Dreams or Not Dreams?

4.1K 580 64
                                    

**3rd Person PoV**

Hari telah diselimuti malam, sedangkan hujan masih saja mengguyur kota London. Di sebuah mansion besar kediaman Phantomhive, Ciel menikmati dinginnya malam di ruang kerjanya bersama sang butler, Sebastian.

"Di mana Lau?" tanya sang bocah beriris biru tua itu.

"Lau-sama sudah beristirahat di ruanganya. Sepertinya beliau terlalu bersemangat tadi siang," jelas sang butler berkulit pucat itu sambil menyuguhkan secangkir teh ceylon kepada tuannya.

"Heh. Tentu saja ia letih setelah seharian mengomentari penampilan aneh gadis itu. Aku yang hanya mendengarnya saja sudah cukup letih." Ciel menyeruput sedikit teh dalam cangkirnya.

"Anda pun lebih baik istirahat, Bocchan. Ini sudah lewat jam tidur anda."

"Tidak. Aku tidak bisa tidur tenang dengan adanya orang asing yang tak ku ketahui identitasnya dirumahku serta alasan kemunculan gadis aneh itu."

Ciel menatap api yang menyala di perapian.

"Sebastian, bagaimana menurutmu tentang gadis itu?"

"Hmm. Saya sedikit penasaran dengan penampilan gadis itu, karena selama ini saya tidak pernah melihat kaum apa pun dan di mana pun mengenakan pakaian seperti itu. Tidak ada satupun yang bisa menjadi petunjuk mengenai identitasnya. Hanya saja...." Sebastian memotong kalimatnya.

"Hanya saja apa?" tanya Ciel tak sabar.

"Hanya saja saya merasakan aura aneh pada gadis itu?" sorot mata merah Sebastian terlihat serius.

"Sebastian, jangan bilang kalau gadis itu shinigami atau ...."

"Tidak. Jelas sekali aku merasakan aura seorang manusia padanya. Hanya saja sedikit aneh dan berbeda. Serta, meski sedikit, saya dapat mencium sedikit bau iblis darinya. Terutama pada bandul yang dia genggam erat pada tangan kirinya."

"Iblis? Apa mungkin ia kontraktor iblis juga?"

"Saya tak menemukan segel tanda perjanjian di tubuhnya jadi saya belum bisa memastikan hal itu."

"Lalu, bandul apa yang kau bicarakan tadi?"

"Bandul itu tidak terlihat mewah, bahkan dapat di bilang kusam. Mata bandulnya kosong. Hanya berupa lingkaran tanpa batu berharga apapun. Namun seperti pernah ada sesuatu mengisi lingkaran itu. Saat ini bandul itu masih tergenggam erat pada tangan kirinya. Saya tak bisa mengambilnya tanpa melukai gadis itu."

"Ee, aneh sekali mendengar itu dari iblis sepertimu." Ciel menatap sinis sang butler.

Sebastian hanya membalas dengan senyuman lembut kepada tuannya itu. Bagaimanapun juga, Sebastian mengerti maksud dari perkataam tuan kecilnya itu.

Ya, Sebastian adalah iblis yang mengikat kontrak bersama Ciel. Hingga Ciel bisa membalaskan dendamnya, Sebastian harus mengikuti semua perkataan Ciel sebagai pelayannya. Dan sebagai bayarannya, Sebastian akan menyantap jiwa Ciel di akhir balas dendamnya.

"BOCCHAN..."

BRAAKK!

Tiba-tiba terdengar teriakan Finnian atau yang biasa di panggil Finny, sang gardener, memanggil Ciel dari luar ruangan. Di susul dengan suara kayu patah akibat daun pintu yang jebol akibat "ketukan"nya.

"AAA, MAAF."

"Hhh... Finny, kau tak perlu berteriak jika akhirnya kau harus membuat lubang angin pada pintu itu." Sebastian menghela nafas sambil membukakan pintu.

Finnian membungkukkan badan beberapa kali, "MAAF. AKU TAK BERMAKSUD...."

"Sudahlah. Ada apa, Finny?" potong Ciel karena tidak tahan dengan permintaan maaf Finnian yang kelewat nyaring itu.

My LOVEndon in 2D World (Sebastian X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang