!!." Cecar Gerald memegang dagu Ayu agar menatap matanya yang sedang murka.

"Nenek yang keluarin aku."

"Bullshit! Oma gak mungkin tahu lo gue kurung di balkon Anin." Sengit Gerald yang tidak percaya.

"Ayu bukan binatang." Gerald dan Ayu menoleh ke arah pintu, Elina dan si bibi pun datang menghampiri mereka.
"Maksud kamu apa kurung Ayu di dalam balkon hah? Kamu pikir dia aib yang harus ditutupi dari Gwen hah? Kamu punya otak gak sih Ge? Sedikit aja kamu pake otak kamu buat menghargai perasaan Ayu, bukan cuma Gwen aja yang kami pikirin perasaannya"

"Bodo ahh." Gerald lebih memilih masuk ke dalam kamarnya, dibandingkan harus berdebat dengan Elina yang sudah pasti ia akan kalah.

Ayu menangis dipelukan Elina, rasa dihatinya bercampur aduk. Sedih, kecewa, sakit, bahkan malu yang ia rasakan kini tidak bisa tanggung sendiri. Seumur hidupnya, ia tidak pernah merasakan sakit yang luar biasa seperti ini. Jika ia punya ibu, mungkin sesegera mungkin ia berlari menuju dekapan ibunya.

"Udah ya Ayu, Oma yakin Gerald gak maksud bentak kamu gituh. Maafin Ge ya sayang, dia cuma emosi aja kok. Kan seperti biasa kalian bertengkar setiap hari." Jelas Elina, berharap Ayu berhenti menangis.

Setelahnya Elina meninggalkan Ayu untuk menenangkan pikirannya sendiri. Matanya yang sembab terlihat jelas di pantulan cermin yang ada dimeja belajar Ayu.

Isakan tangis masih setia terdengar dari bibir indah Ayu yang mulai membiru, semilir angin dari balkon kerap Ayu rasakan karena pintu balkon yang masih terbuka lebar. "Aku cuma pembantu." Lirih Ayu disela tangisnya, sebelumnya Ayu merasa tidak sesakit ini jika Gerald menyebutnya pembantu.

Tapi kini berbeda karena Gerald berbicara itu pada kekasih hatinya. Setelah kejadian tadi, Jil langsung diantar pulang oleh Gerald. Entah apa yang Gerald jelaskan disepanjang perjalanan mengantar Jil. Namun Ayu yakin, Gerald meyakinkan Jil bahwa Ayu tidak lebih dari seorang pembantu. Bahkan yang lebih membuat hati Ayu sakit adalah....

*Flashback On*

"Ini semua permintaan Anin Gwen, dia malu kalau orang-orang sekolah tahu kalau dia itu pembantu dirumah aku"

"Iya Anin pembantuku." Lanjut Gerald, lalu menoleh pada Ayu. "Heh bersihin tuh pecahan gelasnya, gue mau anter Gwen pulang sekarang." Perintah Gerald menarik tangan Ayu agar berjongkok dan membersihkan pecahan gelas karena Jil tadi. Tanpa Gerald tahu, saat ia menghempaskan tangan Ayu ke lantai membuat telapak tangan Ayu tergores luka karena pecahan itu.

*Flashback Off*

Ayu menatap luka yang masih belum kering ditelapak tangannya, sama dengan luka dihatinya yang entah kapan keringnya. Hingga akhirnya Ayu terlelap dengan wajah memerah, mata sembab, dan bibir membiru.

Sedangkan Gerald masih dengan mata terjaga menatap fotonya bersama Ayu, foto yang pernah ia ambil secara diam-diam saat Ayu tidur dikamarnya. Foto itu yang sebelumnya ia selalu sembunyikan di dalam laci.

"Arrgghhhhh." Geram Gerald mengacak rambutnya sendiri. Lalu ia menyimpan foto itu kembali ke dalam laci lalu berjalan menuju pintu penghubung, ia melihat Ayu tertidur dengan kepala bersandar dimeja belajar.

Gerald menghela nafas lalu memindahkan Ayu ke atas ranjang. Ia juga tidak lupa mengunci pintu balkon yang terbuka.

Tatapannya kini berarah pada tubuh Ayu yang sudah tertutupi selimut. Gerald mendekat dan duduk disisi ranjang. Tangannya terulur mengusap lembut rambut Ayu, ia merasa menyesal telah membentak Ayu tadi. Ia baru sadar, bahwa cepat atau lambat Jil akan tahu semuanya.

"Maaf." Hanya kata itu yang bisa terlontar dari bibir Gerald.

#%*++-&&%%$&--%#

cedih anet jadi Anin 😢,,
KLo kata pepatah, sdh jtuh trtimpa tngga pula,,

tinggalkn jejak para readers 😀, setidakny komenlah

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang