Sympathy

3.1K 456 26
                                    

**Sebastian PoV**

"(Y/N), ambil yang ini juga. Pasti sangat cocok untukmu." Madam Red tampak bersemangat sekali ketika memperlihatkan sebuah gaun berwarna merah beraksen renda hitam pada bagian roknya. Dan itu adalah gaun kesepuluh yang ia perlihatkan kepada (Y/N) dalam 15 menit terakhir.

"Madam, kurasa sudah cukup banyak." ujar si gadis yang saat itu berambut diikat satu pada sisi kiri kepalanya. Wajahnya tampak bingung menghadapi semangat berlebihan sang wanita terhormat, Madam Red.

Tak banyak yang bisa (Y/N) lakukan untuk menghentikan Madam Red berhubung saat ini ia tidak bisa banyak bergerak karena nona Hopkins tengah mengujur tubuhnya untuk baju pestanya nanti.

"Tidak bisa begitu (Y/N). Ini belum cukup. Lagipula...."

Madam Red mendekati (Y/N) lalu menjentik dahi mulusnya tanpa peringatan sedikitpun.

"Ouch!"

"Aku sudah bilang untuk memanggilku kakak, kan?" Madam Red menatap tajam (Y/N) yang meringis kesakitan.

"Ba, baiklah. Tapi bukannya gaun-gaun itu terlalu indah untuk dikenakan sehari-hari?" turut (Y/N).

"Tentu tidak, (Y/N) sayang. Wanita itu makhluk yang indah. Sudah sewajarnya kita mengenakan yang indah-indah."

(Y/N) kembali tak bisa berkata-kata dan hanya pasrah menerima semua perlakuan Madam Red.

Bagiku yang lebih sering melihat wajah menantang (Y/N), wajahnya saat ini yang tak bisa berkata apa-apa melawan Madam sangatlah lucu. Mendorongku untuk tersenyum geli membayangkan sosoknya yang seperti hewan kecil ketakutan itu.

"Heeh, wanita itu takkan bisa berhenti jika menyangkut mendandani orang lain," hela tuan muda yang terduduk di salah satu sofa ruang ukur nona Hopkins.

Semua bisa mendengar helaan itu selain Madam yang telah kembali sibuk mencari gaun lain untuk (Y/N). Aku dapat melihat raut tidak nyaman pada wajah (Y/N). Mungkin ia berpikir telah merepotkan tuan muda karena harus membelikan beberapa baju baru untuknya dan sebuah gaun pesta untuk pesta ulang tahunnya nanti.

"Apa kau keberatan membeli itu semua, tuan muda?" sindirku.

"Tentu saja tidak. Hanya saja bagaimana kalau baju yang ia pilih itu tidak sesuai lagi ukurannya. Tidakkan itu semua jadi sia-sia?"

"Ah, benar juga. Nona (Y/N) sekilas terlihat memikili ukuran yang sama dengan Meyrin meski sebenarnya ia memiliki ukuran yang lebih besar. Terutama lingkar dada dan pinggulnya," sahutku.

"Bisakah kalian berhenti menyinggung ukuran tubuhku." Wajah (Y/N) memerah begitu aku menyinggung masalah ukuran tubuhnya.

Lagi-lagi aku tak bisa menyangkal wajahnya yang lucu ketika sedang malu seperti itu. Bibirnya bergetar dengan rona pipi yang memerah. Matanya terlihat keaal namun lebih terasa malunya. Kembali aku tersenyum kecil melihat rautnya saat itu.

"Hei, pria kolot. Kau salah. Semua gaun pilihan Madam sesuai dengan ukuran tubuh nona ini." sahut nona Hopkins. Aku penasaran kapan ia akan berhenti memanggilku dengan julukan itu.

Tapi aku cukup kagum pada kemampuan mata para wanita dewasa itu. Mereka bahkan bisa tau mana pakaian yang pas dan tidak untuk mereka atau pun gadis lain. Bahkan aku saja takkan bisa jika tidak memperhatikan secara seksama. Yah, manusia memang selalu menunjukkan sisi menarik mereka setiap saat.

My LOVEndon in 2D World (Sebastian X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang