Stranger in the Garden

7.6K 683 94
                                    

**3rd Person PoV**

Hujan lebat mengguyur kota London sejak pagi. Kediaman Phantomhive pun tak luput dari tumpahan ribuan liter air yang terjun bebas dari langit itu.

Sesosok figur pria tinggi dengan setelan tailcoat hitam berjalan membelah kesunyian koridor. Sambil mendorong troli yang terdapat set cangkir dan teko teh di atasnya. Ada juga beberapa potong cheese cake sebagai kudapan teman minum teh.

Pria bersurai hitam itu berhenti di depan sebuah pintu kayu besar yang terbuat dari mahoni. Dengan sikap yang elegan, pria itu mengetuk pintu beberapa kali lalu membuka pintu dan memasuki sebuah ruangan besar yang merupakan ruangan kerja.

Tampak sesosok bocah laki-laki berwajah cantik tengah sibuk dengan tumpukan dokumen di meja kerjanya. Wajahnya mengkerut karena letih dengan semua kesibukan itu.

"Bocchan, silahkan teh anda."

Pria tailcoat hitam tadi menuangkan teh ke salah satu cangkir.

"Kenapa lama sekali, Sebastian? Kau mau membuatku bekerja tanpa istirahat, hah?"

Bocah yang mata kanannya ditutup itu menatap kesal kearah pria yang dipanggilnya Sebastian tadi. Sebagai seorang pemimpin keluarga Phamtomhive, bocah berumur 13 tahun itu memang cukup tempramen.

Sambil menyeruput teh suguhan Sebastian, butlernya, manik biru gelap sang bocah menangkap cangkir lain di atas troli.

Untuk siapa itu?

"Yo, Earl. Seperti biasa, kau selalu sibuk, ya."

Sesosok pria berpakaian cina hijau tiba-tiba muncul dari balik pintu. Senyum lebarnya terlihat kontras dengan mata sipitnya yang terlihat seperti terpejam itu.

"Lau?!" kaget sang bocah.

"Lau-sama, bukankah saya sudah meminta anda menunggu di ruang tamu?"

"Ayolah, Sebastian. Ini bukan kali pertamaku berkunjungkan? Ciel juga pasti tidak keberatan. Benar, kan? Ciel?"

Bocah yang rupanya bernama Ciel Phantomhive itu menatap sang tamu tak diundang dengan kesal.

Pria ini memang suka berbuat semaunya.

Lau adalah direktur dari perusahaan impor ekspor KunLun cabang Inggris. Sebagai rekan bisnis, tentu Ciel tak bisa mengabaikannya begitu saja.

"Lalu. Ada apa, Lau?" tanya Ciel seraya menutup dokumen yang tengah digelutinya.

Lau mendudukkan diri ke sofa di ruangan itu yang biasa digunakan Ciel untuk berbicara dengan rekan bisnisnya. Sambil menyeruput secangkir teh yang telah disuguhkan oleh Sebastian, pria bermata sipit itu tampak sangat menikmati dirinya.

"Tidak ada. Aku hanya ingin mengunjungimu saja."

"Hanya orang gila yang berkunjung ke kediaman orang lain di cuaca seperti ini." sergah Ciel meragukan jawaban Lau.

"Ayolah, Earl. Apa salahnya mengunjungi bocah yang kesepian di tengah cuaca buruk ini?"

"Siapa yang kau anggap bocah yang kesepian?" Ciel semankin kesal.

Lau hanya tersenyum misterius dan tidak menjawab.

"Maaf, mengganggu pembicaraan. Tapi, jika saya benar, mungkinkah Lau-sama mengunjungi Bocchan karena mendengar ada masalah pada bisnis kami?" Sebastian, sang butler bermanik merah itu, menengahi suasana canggung antara majikan dan rekan bisnisnya itu.

"Wah, seperti yang diharapkan dari seorang butler sang bangsawan. Kau memang sangat peka, Sebastian."

Ciel hanya mendecih kesal sambil menopang wajahnya dengan tangan kirinya dan menyilangkan kakinya. Jika orang lain yang tak mengenalnya melihatnya sekarang, Ciel tampak seperti bocah arogan yang kasar.

My LOVEndon in 2D World (Sebastian X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang