My LOVEndon in 2D World (Sebastian X Reader)

You're not Alone, My Dear

"One! Two! Three! Four! One! Two! Three! Four!"

Hitungan Mrs. Mayerl mengiringi suara hentakan sepatu (Y/N) yang tengah mempertajam langkah waltz-nya. Terkadang terdengar suara decitan dari hak sepatu yang meluncur mulus di permukaan lantai ruang latihan. Disaksikan oleh beberapa pasang mata, (Y/N) mencoba berkonsentrasi pada langkah yang selama tiga minggu terakhir berusaha dikuasainya. Namun sekuat apapun usahanya, akibat pembicaraannya dengan Mephisto tadi malam membuatnya kesulitan menetapkan pikiran pada langkahnya.

(Y/N) melanjutkan langkah solonya beberapa saat sampai akhirnya Mrs. Mayerl memintanya untuk berhenti," Lady (Y/N), what's wrong? Langkahmu sedikit tertahan dibanding hasil latihan terakhir kita. Lalu jiwamu tidak mengalun bersama musik dan langkahmu."

"Benarkan? Padahal menurutku langkah (Y/N) sudah bagus dan sangat indah," timpal Madam Red yang saat itu memperhatikan sesi latihan dansa (Y/N) bersama Ciel dan Mephisto.

"Mrs. Mayerl tentu lebih paham, Madam," sahut Ciel. Sesungguhnya, meski tidak terlalu mahir berdansa, Ciel bisa merasakan ada kejanggalan di setiap langkah (Y/N) tadi namun bocah Phantomhive itu memilih untuk memendam pendapatnya.

(Y/N) hanya terdiam mengatur nafasnya. Ia tidak memperdulikan komentar-komentar itu dan lebih fokus pada isi pikirannya. Menimbang dan terus menimbang akan tindakan yang harus segera ia ambil. Gadis itu bahkan tidak menyadari tatapan menyelidik dari sepasang iris merah yang terus mengkhawatirkan keadaannya. Sepasang mata milik sosok yang ingin segera meraih kedua tangan gadis itu dan membawanya pergi dari semua masalah yang mengusik pikirannya.

"Bagaimana kalau ku temani kau berlatih, (Y/N)? Mungkin aku bisa mengajarimu beberapa langkah baru," ujar Mephisto yang sedari tadi hanya diam memperhatikan di bangkunya.

Setelah meletakkan cangkir tehnya dan beranjak mendekati (Y/N), Mephisto segera meraih tangan kanan dan pinggang si gadis, membentuk posisi pasangan dansa yang sempurna. Bahkan tidak sempat (Y/N) bereaksi, Mephisto segera meminta Mrs. Mayerl untuk memutar musiknya.

"Please, Mrs. Mayerl," ucapnya dengan dagu terangkat tinggi.

Bersamaan dengan mengalunnya irama musik, Mephisto segera membawa langkah (Y/N) dengan lancar dan tanpa hambatan. Menciptakan kibasan indah dari gaun biru gelap yang (Y/N) kenakan saat itu. Menguasai seluruh ruangan sebagai lantai dansa mereka. (Y/N) sendiri sedikit bingung bagaimana ia bisa bergerak selincah itu dengan Mephisto di hadapannya. Rasanya berbeda sekali dengan saat ia berlatih sendiri seakan tubuhnya saat ini bergerak dengan sendirinya. Sensasi yang membuatnya merasa seperti dikendalikan oleh Mephisto membuat (Y/N) tidak menyukai pengalaman barunya itu. (Y/N) mencoba untuk menghentikan gerakannya namun gagal dan itu membuatnya sedikit panik.

(Y/N) mengedarkan pandangan dengan lirikan matanya, mencoba mengirim sinyal meminta bantuan. Tapi harapannya seakan pupus. Baru kali ini gadis bersurai bak langit malam itu melihat ekspresi Mrs. Mayerl terpana dengan mata berbinar saat menyaksikannya melangkah. Ia juga menyadari Madam Red tengah bertepuk tangan kagum dengan tak lepas memaku perhatiannya pada tiap gerakan (Y/N). Juga Ciel yang tersenyum sombong layaknya sang Raja yang tengah menyaksikan suguhan pertunjukan menari yang indah.

(Y/N) mengalihkan pandangannya pada sosok yang tengah memimpin gerakan dansa mereka. Sosoknya yang tengah tersenyum miring dengan pandangan seakan mengejek ketidak-berdayaan (Y/N) di bawah kuasanya. (Y/N) melempar tatapan kesalnya dan hendak menyuarakan penolakannya. Namun baru saja ia membuka mulutnya, bibir berpoles merah mudanya tertutup kembali seakan menolak perintah dari otak (Y/N). (Y/N) semakin yakin tubuhnya tidak lagi di bawah kendalinya melainkan di bawah kendali iblis yang dengan bebas menggerakkan tubuhnya kesana-kemari. Kebuntuan membuat (Y/N) menutup matanya yang sudah berair pasrah, berharap ada yang menyadari keadaannya saat ini.